Surya Paloh Lebih Nyaman ke Golkar

Dalam pertemuan dengan Ketua Umum Golkar kemarin, Surya Paloh juga menyinggung soal Nasdem yang merasa lebih nyaman dengan Golkar.

Kamis, 2 Februari 2023 | 20:53 WIB
0
136
Surya Paloh Lebih Nyaman ke Golkar
Surya Paloh dan Airlangga Hartarto (Foto: Tempo.co)

Dalam kunjungan Ketua Umum Nasdem ke kantor Golkar Rabu kemarin. Surya Paloh mengatakan masih membuka peluang bergabung dengan koalisi KIB(Golkar, PAN dan PPP).

Statement ini disampaikan Paloh kepada ketua umum Golkar Airlangga Hartarto. Ini perkembangan terbaru. Padahal, Demokrat dan PKS baru saja resmi memberikan dukungan simbolis untuk Anies dan koalisi Nasdem.

Statement Surya Paloh ini secara etika tentu cacat. Nasdem dianggap sama sekali tidak menghargai PKS dan Demokrat yang sudah bersedia bergabung.

Di Indonesia, etika politik memang sangat jarang dijunjung tinggi. Banyak politisi Indonesia ini tidak punya etika sama sekali. Bahkan Anies sendiri juga dianggap tidak punya etika ketika maju capres melawan Prabowo misalkan. Mantan bosnya dalam konteks gubernur DKI Jakarta.

Soal etika di Indonesia memang krisis. Ini sangat disayangkan. Tapi begitulah realitas di lapangan. Let's ignore it!

Tapi di lain sisi, sikap Surya Paloh begitu juga bisa dipahami. Karena Nasdem tentu sedang berhitung dengan hitungan politik murni. Bukan hitungan etik.

Dalam politik, yang akan membuat kita disegani adalah posisi tawar. Jika posisi tawar kita rendah, maka akan mudah diremehkan orang lain. Bahkan oleh kawan sendiri. Itu sunnatullah dalam politik.

Itulah yang sekarang dilakukan oleh Nasdem kepada PKS dan Demokrat. Nasdem paham bahwa posisi tawar PKS dan Demokrat dalam konteks pencapresan Anies sangat lemah.

Bahkan ketika Demokrat dan PKS sudah mau mengalah dan mengikuti kemauan Nasdem, dan Demokrat dan PKS tidak lagi ngotot mengajukan Aher dan AHY sebagai cawapres. Ternyata itu juga tidak bernilai dimata Nasdem.

Kembali ke posisi tawar. Nasdem menganggap Demokrat dan PKS adalah tim hore dan anak buah Nasdem dalam koalisi. Jadi terserah Nasdem sebagai bos nya.

Fakta di lapangan, Paloh tidak salah. Karena memang tanpa Nasdem mencapreskan Anies sejak awal. Apakah PKS dan Demokrat berani mencapreskan Anies duluan? Ternyata tidak. Demokrat dan PKS sejak Awal tidak punya nyali mengajukan capres sendiri.

Posisi tawar yang lemah inilah yang dimanfaatkan Nasdem untuk mendikte PKS dan Demokrat. Tentu koalisi semacam ini adalah koalisi yang tidak sehat.

Kedua, anak buah Surya Paloh di DKI Jakarta masih terus mengkritik Anies yang dianggap punya masalah dalam menyelesaikan soal sodetan sungai Ciliwung. Padahal Anies saat ini sudah bukan gubernur DKI Jakarta. Anies juga sudah menjadi capres Nasdem.

Seharusnya sikap Nasdem di DKI tidak layak seperti itu kepada Anies. Ini salah satu fakta lain bahwa Nasdem tidak all out dan tidak terlalu serius dalam mencapreskan Anies.

Surya Paloh masih membiarkan anak buahnya menyerang Anies di DKI. Faktor lain, Nasdem sadar. Bahwa mencapreskan Anies sebenarnya lebih banyak menguntungkan PKS dan Demokrat. Karena dari beberapa jajak pendapat mengatakan, bahwa pemilih Anies lebih dekat dengan PKS dan Demokrat. Bukan dengan Nasdem.

Realitas lainnya, elektabilitas Nasdem saat ini berada di bawah Demokrat dan PKS. Padahal pada pemilu 2019 lalu. Nasdem memperoleh suara lebih besar dari PKS dan Demokrat. Hal ini nanti akan menjadi pertimbangan Nasdem dalam melanjutkan koalisi dengan PKS dan Demokrat.

Surya Paloh adalah politisi senior. Lebih senior dari PKS dan Demokrat. Koalisi yang dibangun Nasdem dengan PKS memang lemah dari berbagai sisi. Lemah karena seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya. Semacam kawin paksa darurat.

Peluang berpisah masih terbuka, dan apabila pun bersama berkoalisi. Nasdem akan sangat sulit all out memenangkan Anies dengan realitas di lapangan yang justru lebih menguntungkan PKS dan Demokrat.

Dalam pertemuan dengan Ketua Umum Golkar kemarin, Surya Paloh juga menyinggung soal Nasdem yang merasa lebih nyaman dengan Golkar. Mengingat hubungan Surya Paloh dengan Golkar di masa lalu yang erat. Paloh alumni Golkar yang pernah bersama selama 43 tahun.

Paloh memainkan drama, seperti anak orang Kaya. Yang punya banyak pacar, yang tebar pesona kesana kemari, tapi soal menikah tidak ada kepastian. Karena masih menunggu mana yang paling cantik atau yang paling nyaman untuk benar benar diajak ke pelaminan.

Logika orang kaya mah bebas, logika partai kaya mah juga bebas!

***