Paham radikal wajib diberantas hingga ke akarnya karena membahayakan masa depan Indonesia. Oleh sebab itu, diperlukan vaksinasi ideologi Pancasila untuk mencegah penyebaran paham anti Pancasila tersebut.
Pancasila adalah dasar negara yang sudah berdasarkan keanekaragaman masyarakat. Pancasila tidak bisa diganggu-gugat dan diubah dengan yang lain.
Akan tetapi ada manuver kelompok radikal ingin mengubah ideologi bangsa dan memusuhi Pancasila, karena mereka ingin membuat negara khalifah di Indonesia. Padahal mereka tidak ikut berjuang melawan penjajah tetapi ingin mengubah dasar negara seenak udelnya sendiri.
Radikalisme memang harus diberantas hingga ke akarnya karena jangan sampai negeri ini hancur-lebur karena di mana-mana ada pengeboman dan ancaman kekerasan dari teroris. Kelompok radikal selalu menggunakan kekerasan dalam aksinya. Tingkah mereka tentu membahayakan warga sipil karena akan takut untuk beraktivitas di ruang publik.
Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyatakan bahwa kesiapsiagaan ideologi Pancasila menjadi vaksin untuk mencegah menyebarnya radikalisme di Indonesia.
Pendekatan dengan agama karena kelompok teroris sering membrentokkan agama dengan negara padahal kedua hal itu tidak bersebrangan.
Negara tidak pernah bersebrangan dengan agama karena buktinya Indonesia mengakui 6 agama. Selain itu, di Pancasila sila pertama disebut: ketuhanan yang maha esa.
Berarti negara menyuruh rakyatnya untuk beribadah dan membina hubungan baik dengan tuhan, serta mengutamakan agama di atas segala-galanya.
Pancasila memang menjadi vaksin untuk mencegah penyebaran paham radikal karena ketika semua orang paham dan mengimplimentasikan Pancasila maka tidak akan teracuni oleh radikalisme. Kelima sila dalam Pancasila jika dihayati akan menjadi tameng ampuh dari serangan radikalisme.
Pertama, sila ketuhanan yang maha esa. Kelompok radikal memang sering menggunakan kedok, seolah-olah mereka orang paling taat sedunia. Akan tetapi mereka jelas melanggar perintah Tuhan karena nekat membunuh orang lain ketika ada pengeboman dan merusak fasilitas umum. Sungguh perbuatan yang tercela dan akan dicatat oleh malaikat sebagai kejahatan besar.
Jika masyarakat mengimplementasikan sila ketuhanan yang maha esa maka akan menjalin hubungan baik, tak hanya kepada Tuhan tetapi juga ke sesama manusia. Jika mereka berhubungan baik maka akan menjadi toleran, dan tidak mau diajak oleh kelompok radikal yang jelas intoleran.
Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Jika semua WNI mengimplementasikannya maka akan selalu adil dan mengutamakan adab dalam bertindak. Dalam bermasyarakat juga harus adil dan mereka menghindari kelompok radikal karena selalu mengutamakan kepentingannya sendiri untuk mewujudkan negara khalifah, sehingga jelas bertindak tidak adil.
Sedangkan sila ketiga adalah persatuan Indonesia. Tiap orang yang mengimplementasikan sila ini akan berusaha bersatu demi masa depan negara yang lebih baik. Mereka tidak mau jika kena rayu kelompok radikal karena radikalisme selalu memecah-belah bangsa dan tidak mau mempersatukan rakyat Indonesia.
Sila keempat dan kelima Pancasila jika diimplementasikan juga bagus sekali karena mengutamakan musyawarah, yang berarti ada sesi untuk mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini bersebrangan dengan kelompok radikal yang selalu mementingkan dirinya sendiri dan sangat egois.
Pancasila adalah vaksin ampuh untuk menggebuk radikalisme di Indonesia. Jangan sampai kelompok radikal menguasai negeri ini dan akhirnya jadi kacau-balau. Tiap WNI harus mengimplementasikan Pancasila sehingga mereka memiliki benteng yang kuat dari radikalisme dan terorisme. Ketika semuanya punya rasa nasionalisme yang tinggi maka tidak akan kena bujuk-rayu dari kelompok radikal.
Muhammad Toha, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews