Densus 88 berhasil menyadarkan para teroris sehingga mereka kembali mencintai NKRI dan Pancasila. Para teroris yang sudah insyaf itu sampai mencium bendera Merah Putih.
Hari Jumat, 8 Oktober 2021, pukul 20.00, saya menghadiri acara pembaretan 200 anggota Patriot Garuda Nusantara (PGN) di pondok pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal di Rawamangun, Jakarta Timur.
Acara pembaretan itu dilakukan oleh Kepala Densus 88, Irjen Pol. Marthinus Hukom, SIK.
Pemimpin pesantren Abah Gus Nuril Arifin selaku Senopati Nusantara PGN menghadiahkan sebuah keris leluhur kepada Irjen Marthinus Hukom, sebagai tanda dukungan penuh kepada perjuangan Densus 88 dalam pemberantasan terrorisme.
Saya terharu mengikuti acara itu. Apalagi mendengar pidato Kepala Densus 88 itu.
Bagi masyarakat banyak Densus 88 itu dianggap tegas, keras, sangar, sadis, dan kejam terhadap para teroris. Namun, setelah menyimak pidato pak Marthinus saya pun paham.
Densus 88 tidak cuma menembaki dan membunuhi para terroris. Tetapi, Densus 88 juga melakukan langkah-langkah humanis untuk pencegahan terhadap terjadinya tindakan terrorisme. Densus 88 lebih utamakan pemberantasan terrorisme ketimbang sekedar menembaki para teroris.
Menurut Irjen Pol. Marthinus Densus 88 berhasil menyadarkan para teroris sehingga mereka kembali mencintai NKRI dan Pancasila. Para teroris yang sudah insyaf itu sampai mencium bendera Merah Putih.
Saya sendiri sejak dulu mengagumi Densus 88. Karena mereka hebat dalam menangkapi terroris sekaligus sukses menyadarkan para terroris.
Makanya, beberapa kali saya pernah tulis, meminta Jokowi dan Kapolri segera membentuk Densus 99 atau Densus 07 khusus untuk berantas Korupsi yang sudah bikin banyak rakyat hidup miskin melarat.
Dan, kali ini saya meminta Presiden Joko Widodo segera pula membentuk Densus 77 untuk memberantas mafia tanah.
Salam NKRI. Salam Pancasila.
Merdeka!!!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews