Depok Kota 72 Bidadari

Waktu kampanye dulu, PKS menjanjikan motor gak bayar pajak. PKS punya beberapa Gubernur dan pemimpin daerah. Apakah rakyat NTB atau Sumbar nanti akan dibebaskan pajak motornya?

Minggu, 14 Juli 2019 | 22:44 WIB
0
371
Depok Kota 72 Bidadari
Parkir pria dan wanita (Foto: Suara.com)

Sebagai warga Depok, saya bangga akan kejeniusan Walikota saya. Daya pikirannya melampauai planet tautatis. Ini yang membuat Depok sebagai salah satu kota yang diperkirakan menjadi tempat turunnya bidadari ketika mau mandi di sungai.

Depok memang macet. Kemacetannya tergolong level biadab. Kalau berkendara di jalanan Depok, dibutuhkan mental prima. Selain lubang jalan berceceran, polisi tidur yang malas bangun, sampai angkotnya yang ngepot gak ketulungan.

Tapi rakyat Depok tidak ada yang stress. Sebab stress adalah perbuatan yang diharamkan agama. "Jaman Nabi dulu gak ada orang stress karena macet," kata mereka.

"Jadi kalau ada orang stress karena macet itu perbuatan bid'ah. Dan bid'ah dekat ke neraka."

Tapi jalanan di Depok ttetap macet? Jangan salahkan jalannya. Salahkan kenapa kendaraannya banyak. Kalau jalannya sedikit, kendaraan juga sedikit, gak akan macet. Kalau jalanan sedikit kendaraannya banyak, pasti macet. Itu sunnatullah.

Sebagai manusia beriman kita tidak bisa melawan sunatullah. Masuk neraka resikonya. Jalan satu-satunya adalah berdoa yang khusyuk. Bangun pada sepertiga malam. Doakan agar jalanan gak macet. Walikota yang baik, adalah orang yang mampu mendoakan jalanan gak macet. Hanya orang PKS yang sanggup jalani itu.

Ingat Depok ini adalah kota PKS. Bahkan orang seluruh Indonesia tahu, oleh-oleh khas Depok adalah gantungan kunci logo PKS.

Di Depok, kamu lebih susah mencari perempuan pakai bando ketimbang mencari perempuan bercadar. Sebab kota yang dirahmati ini tidak banyak penjual bando berkeliaran.

Anak-anak perempuan usia PAUD di Depok belajar memakai pakaian yang menutupi dirinya dari sinar matahari. Mungkin mereka akan kekurangan vitamin D, tapi apa untungnya vitamin dibanding api neraka yang membakar setiap helai rambut mereka.

Maka di Depok hari ini, motorpun berjenis kelamin. Tidak boleh ada motor bencong, yang kelaminya gak jelas. Parkir motor perempuan berbeda dengan motor lelaki. RX King dilarang berdekatan dengan Honda Beat. Bukan muhrimnya!

Waktu kampanye dulu, PKS menjanjikan motor gak bayar pajak. PKS punya beberapa Gubernur dan pemimpin daerah. Apakah rakyat NTB atau Sumbar nanti akan dibebaskan pajak motornya?

Tidak semudah itu, Ferguso. Kampanye adalah brosur. Gak harus ditepati. Lagian sebagai rakyat, baru dijanjiin gitu doang aja diambil ati sih. Namanya juga brosur agar PKS dicoblos. Gak serius kok.

Kembali pada ide Walikota Depok yang brilian itu. Kasih sayangnya sama warga Depok sangat kentara. Jalanan memang macet biadab. Walikota tidak berfikir menyelesaikan kemacetannya. Tapi bagaimana mengurangi stress karena macet.

Caranya : stel lagu di lampu merah.

Lagu apa? Bukankah di PKS musik itu gak boleh?

Tenang. Ada nasyid. Suara cowok-cowok nyanyi bersama dududu, dadada, akan diperdengarkan di lampu merah. Isi lagunya mungkin nasihat tentang kesabaran. Sabarlah menghadapi kemacetan.

Mungkin ada juga lagu soal haramnya pacaran. Para mahasiswa dan mahasiswi yang pacaran naik motor akan resah begitu tiba di lampu merah. Lagu soal haramnya pacaran mendayu-dayu. Menusuk-nusuk hati mereka.

"Mas, nanti malam halalin aku ya. Halalin aku. Aku gak mau kita disindir lampu merah terus. Dosa, mas. Dosa," rajuk perempuannya. Esoknya mereka putus.

"Masih semester dua udah minta kawin," ujar cowoknya sebel. "Duit jajan gue aja masih minta orang tua."

Bagaimana dengan penumpang Gojek atau Grab perempuan. Apa mereka minta dihalalin juga sama supirnya? Wah, untung besar para supir online nih.

Inilah Depok. Dengan segala pesonanya. Inilah kota, tempat 72 bidadari turun dari surga untuk menumpang mandi.

Kata bidadari itu. "Kalau ada sumur di Depok. Bolehlah kita menumpang mandi..."

"Emang di surga gak ada kamar mandi, Mas?" tanya Abu Kumkum.

Lagi kemarau kale, Kum.

Bambang Kusnadi ikutan komentar. "Mas, saya gak bisa membayangkan penderitaanmu. KTP Depok, ketemu Walikota kayak gini. Terus tiap hari kerja di Jakarta. Ketemu Anies...hahahahaha," tawanya pecah.

Bangke, lu!

***