Jokowi Hadapi "Perangkap" Rekonsiliasi

Rekonsiliasi harus disikapi dengan kerendahan dan kebesaran hati, oleh kedua belah pihak, demi kepentingan bersama, juga bangsa dan negara.

Rabu, 10 Juli 2019 | 07:22 WIB
0
500
Jokowi Hadapi "Perangkap" Rekonsiliasi
Foto: Fajar.co

Rekonsiliasi hukum bisa menjadi perangkap untuk menaklukkan Jokowi, dan Jokowi sangat sadar akan hal itu. Mustahil Jokowi mau menerima rekonsiliasi dengan Persyaratan barter kasus hukum Habib Riziek, dan para pendukung Prabowo, itu samahalnya Jokowi bunuh diri.

Jokowi sadar betul kalau rekonsiliasi hukum itu domain Yudikatif, apa lagi posisinya dalam konteks rekonsiliasi kapasitasnya sebagai Pemenang Pilpres, sementara secara Pemerintahan masih ditangan Jokowi-JK, bukan Jokowi-Ma'ruf.

Maka dari itu Jokowi-Ma'ruf pasti sulit untuk menerima rekonsiliasi dengan Persyaratan yang ditawarkan kubu Prabowo-Sandi. Menjadi perangkap Jebakan kalau Jokowi-Ma'ruf menerima tawaran tersebut.

Kubu Prabowo-Sandi juga pastinya tahu kalau rekonsiliasi hukum yang menyangkut Habib Riziek itu tidak bisa diselesaikan dengan Jokowi-Ma'ruf, karena itu masih dalam wilayah Pemerintahan Jokowi-JK. Itupun bukan domain Eksekutif.

Tidak mudah menaklukkan Jokowi meskipun dianggap planga-plongo, tapi Jokowi sudah membuktikan betapa mudah dia menaklukkan lawan, dan itu sudah terbukti beberapa lawannya sudah menjadi kawan, bertekuk lutut didalam Koalisinya.

Gembar-gembor tuntunan kubu Prabowo dalam kemasan rekonsiliasi pun, lamban laun akan melemah dengan sendirinya. Seperti biasanya kubu Prabowo Nafsu besar tenaga kurang, semangat didepan melemah pada akhirnya.

Jelas tidak mungkin sebuah rekonsiliasi politik diubah menjadi rekonsiliasi hukum, hanya merasa memiliki posisi tawar. Padahal keinginan Jokowi untuk melakukan rekonsiliasi semata-mata untuk menurunkan tensi politik, yang selama Pemilu begitu tinggi.

Jokowi sudah membaca kemana arah rekonsiliasi yang diinginkan kubu Prabowo, dan sangat sadar kalau kubu Prabowo sedang menyiapkan perangkap lewat rekonsiliasi. Sebetulnya momentum untuk rekonsiliasi itu sudah habis.

Ada atau tidaknya rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo, sudah tidak ada lagi pengaruhnya bagi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf nantinya. Secara jiwa besar Jokowi sudah memberikan tawaran terbaik kepada lawan yang kalah, tapi rupanya tawaran tersebut justeru dianggap sebagai dosa-dosa Jokowi.

Baca Juga: Tak Relevan, Usulan Jemput Rizieq Shihab untuk Rekonsiliasi

Yang harus disadari oleh kubu Prabowo, bahwa Jokowi tidak akan larut dalam persoalan rekonsiliasi saja, banyak hal yang menjadi titik fokus Jokowi untuk segera diselesaikan. Jokowi hanya berusaha mengartikulasikan apa yang dinamakan niat baik.

Ada saatnya Jokowi akan balik badan, untuk tidak lagi peduli dengan rekonsiliasi. Karena ada batas kesabaran dari kerendahan hati, saat menghadapi sebuah kesombongan. Sementara rekonsiliasi tersebut harusnya dimaknai sebagai upaya mencari titik temu untuk mendamaikan.

Rekonsiliasi tidak akan bisa terjadi kalau Salah satu pihak bersikap jumawa, merasa sebagai pihak yang dibutuhkan. Rekonsiliasi harus disikapi dengan kerendahan dan kebesaran hati, oleh kedua belah pihak, demi kepentingan bersama, juga bangsa dan negara.

***