Lunakkan Amien Rais, Jokowi Pakai "Jurus 12 Menit" SBY?

Dalam kebisuannya, BG mewujudkan dirinya menjadi “sesuatu” bagi Amien Rais. “Sesuatu” yang mungkin juga dilihat Amien saat bertemu dengan SBY selama 12 menit 12 tahun silam.

Rabu, 17 Juli 2019 | 10:52 WIB
0
470
Lunakkan Amien Rais, Jokowi Pakai "Jurus 12 Menit" SBY?
Sumber Restate.nz

Amien Rais tetiba melunak. Tidak ada lagi lontaran-lontaran pernyataannya yang memanasi situasi. Dari mulutnya sudah tak terdengar lagi seruan “people power” yang mengarah pada penggulingan Jokowi. Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini bahkan memberi sinyal pada partainya untuk ikut dalam koalisi Jokowi.

Ketua Dewan Kehormatan PAN bergelar Guru Besar ini seolah terkesiap menyaksikan pertemuan Jokowi dan Prabowo Subianto yang dilangsungkan di Stasiun MRT Lubak Bulus pada 13 Juli 2019. Amien seolah tersadar jika ia telah ditinggalkan oleh Prabowo, mantan capres yang dibelanya mati-matian.

Kepada awak media, mantan Ketua MPR RI 1999-2004 ini sempat meluapkan kegundahgulanaannya soal pertemuan Jokowi-Prabowo sebelum meralatnya dua hari kemudian

"Sama sekali belum tahu. Makanya itu, mengapa kok tiba-tiba nyelonong?" kata Amien di kediamannya di Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 13 Juli 2019 sebagaimana dikutip Detik.com

Sebenarnya bukan kali pertama Amien yang semula galak luar biasa kepada Presiden RI mendadak kalem bagaikan Putri Solo. Sebelumnya, pada 2004 Amien Rais yang kala itu gagal menjadi presiden dengan ganasnya menyerang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bermula dari Isu Dana Kampanye Paul Wolfowitz

Adalah Johan Sarjono, reporter Radio Elshinta yang bertanya kepada SBY pada 25 Mei 2007 di Istana.

“Mantan Ketua MPR dan juga calon presiden Pemilu 2004 dari Pantai Amanah Nasional, Pak Amein Rais, pernah mengaku mendapat tawaran dana dari Paul Wolfowitz, apakah Bapak Presiden juga menerima tawaran dana semacam itu? Terima kasih” tanya Johan.

Oleh SBY pertanyaan itu dijawab, “Tidak pernah. Pasti, tidak pernah. Tahun 2004 ketika pemilu dan pemilihan presiden-wakil presiden dilaksanakan, saya tidak pernah berkomunikasi, apalagi pernah bertemu dengan Paul Wolfowitz, apalagi menawarkan dana, apalagi menerima dana dari yang bersangkutan.”

Mantan Presiden RI yang saat itu didampingi Mensesneg Hatta Rajasa dan Seskab Sudi Silalahi ini kemudian menambahkan, “Saya juga mengikuti, memang pernyataan Pak Amien Rais ditawari. Cek saja kepada Wolfowitz, apakah betul menawarkan kepada Pak Amien Rais. Saksinya disebut-sebut ada dua orang saksi. Saya juga tahu bahwa yang bersangkutan mengatakan tidak demikian, tapi okelah saya tidak usah masuk ke wilayah itu. Jadi tidak bagus.

Suami mendian Kristini Herawati ini pun kemudian menantang Amien Rais, “Silakan karena Pak Amien Rais sudah menyampaikan penjelasan kepada publik, ya dibuktikan. Para saksinya suruh menyampaikan kepada publik agar yang terkuat adalah kebenaran.”

(Wawancara Radio Elshinta dengan SBY ini sempat diunggah di situs Presidentri.go.id sebelum kemudian dihapus. Tetapi, masih ditayangkan di Detik.com.)

SBY sebagai Presiden RI pastinya tidak bisa memandang remeh tudingan Amien Rais. Apalagi publik menganggap Amien tidak mungkin ngomong sembarangan. Amien diduga mengantongi bukti-bukti atas tuduhannya itu. Apalagi konsekuensi dari tudingan ayah dari Hanum Rais ini tidak main-main.

Pasal 45 UU No. 23 Tahun 2003 menyebutkan,”Pasangan calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain yang berasal dari: negara asing, lembaga asing, lembaga swadaya masyarakat asing, dan warga negara asing.

Dan, jika ada pasangan yang menerimanya, maka tidak dibenarkan pasangan tersebut untuk menggunakannya, dan harus melaporkan pada KPU selambat-lambatnya 14 hari setelah masa kampanye berakhir.

Sedang bagi pasangan capres-cawapres yang tidak melaporkan adanya aliran dana asing yang diterimanya adalah ancaman pidana serta dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai pasangan capres-cawapres.”

Jelas, apa konsekuensi bagi pasangan SBY-JK yang saat itu sudah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden apabila tuduhan Amien itu terbukti di pengadilan.

Tidak mengherankan bila kemudian SBY mengancam akan menuntut Amien Rais jika isu tersebut terus berkembang.

“Saya akan menggunakan hak saya untuk melakukan proses hukum demi keadilan di negeri ini,” ancam SBY dalam acara konferensi di belakang Istana Merdeka Jakarta seperti yang diberitakan Antaranews.com.

Misteri Pertemuan 12 Menit Amien Rais-SBY

Dari Kuala Lumpur, Malaysia SBY menceritakan telah bertemu dengan Amien di ruang Bandara Halim Perdana Kusuma pada Minggu 27 Mei 2007. Pertemuan itu diungkap SBY dalam konferensi pers usai mengikuti Malaysia - Indonesia Business Roundtable pada 28 Mei 2007.

Pertemuan SBY dengan Amien Rais itu bermula dari laporan Hatta Rajasa. Hatta menyampaikan kepada SBY jika ia telah mengontak Amien via telepon.

"Pak Hatta menghadap saya Sabtu sore. Dia menceritakan telah berkomunikasi via telepon dengan Pak Amien Rais, dan menyarankan saya untuk bertemu dengan beliau," kata SBY mengawali kisahnya.

“Pak Amien Rais terbang langsung dari Yogya ke Bandara Halim Perdanakusuma dan bertemu dengan saya hari Minggu," lanjut SBY seperti yang diisampaikan Detik.com

Pertemuan SBY-Amien Rais yang berlangsung di Bandara Halim Perdana Kusuma itu berlangsung singkat. Menurut Amien yang ditanya wartawan, pertemuan tersebut hanya berlangsung selama 12 menit.

"Ini bukan pertemuan rahasia, wong ada beberapa orang yang melihat. Pertemuan hanya berlangsung 12 menit,” kata Amien di rumahnya Pandeansari Blok II nomor 15 Condongcatur, Sleman, pada 28 Mei 2007 seperti yang diberitakan Detik.com.

Keesokan harinya, masih dari Kuala Lumpur, SBY menekankan sekali lagi bahwa inti dari pertemuan tersebut adalah kedua pihak bersama-sama berniat baik untuk tidak melanjutkan masalah yang ada sehingga menimbulkan situasi politik yang tidak kondusif bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia.

Dan, setelah pertemuan selama 12 menit itu, Amien tidak pernah lagi menyerang SBY. Bukan hanya memyerang dengan amunisi dana kampanye Paul Wolfowitz, tetapi juga dengan peluru-peluru lainnya. Selanjutnya, Amien Rais seolah kelu jika berhadapan dengan SBY.

Mengingat konflik tajam yang mendahuluinya, tentu saja pertemuan itu tidak sekadar say hello atau basa-basi pembasah bibir lainnya. Terlebih setelah pertemuan 12 menit itu, sikap Amien Rais kepada SBY langsung melunak. Satu pertanyaan pun muncul, apakah selama 12 menit yang senyap itu keduanya hanya bicara atau ada “sesuatu” yang diperlihatkan SBY kepada Amien Rais? Inilah misteri yang mungkin hanya SBY dan Amien yang menyimpannya.

Apapun itu, dengan “jurus 12 menitnya” SBY berhasil membuat Amien Rais dan PAN menjadi parpol pertama (tentu saja di luar Partai Demokrat) yang mengusung SBY dalam Pilpres 2009. Karena dukungannya pada SBY, Amien bahkan tak segan menelikung Soetrisno Bachir, Ketua Umum PAN waktu itu, yang tengah giat-giatnya menjalin komunikasi dengan Prabowo Subianto.

 Budi Gunawan Simbolkan “Jurus 12 Menit" SBY?

Sama seperti kepada SBY 12 tahun lalu, kepada Jokowi pun Amien Rais gencar melontarkan serangan-serangannya. Sama seperti kepada SBY, sejumlah peluru yang ditembakkan Amien ke arah Jokowi hanyalah pelor kosong tanpa isi. Meskipun demikian, akibat dari polarisasi, tembakan-tembakan Amien tetap memiliki dampaknya sendiri.

Melunaknya Amien Rais terhadap Jokowi tentu saja memiliki konsekuensi buruk bagi dirinya. Amien bukan hanya dianggap sebagai tokoh oportunis yang mancla-mencle tidak karuan, tetapi juga bakal kehilangan legitimasi dari kelompok-kelompok Islam anti-Jokowi.

Sebagai tokoh politik senior, tokoh yang mendapat julukan Sengkuni ini pastinya sudah mengalkulasikan setiap konsekuensi atas sikap politiknya. Amien pastinya tidak mungkin memutar haluan 180 derajat tanpa dipikirkan masak-masak terlebih dulu.

Amien bisa saja memainkan politik dua kakinya. Satu kaki membiarkan PAN bergabung dengan koalisi besutan PDIP. Satu kaki lainnya tetap bersama kekuatan kelompok-kelompok Islam anti-Jokowi. Tetapi, pilihan dua kaki ini tidak diambil Amien. Amien lebih memilih melempemkan dirinya dihadapan Jokowi.

Kehadiran Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan dalam pertemuan Jokowi-Prabowo pastinya juga dibaca dengan sangat teliti oleh Amien Rais. Dalam pertemuan yang sarat simbol itu, Budi tidak perlu mengeluarkan pernyataan untuk mengingatkan pihak-pihak yang masih ingin mengganggu Jokowi dan pemerintahannya. Dengan kata lain, BG mengingatkan siapapun, termasuk Amien Rais untuk tidak berulah lagi.

Dalam kebisuannya, BG mewujudkan dirinya menjadi “sesuatu” bagi Amien Rais. “Sesuatu” yang mungkin juga dilihat Amien saat bertemu dengan SBY selama 12 menit 12 tahun silam. “Jurus 12 Menit” nampaknya kembali berhasil membungkam Amien Rais.

***