Entah bisa disebut pelecehan atau tidak, ketika Timses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berbicara soal bibit, bebet, dan bobot petahana Presiden Joko Widodo. Namun, kenyataannya Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengatakan penilaian berdasarkan 3 hal itu merupakan bentuk pelecehan.
Dengan kata lain, menurut juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Irma Suryani Chaniago, kubu Prabowo-Sandi merasa eksklusif, sehingga memandang rendah rakyat jelata di Indonesia.
Untuk diketahui, Joko Widodo memang bukanlah berasal dari keluarga berada, seperti halnya Prabowo Subianto atau Sandiaga Uno. Jokowi lahir di Solo pada 21 Juni 1961. Keluarganya pun bukan tergolong tokoh nasional, seperti Sumitro Djojohadikusumo atau Mien R Uno.
Jokowi memang berbeda dengan Prabowo Subianto. Ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo adalah seorang politisi di masa lalu, dan juga menjadi seorang menteri, baik ketika di PRRI/Permesta maupun selam Orde Baru.
Sejak kecil, Hidup Prabowo pun lebih banyak dinikmati di luar negeri, sangat kontras dengan apa yang dialami Jokowi semasa kecil.
Jokowi adalah anak sulung, dan laki-laki satu-satunya dari 4 bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan bernama Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati. Tidak seperti Prabowo, Jokowi pernah menjalani masa kecil yang cukup berat. Ia harus bekerja keras untuk memenuhi kehidupannya, seperti berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul.
Semua itu dilakukannya untuk keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Tak hanya itu, tempat tinggalnya juga pernah mengalami penggusuran sebanyak tiga kali.
Intinya, Jokowi memang bukan berasal dari orangtua yang berkecukupan, seperti Prabowo Subianto. Apa karena itu, lantas dianggap tidak layak mengikuti kontestasi Pilpres 2019? Awalnya, Jokowi bukanlah politisi atau tokoh nasional, bukan pula berasal dari militer dengan pangkat jenderal.
Dan, sepertinya Undang Undang Dasar (UUD) 1945 tidak memberikan persyaratan khusus, seperti bibit, bebet, dan bobot kepada warga negara Indonesia yang ingin menjadi Presiden Republik Indonesia.
Bukankah kita semua sepakat tidak akan berpikir mundur, seperti zaman sebelum merdeka?
***
Sumber:
1. DETIK.COM (14/12/2018): "Kubu Prabowo Bicara Bibit, Bebet, Bobot Jokowi, Timses: Pelecehan!"
2. TRIBUNNEWS.COM (21/06/2018): "Masa Kecil Jokowi, Pernah Hidup Susah, Jadi Ojek Payung hingga Kena Gusur 3 Kali"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews