Oleh Dr. Abdul Mujib, Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama IAIN Metro
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang plural seperti Indonesia, moderasi beragama merupakan pilihan sikap yang tidak bisa ditawar. Bangsa ini berdiri di atas keberagaman: suku, budaya, bahasa, dan agama. Di tengah perbedaan itu, moderasi beragama menjadi jalan tengah yang adil untuk menjaga keharmonisan, menolak ekstremisme, dan merawat persatuan.
Moderasi beragama bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama atau melemahkan keyakinan, melainkan memahami bahwa dalam menjalankan agama, perlu ada kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan secara damai. Sikap moderat menjadikan seseorang bijak dalam menyikapi perbedaan, tidak mudah menyalahkan, apalagi mengkafirkan orang lain yang berbeda pandangan.
Moderasi beragama adalah bentuk konkret dari pengamalan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa", yang mengajarkan umat beragama untuk menjalankan keyakinannya dengan tetap menghormati keyakinan orang lain. Ini juga selaras dengan UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi seluruh warga negara.
Dalam konteks kehidupan berbangsa, moderasi beragama adalah benteng terhadap berkembangnya paham radikal, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Fakta sejarah menunjukkan bahwa konflik horizontal sering kali dipicu oleh ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perbedaan. Di sinilah pentingnya membangun kesadaran kolektif bahwa agama mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan keadilan.
Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menjadikan moderasi beragama sebagai program prioritas nasional. Ini menunjukkan bahwa moderasi bukan hanya isu moral, tetapi juga strategi kebangsaan. Tokoh agama, pendidik, tokoh masyarakat, dan media massa memiliki peran penting dalam menyebarluaskan pesan moderasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
Generasi muda sebagai penerus bangsa harus diperkuat dengan pemahaman agama yang mendalam namun tidak sempit. Pendidikan yang inklusif, kurikulum yang mendukung toleransi, serta keteladanan dari para pemimpin akan membentuk karakter anak bangsa yang beriman, terbuka, dan cinta tanah air.
Moderasi beragama adalah jembatan antara keimanan dan kebangsaan. Dengan menjadikannya sebagai pilihan sikap, kita turut menjaga keutuhan bangsa, menciptakan ruang dialog yang sehat antarumat beragama, dan membangun masa depan Indonesia yang damai dan bermartabat.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews