Prabowo dan Alutsista

Mau bisnis senjata bang? Mbok dipahami dulu falsafah dasarnya: kalau berhasil ia tak lebih seorang mafia, kalau gagal ia tak lebih seorang amatiran.

Rabu, 9 Juni 2021 | 05:57 WIB
0
240
Prabowo dan Alutsista
Prabowo Subianto (Foto: CNN INdonesia)

Prabowo itu kalau diibaratkan antara peluru atau senapan, ia apanya? Ia yang mana?
Kalau senapan, ia hanya bisa bikin takut dan jeri lingkungan terdekatnya. Ia hanya bisa menggiring pendukung semunya, tanpa ikatan ketulusan apa pun. Di luar sana, di hari ini ia tak lebih cameo birokrasi yang canggung dan serba salah.

Tapi, kalau pun ia selongsong peluru. Ia tak pernah benar-benar bisa "membunuh". Ia selalu butuh orang lain, untuk bikin rusuh dan riuh ini itu. Di sinilah, kenapa ia di beri rumah yang tampak cocok baginya. Tapi sebenarnya malah tampak asing dan mencekam.

Menjelaskan kenapa sekian lama, ia balem dan blangkemen. Diam yang bukan emas, tapi sunyi-senyap karena penuh dengan rencana aneh dan tak terduga!

Bagi saya Prabowo tak pernah menjadi prajurit sejati, yang siap dengan senapan dan mesiu peluru di dalamnya. Ia terlalu merasa perwira dan tinggi untuk menyandangnya. Namun juga tak pernah bersungguh-sungguh menjadi prajurit tulen yang tak pernah ragu untuk meregang nyawa!

Dan ketika rencana brutal membeli alutsista senilai 1.760 Trilyun terbongkar. Ia sibuk berdalih, mencari kambing hitam, dan belum apa-apa memilih cuci tangan. Ia boleh saja menangkis ini itu, tapi gestur dan intonasi bicaranya terlalu telanjang untuk menganggap dirinya sedang tidak berbohong!

Demikianlah calon presiden yang tiga kali gagal ini, yang diberi jabatan politis yang serba tanggung. Ia menguasai masalah, tapi tak betul-betu; berkuasa. Ia memiliki mimpi-mimpi, tapi tak pernah betul bangun dari tidurnya. Ia diberi kursi jabatan, tapi tak pernah betul-betul dipercaya.

Karena itulah, ia terus menerus bersiasat. Kadang tampak gagah, tapi sesungguhnya tak pernah memahami masalah. Ia ingin negara kuat dan berjaya di hari ini, tapi dengan cara memindahkan beban ke anak cucu bangsa.

Menurut saya ia "jahat secara degeneratif", bila benar ia membebankan pembelian senjata-senjata dengan cara berhutang. Yang saat utang itu terbayarkan, ia telah menjadi barang-barang lapuk karena tak pernah benar-benar dipakai...

Figur ini, terbebani betul dengan nama partai yang dibikinnya. Indonesia Raya, nama yang terlalu sembrono untuk dijadikan sekedar organisasi politik. Ia ingin dimiliki semua orang, dinyanyikan seluruh lapisan. Ia hanya tahu, sebagaimana latah yang ada sejak sekira seratus tahun yang lalu. Bahwa Indonesia Raya itu bermakna Indonesia yang besar, yang berjaya, yang dihormati, yang dirayakan.

Kesalahan kolektif yang sembrono bahwa begitu proklamasi diumumkan maka otomatis Indonesia Raya telah berkumandang. Mengapa ia selalu salah langkah, terlambat melangkah, dan penuh keraguan. Ia selalu dikelilingi orang yang tampak loyal, tapi tak pernah benar-benar mengikuti aturan mainnya. Ia mengidolai Sudirman, tak tak pernah meneladani sisi penderitaannya.

Padahal untuk menjadi besar dan berjaya, ia harus dimulai dari berhemat, prihatin, tapi tetap bekerja keras dan terutama menjaga mulut. Dan di sinilah kelemahannya Probowo menjadi masalah terbesarnya. Ketika semakin sadar ia tak trampil berkomunikasi, ia banyak meminjam mulut. Masalahnya....

Sebut satu saja, di lingkaran ring satu-nya adakah satu saja contoh yang bermulut mulia? Tralala, eh traada...

Partai yang baik, organisasi yang memiliki masa depan adalah mereka yang memiliki juru bicara yang baik dan bisa dipercaya. Dan Tuhan Maha Lucu, tiba-tiba muncul dengan kisah ironiknya. Tak berapa lama ketika Ganjar Pranowo, justru sebagai figur birokrat "paling communicable" dengan rakyatnya dianggap kemajon. Lalu semenjana "disetrap".

Tiba-tiba alam semesta gantian menunjukkan pasangan calon "ibu cawapres" yang hanya pandai beretorika tanpa makna, yang ujung-ujungnya tak lebih bersilat lidah tanpa makna. Mbok Mega harusnya jangan terlalu "atos", keras kepala tentang hal itu!

Mau bisnis senjata bang? Mbok dipahami dulu falsafah dasarnya: kalau berhasil ia tak lebih seorang mafia, kalau gagal ia tak lebih seorang amatiran. Simalakama itulah yang coba ia rencanakan, dan gagal total sejak masih dalam perencanaan

Mbok bakul dawet wae mas, yen ra payu dikokop dewe...

***

NB: Coba tebak yang mana Prabowo-nya? Yang di depan atau yang di belakang? Lalu siapa yang memanggul senapan, siapa yang memegang peluru. Yang mana pun, ia figur terbelah yang tak pernah benar2 mampu...

Litografi karya Auguste van Pers (c.1888) koleksi Indonesia Early Visual Documentary (IEVD)
123