Pembangunan di Papua masih terhalang oleh konten provokatif dan hoax. Walau gangguannya tidak secara fisik tetapi cukup mengganggu, karena bisa mempengaruhi faktor psikologis masyarakat. Seluruh rakyat (bukan hanya yang tinggal di Papua) diminta untuk tidak mempercayai dan menyebar hoax, demi kenyamanan bersama.
Hoax adalah berita atau gambar palsu yang sengaja disebar demi kepentingan tertentu. Sedangkan konten provokatif adalah konten di media sosial yang sengaja dibuat dan diviralkan, agar masyarakat tersulut emosinya. Biasanya konten provokatif dibuat oleh tim buzzer politik demi menjungkalkan lawannya (black campaign).
Sayangnya hoax dan konten provokatif tentang Papua sudah beredar di media sosial dan ada beberapa yang membuat tercengang, karena narasinya nyaris benar. Padahal jika diteliti, yang digunakan adalah foto palsu karena dipotret di tempat lain dan kejadiannya tidak seperti yang diceritakan di hoax.
Hoax pertama tentang Papua adalah ketika sebuah rumah ibadah dikabarkan dibakar. Padahal ketika diteliti oleh tim siber, peristiwa itu tidak terjadi di Papua, melainkan di Sulawesi. Juga, kejadiannya sudah terjadi tahun 2019 lalu. Jadi dipastikan bahwa foto dan beritanya salah besar.
Selain itu hoax dan konten provokatif yang sempat beredar di media sosial adalah ketika dikabarkan bahwa aparat di Papua mengejar KST (dulu bernama KKB) dengan tujuan untuk memusnahkan ras Melanesia. Padahal hoax itu sengaja dibuat dan disebarkan oleh tim KST, agar menarik simpati masyarakat.
Kenyataannya, KST dikejar karena mereka membuat onar dan membunuh aparat serta warga sipil di Papua. Hoax dan konten provokatif sangat menyebalkan karena bisa meracuni pikiran pembacanya.
Jangan sampai kita percaya akan keberadaannya, dan saring dulu sebelum sharing. Ketika ada hoax maka periksa apakah itu fakta atau hanya hoax, dan cara mengeceknya juga cukup membuka internet.
Hoax juga bisa menghambat pembangunan karena jika banyak pemberitaan negatif tentang Papua, investor lokal dan asing akan takut untuk menanamkan modal di sana, sehingga modernisasi di Bumi Cendrawasih akan terhambat.
Selain itu, para pekerja yang didatangkan dari Jawa dan pulau lain akan menolak untuk diajak bekerja di Papua dan proyek-proyek akan tersendat. Sehingga yang rugi adalah masyarakat Papua sendiri.
Aktivis pemuda Papua Steve Mara menyatakan bahwa berita hoax di dunia maya bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat.
Apalagi dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan internet, sehingga cukup berpengaruh. Dalam artian, hanya dengan 1 berita singkat yang beredar di portal atau media sosial bisa men-trigger masyarakat untuk emosi dan akibatnya bisa merusak proses pembangunan di Papua.
Steve menambahkan, berita hoax tentang Papua bisa tersebar sampai ke luar negeri dan merugikan karena bisa dibaca oleh masyarakat. Dalam artian, jika ini terus berlanjut maka turis asing akan takut untuk berlibur ke Bumi Cendrawasih sehingga devisa berkurang.
Akibatnya APBD Papua bisa berkurang juga dan akan berpengaruh pada kelancaran pembangunan. Sungguh efek domino negatif yang mengerikan.
Oleh karena itu Steve menyarankan agar seluruh warga Papua menyebarkan berita positif tentang Bumi Cendrawasih. Dalam artian, berita ini akan meng-counter berita negati tentang keadaan di Bumi Cendrawasih. Sehingga akan mengembalikan lagi kepercayaan netizen dan pembangunan di Papua makin lancar.
Mari kita edukasi masyarakat dalam memilah mana berita asli dan mana yang palsu atau bahkan yang konten provokatif. Saring dulu sebelum sharing. Jika ada pemberitaan negatif di Papua maka bisa jadi itu hanya hoax yang diproduksi oleh OPM dan KST, dengan tujuan untuk menghambat pembangunan di Bumi Cendrawasih. (Alfred Jigibalom)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews