Nahdhatul Ulama, Soko Guru Keindonesiaan

Dengan kesyukuran 95 tahun, kurang 5 tahun jelang 1 abad, akan menjadi momentum dalam mengukuhkan keberadaan NU sebagai bagian utama Indonesia.

Minggu, 31 Januari 2021 | 13:01 WIB
0
242
Nahdhatul Ulama, Soko Guru Keindonesiaan
Nahdhatul Ulama (www.nu.or.id)

Nahdhatul Ulama (NU), mencapai 95 tahun pada 31 Januari 2021. Muassis NU, Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari yang juga pendiri pondok pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur. Organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia dan juga dunia, tersebar pula ke seluruh penjuru dunia.

Merauke, Sabang, dan setiap jengkal tanah Indonesia, NU hadir dan menjadi bagian kehidupan masyarakat. Kiprah antarabangsa, juga dapat dilihat pada cabang istimewa yang menjangkau sampai ke Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa. Apalagi di Asia, dan Australia, wilayah terdekat Indonesia.

Dalam setiap detik kehidupan kebangsaan, NU selalu hadir untuk menyertai arah perjalanan kebangsaan. Pesantren, pondok, dan madrasah diasuh warga NU senantiasa mengiringi pergulatan spiritual umat.

Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU mencatat jumlah lembaga pesantren yang diwujudkan warga NU mencapai 13.477.

Madrasah tersebut, tidak saja di pulau Jawa tetapi juga menjangkau sampai ke Papua. Di pelosok Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, pesantren NU berdiri di sana.

Begitu pula, salah satu madrasah pavorit yang menjadi pilihan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, madrasah Ma'arif tersebar di penjuru tanah Papua. Mulai dari Sorong sampai ke Jayapura.

Lembaga pendidikan tinggi berhimpun dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (APTINU). Perguruan tinggi tersebut dengan koordinasi Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU). Untuk jumlah saat ini, tercatat tidak kurang dari 258 tersebar di seluruh Indonesia.

Dengan jumlah perguruan tinggi Indonesia yang sudah banyak, Ketua PBNU Prof. Dr. Masykuri Abdillah menyampaikan perlunya untuk juga mulai memperhatikan soal kualitas (2006). Tidak saja pada soal jumlah yang sudah ada saat ini.

Ini menjadi solusi, dimana pemerintah belum dapat menyediakan pendidikan untuk keseluruhan warga negara. Dengan adanya pesantren-pesantren tersebut, akan menjadi peluang belajar bagi yang tidak dapat masuk ke sekolah negeri.

Untuk kesehatan terdapat Asosiasi Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (ARSINU) yang mengelola rumah sakit dan klinik.

Di Jawa Timur, pada 2015 sudah terdapat 28 rumah sakit. Adapun rumah sakit yang menangani Covdi-19 sejak April 2020, mencapai 33 rumah sakit. Jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan penanganan korona.

Pada bidang sosial juga, telah berdiri LazisNU dengan sandingan NUCare. Didirikan pada tahun 2004 sebagai amanat muktamar NU ke-31, ketika itu dilaksanakan di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah.

Dalam praktik kebangsaan, warga NU menganut sikap untuk selalu menjadi bagian dari pembentukan nasionalisme. Salah satu pijakan yang digunakan adalah hubbul wathon minal iman (nasionalisme adalah bagian dari iman).

Sementara itu, dalam menjawab dinamika politik pasca reformasi didirikan Partai Kebangkitan Bangsa. Dalam satu fragmen sejarah kebangsaan, NU juga pernah menjadi sebuah partai politik, sebagaimana diputuskan pada tahun 1952.

Perkembangan selanjutnya, memunculkan suara untuk kembali ke khittah. Dimana peran-peran NU tidak saja fokus pada politik praktis tetapi menjangkau lebih luas, sosial kemasyarakatan.

Jami’iyah diniyyah ijtima’iyah”, terus menjadi suara dari waktu ke waktu. Termasuk dalam Muktamar ke-26 NU di Semarang, Jawa Tengah yang terselenggara pada tahun 1979.

Sampai akhirnya, terbit kesepakatan dalam bentuk dokumen resmi Munas yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan Khittah Nahdliyah pada ajang Munas NU, 1983 di Situbondo, Jawa Timur. Tempat yang sama pergelaran Muktamar ke-27 NU, Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Situbondo.

PKB tidak saja menjadi sarana menyuarakan aspirasi politik warga NU, tetapi secara luas pelbagai elemen bangsa tanpa memandang agama tertentu saja. Sebagaimana Edward Tannur, dari dapil NTT, dan Marthen Douw dari Papua. Keduanya merupakan kader PKB yang sementara ini duduk di DPR RI.

Indonesia bisa bertahan hingga hari ini. Padahal pada masa reformasi, pengamat politik internasional memberikan prediksi Indonesia yang akan pecah-belah sebagaimana dalam kasus Sovyet.

Prediksi itu tidak terbukti sama sekali. Bahkan pemilu 1999, dianggap sebagai salah satu pemilu yang berjalan dengan baik. Tidak satupun korban yang tumbang akibat proses pemilu. Adapun yang gugur pada hari pencoblosan semata-mata hanya karena kecelakaan lalu lintas. Bukan sama sekali karena proses pemilu yang diprediksi pengamat akan berdarah-darah.

Indonesia didirikan dengan kondisi keberagaman. Inilah diantara warna Indonesia yang wujud. Pada posisi itulah, NU juga wujud. Dimana keberadaaan NU, justru sudah berkiprah 20 tahun sebelum proklamasi.

Didirikannya NU yang mendahului keberadaan Indonesia, justru menjadi pengukuh keadaan Indonesia dari waktu ke waktu, bahkan setiap detik. Dengan kesyukuran 95 tahun, kurang 5 tahun jelang 1 abad, akan menjadi momentum dalam mengukuhkan keberadaan NU sebagai bagian utama Indonesia.

***