Memilih Pemimpin Atas Dasar Kinerja dan Prestasi di Lampung Timur

Masyarakat Lampung Timur mesti menjatuhkan pilihan kepada calon kepala daerah yang sudah pasti kinerja dan prestasinya, bukan sekadar atas dasar suku, agama, ras, dan golongan.

Minggu, 6 September 2020 | 15:05 WIB
0
1120
Memilih Pemimpin Atas Dasar Kinerja dan Prestasi di Lampung Timur
Pasangan Zaiful Bokhari-Sudibyo (Foto: dok. pribadi)

Pada 9 Desember 2020, masyarakat Lampung Timur akan memilih calon kepala daerah mereka untuk kepemimpinan lima tahun ke depan.

Ada tiga pasang calon kepala daerah di Lampung Timur, salah satunya adalah petahana Zaiful Bokhari yang menggandeng calon wakilnya Sudibyo. Zaiful adalah kader PDI Perjuangan, sedangkan Sudibyo kader Partai Golkar. Mereka diusung oleh partai yang punya pamor moncer, PDIP, Partai Gerindra, dan PKS.

Dua partai berhaluan nasionalis, PDIP dan Gerindra bergandengan tangan dengan partai berhaluan agama dengan massa yang terkenal militan ini menjadi modal kuat bagi Zaiful-Sudibyo untuk bisa memenangi kompetisi.

Zaiful-Sudibyo boleh dibilang relatif sehat dalam menjalani kompetisi ini. Pasangan ini lebih banyak menjual gagasan dan hasil kerja Zaiful dalam membangun Lampung Timur selama ini, dengan menghindari provokasi dan eksploitasi masyarakat dari sisi suku, agama, ras, dan golongan.

Prestasi Zaiful selama menjadi bupati adalah telah membangun infrastruktur jalan yang menjadi urat nadi mobilitas bagi masyarakat agraris di Lampung Timur. Selama setahun belakangan ini, Zaiful telah menggelontorkan Rp257 miliar untuk infrastruktur! Dia juga membebaskan warganya dari pengobatan berbayar menjadi gratis! Belum lagi layanan kependudukan yang tidak berbelit-belit lagi.

Dan, kinerja yang sarat prestasi ini tentu akan dia teruskan lagi dalam skala lebih massif manakala dia dipercaya memimpin Lampung Timur kembali. Dia punya slogan yang jelas menyentuh semua elemen: Membangun Lampung Timur untuk Semua!

Dari slogan dan kinerja Zaiful selama ini yang kemudian dia wartakan kepada masyarakat, sudah terlihat bahwa dia dan pasangannya lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis kinerja dalam menjaring suara masyarakat. Mereka nyaris tidak lagi mem-blow up tentang isu-isu berbasis suku, agama, dan golongan.

Meskipun tidak mengdepankan isu ras, Zaiful mendapat banyak simpati dari elemen masyarakat Lampung Timur yang mayoritas bertenis jawa. Semua itu karena kinerja Zaiful telah menyentuh masyarakat sampai akar rumput.

Infrastruktur pertanian yang menjadi basis kehidupan petani etnis jawa diperhatikan betul oleh Zaiful. Belum lagi berbagai lembaga pendidikan yang berbasis kultural dan keagamaan juga tidak lepas dari perhatian dan keramahan Zaiful.

“Milih bupati ora usah ndelok sukune, sing penting kerjone apik, ora tau ngapusi! (artinya: milih bupati tidak perlu melihat asal-usul sukunya, yang penting kerjanya bagus, tidak pernah membohongi!),” demikian beberapa warga Lampung Tmur yang ditanyai penulis di berbagai sudut kampung.

Dan, sudah waktunya masyarakat memilih pemimpin mulai tingkat RT sampai presiden atas dasar kinerja dan prestasi, bukan lagi atas dasar sentimen suku, agama, ras, dan golongan. Memilih atas dasar persamaan suku, agama, ras, dan golongan adalah pola tradisional selain kembali ke zaman kolot, juga rawan dimanipulasi, dieksploitasi, dan wanprestasi atau ingkar janji dari sang pemimpin.

Biasanya, seorang calon pemimpin memprovokasi masyarakat untuk memilihnya atas dasar suku, agama, ras, dan golongan, bisa dipastikan bahwa dia miskin gagasan dan tidak punya kinerja mumpuni. Dia hanya semata-mata meraih ingin kemenangan tanpa harus membalas kepercayaan masyarakat dengan kinerja dan prestasi yang baik.

Sudah banyak contoh figur yang jadi kepala daerah hanya bermodal provokasi perbedaan suku, agama, dan sejenisnya, tetapi dia mengecewakan di kemudian hari. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa atau tidak tahu apa-apa untuk melayani masyarakatanya, karena mereka memang sebenarnya tidak pernah punya kinerja dan menawarkan gagasan besar kepada masyarakat.

Itulah mengapa, masyarakat Lampung Timur mesti menjatuhkan pilihan kepada calon kepala daerah yang sudah pasti kinerja dan prestasinya, bukan sekadar atas dasar suku, agama, ras, dan golongan, agar kelak mendapat layanan terbaik dari sang pemimpin.

Eling pesene simbah: ojo nganti kapusan janji sing durung mesti!

Krista Riyanto, Penulis dan mantan Jurnalis

***