Sebenarnya yang harus malu bukan para pemilihnya, tapi yang harus malu adalah Prabowo sendiri karena ingkar dengan semua janji politiknya yang heroik dan menipu tersebut.
Saat pileg kemarin saya pilih partai Gerindra dan saat pilpres saya pilih Prabowo-Sandi.
Karena capres kita hanya 2. Gerindra saya harap bisa oposisi karena dia kuat, saya ogah dukung partai lemah. Buang buang suara.
Saya dukung partai yang mau dan mampu memperbaiki keadaan, bukan partai yang hanya mau saja, karena kalau hanya sekedar mau, rakyat biasa juga mau memperbaiki keadaan. Saya pakai data gak pake rasa.
Tapi gak ada yang tau isi hati orang lain, Prabowo saya harap tetap jadi macan sesuai pidatonya dalam setiap kesempatan, sekali lagi kita gak tau isi hatinya, domain manusia menilai yang lahiriah saja.
Kalau capresnya ada 3, tentu saya pilih yang ke 3, karena pada dasarnya kita mencari mudhorotnya yang lebih kecil, demokrasi tidak ada tempat buat baper.
Posisi Prabowo saat ini sudah sangat jelas, sebenarnya yang harus malu bukan para pemilihnya, tapi yang harus malu adalah Prabowo sendiri karena ingkar dengan semua janji politiknya yang heroik dan menipu tersebut.
Bagi saya, mau jadi oposisi atau koalisi adalah hak segala bangsa, hak setiap partai, demokrasi menjamin semua itu, asal jenis kelaminnya jelas, dan jangan tipu tipu rakyat.
Kalau mau jadi oposisi jangan jadi oposisi terpaksa, oposisi karena daya saing rendah lalu gak ada pilihan lain karena perolehan suara partainya nomor buncit.
Jangan beroposisi karena memang gak punya pilihan lain. Karena keadaan ril bahwa adanya partai tersebut gak bikin genap, gak adanya dia juga gak bikin ganjil.
Gerindra pada dasarnya bisa mengambil sikap oposisi, selain jumlah kursinya signifikan, Gerindra juga bisa merangkul partai lain untuk beroposisi karena kemarin capres yang kalah adalah asal Gerindra.
Baca Juga: Bertemu Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Gerindra kalau dia mau mendidik rakyat, maka dia bisa jadi imam dalam beroposisi dengan terus konsisten menolak masuk pemerintah agar fungsi check and balances bisa berjalan baik.
Tapi sayang, Gerindra bukannya memberikan pendidikan politik, justru ikut terlibat dalam transaksi kekuasaan rendahan di depan rakyat.
Dalam hal ini prabowo menunjukkan kualitas rendah nya sebagai leader yang gak mampu mengontrol syahwat politik anak buahnya yang menginginkan kursi empuk disekitar jokowi.
Leadership Prabowo sangat lemah dan bertolak belakang dengan pidato dan narasi yang dia bangun saat proses pilpres berlangsung, di titik ini saya kasih jempol ke bawah buat prabowo, fix macan itu sudah berubah jadi kucing dapur.
Merapatnya gerindra ke istana, dalam kacamata politik tidak menguntungkan Gerindra sama sekali, justru hanya menguntungkan penguasa. Gerindra hanya jadi bamper kekuasaan dengan harga jual sangat murah.
Gerindra mengemis berbagai kursi jabatan ke Megawati, mulai jabatan ketua MPR yang gagal mereka dapat yang akhirnya jatuh ke pangkuan Golkar. Sampai kursi mentri urusan pangan yang saat ini masih dilobi dan belum tentu juga dikasih oleh Jokowi.
Saya punya hak mengecam semua langkah politik Gerindra yang sangat murah tersebut, karena sebagai salah satu pemilih Prabowo kemarin, saya punya utang moral kepada yang lain karena ikut mengajak orang lain memilih tokoh lemah dan plin plan ini.
Karena sejatinya kebenaran lebih kita sukai dari siapapun, karena sejatinya yang kita bela adalah nilai bukan figur, karena sejatinya loyalitas kita hanya kepada yang benar, sedangkan kepada partai dan tokoh, tidak ada loyalitas abadi saat dia sudah menyimpang, siapapun dia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews