Komentar sadis itu adalah "too much love will kill you", terlalu cinta bikin lu mampus.. Sebab nyatanya mereka justru berkata: Love and power will keep us alive.
Atau bisa dibalik , politik itu judulnya drama. Drama itu gampang buatnya. Salah paham jadi semuanya paham. Salah pengertian endingnya pengertian. Cuma itu. Tapi alurnya dibikin mengharu biru. Membakar emosi sampai meluluhkan kelenjar air mata. Padahal semuanya boong. Main-main. Cuma rekaan.
Demikian juga politik yang cuma sekedar drama. Yang mempermainkan perasaan. Terutama bagi para pendukung seseorang yang menyanjung mereka sampai terkentut-kentut. Kepala mereka nyaris meledak dibakar marah ketika merasa junjungannya disenggol sedikit.
Merasa bagaikan tonsil yang terletak dibelakang lidah menuju tenggorokan. Yang disenggol sedikit kita batuk. Yang jika diserang kuman, dia membengkak dan kita demam.
Sensitifnya tonsil itu sama dengan kelakuan para pihak yang "merasa" jadi bagian parade politisi itu. "Merasa" berguna dukungan mereka itu hingga ramai ramai " merasa" para junjungan harus diselamatkan dari tangan-tangan jahat. Padahal "merasa" itu sama sekali tidak di dukung fakta dan hanya imajinasi saja.
Jadi bersiaplah kecewa melihat perilaku politisi yang tidak sesuai dengan tuntutan "merasa" tadi.
Lini masa mereka dipenuhi hujatan atas Surya Paloh sebagai penghianat. Banyak " merasa" Jokowi di zolimi. Mega dijauhi Paloh. Yang " merasa" memiliki Jokowi mendesak agar tidak hadir dalam penutupan muktamar NasDem.
Akhirnya semua kita tertawa. Bahwa mereka yang "merasa" ternyata tidak dapat apa-apa.
Kecuali pertunjukan drama yang membuat mereka yang tadinya" merasa" berasa mules. Mau kentut tapi tidak bisa.
Karena mendengar komentar sadis atas mereka yang " merasa" yang kini terkapar sebagai " korban perasaan".
Komentar sadis itu adalah
Too much love will kill you
Terlalu cinta bikin lu mampus..
Sebab nyatanya mereka justru berkata :
Love and power will keep us alive..
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews