Soal Kaus Enzo, Bukan Katanya tapi Fakta

Keputusan ini melegakan karena gegap gempita anak dunia medsos seolah akan membuat TNI tunduk kepada mereka.

Selasa, 13 Agustus 2019 | 22:50 WIB
0
386
Soal Kaus Enzo, Bukan Katanya tapi Fakta
Andika Perkasa (Foto: Tribunnews.com)

TNI bergeming dengan sejumlah pendapat termasuk para pakar, menteri dan pensiunan jenderal soal Enzo. Institusi ini konsisten dengan standar ketat yang telah membuat TNI menjadi lembaga yang disegani kedisplinannya di negeri ini. Tidak perduli apa kata orang. Jadi Enzo diputuskan untuk tetap diterima.

CNN Indonesia ( 13/8/2019) memberitakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa memastikan Enzo Zenz Allie tetap dipertahankan sebagai taruna di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Andika menegaskan, berdasarkan analisis moderasi keberagamaan, Enzo mendapat nilai 84 persen.

Atau nilainya 5,9 dari nilai maksimum 7.

Jadi kata Jenderal Andika, "Oleh karena itu kami memutuskan tetap mempertahankan Enzo dan seluruh taruna yang kami terima."

Keputusan ini melegakan karena gegap gempita anak dunia medsos seolah akan membuat TNI tunduk kepada mereka.

Anak-anak medsos yang alay dengan sembrono dan sok tahu yakin gulagokin Enzo itu terpapar radikal. Karena kelakuan emaknya dan foto dia pakai bendera Tauhid. Cuma itu yang mereka andalkan. Tidak ada bukti kuat.

Mereka tidak teliti atau tidak perduli bahwa clometan ibunya sama sekali tidak mengindikasikan dia itu orang HTI. Simpatisan mungkin iya dan itupun kelas kaleng-kaleng. Dia lebih condong pada pilihan politiknya ke Prabowo.

Perkara photo Enzo yang pakai bendera Tauhid, jika anak-anak medsos alay itu ditanya emang itu benderanya HTI? Gak bisa jawab. Malahan mlintir kemana-mana dan membabi buta mempertahankan pendapatnya yang sok tahu itu.

Jadi kayaknya, para alay medsoser itu benci sama emaknya tapi sasarannnya anaknya yang gak tau apa-apa. Konyol ini namanya.

Tapi apapun itu, kasus Enzo mengajarkan pada kita bahwa bijaklah dalam bermedsos. Boleh tuduh orang tapi dengan bukti kuat. Bukan didasarkan oleh asumsi atau imajinasi liar. Itu namanya memfitnah dan buat orang susah. Terus main share berita fitnah itu seenak jidat kita.

Tidak boleh, Ferguso. Bijaklah. Jangan kejam.

Kita paham bahwa kita semua harus menangkal paham radikalisme. Tapi jangan alay. Yang secara tidak kita sadar, kelakuan kita nuduh orang tanpa bukti sama dodolnya dengan gerombolan Islam kaleng-kaleng yang doyan sebar fitnah.

Jika kita tidak temukan bukti, maka sandarkan diri kita pada penjelasan pihak yang layak dipercaya. Dalam soal Enzo, hanya TNI yang bisa dipercaya karena mereka punya data. Bukan pak Mahfud MD atau pak Menhan atau pak Moeldoko. Pandangan orang-orang beken itu hanya bisa dijadikan sampiran atau catatan kaki saja. bukan bukti kuat. Karena sekali lagi TNI yang punya data. Bukan beliau-beliau itu.

Masih tidak puas ?

Masih sok tahu ?

Sono kecam TNI

Berani?

Hah... gak berani, kan...?

***