Pemilu merupakan salah satu cara untuk membentuk sebuah pemerintahan yang adil dan benar – benar mewakili rakyat serta memperkokoh persatuan bangsa.
21 Mei 2019 Dinihari merupakan hari dimana pengumuman resmi dari KPU telah menunjukkan bahwa Indonesia telah resmi menjadikan Jokowi sebagai Presiden 2 periode.
Segala ucapan pun hadir dari berbagai kalangan, baik gubernur maupun liputan dari media asing yang memberitakan tentang kemenangan Jokowi. Namun saat ini bukan kemenangan untuk 01 ataupun 02 saja, melainkan kemenangan bersama karena Indonesia telah menyelesaikan serangkaian proses pemilu dari mulai pendaftaran bakal calon sampai pada pengumuman resmi.
Kekalahan yang dialami oleh Kubu 02 sudah semestinya direspon dengan sikap legowo, bahkan ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan juga telah memberikan selamat atas terpilihnya Jokowi. Padahal PAN merupakan salah satu pengusung Prabowo – Sandiaga dalam Pilpres 2019.
Sikap seperti itu tentu menunjukkan bahwa persatuan merupakan kemenangan bersama. Kemenangan untuk menahan ego, kemenangan untuk tidak terprovokasi ajakan gerakan people power.
Pesta demokrasi bukanlah ajang untuk saling menjauhkan antar warga yang berbeda pilihan, demokrasi merupakan cara untuk menemukan pemimpin terbaik dari putra terbaik melalui suara yang diberikan oleh masyarakat, dengan prinsip suara rakyat adalah suara Tuhan.
Dalam perjalanan Pemilu, isu seperti hoax, klaim kemenangan hingga fitnah kepada KPU memang menjadi berita yang mengisi berbaga kolom media cetak maupun daring. Namun ketika Bawaslu menerima laporan dugaan kecurangan Pemilu dari tim sukses Prabowo – Sandiaga, Bawaslu menolaknya lantara laporan yang diberikan tidak lengkap, diketahui Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandiaga, hanya melampirkan 72 salinan meda daring, tanpa menunjukkan dokumen seperti foto atau video yang menunjukkan adanya kecurangan dalam penyelenggaraan Pemilu.
Dalam hal ini, simpatisan pendukung 02 pun tentu akan sangat rawan mendapatkan informasi yang telah terdistorsi, dalam benak mereka hanya berisi Pemilu penuh kecurangan, People Power adalah jihad dan sebagainya, sehingga jika nanti muncul berita bahwa Aparat kepolisian mengamankan massa yang melakukan demo, kubu 02 yang tidak terima dengan hasil Pemilu akan semakin menghembuskan narasi bahwa demokrasi telah hancur.
Tentu dibutuhkan kedewasaan berpolitik untuk merawat persatuan, pemerintah juga telah memberikan jalur konstitusi yang memungkinkan kubu manapun melaporkan berbagai dugaan kecurangan, namun pelaporan juga harus memilki data yang kuat. Tidak lantas mengerahkan people power tanpa menunjukkan bukti yang jelas kepada Bawaslu.
Secara logika, apabila kita menuduh adanya kecurangan maka kita wajib menyertakan bukti yang kuat bahwa kecurangan itu ada. Bukan orang lain yang mesti menyanggahnya. Kita harus membuktikan kecurangan itu.
Untuk itulah, tuduhan akan kecurangan merupakan trigger yang cukup berbahaya, atas dasar dugaan pemilu curang, aksi demo yang berujung kericuhan pun terjadi, padahal aksi tersebut rawan disusupi teroris yang ingin membuat suasana semakin mencekam.
Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tunjung Sulaksono mengatakan, bahwa Indonesia sedang belajar berdemokrasi, dan salah satu prasyarat utama sebuah negara agar dapat disebut sebagai negara yang terkonsolidasi demokrasinya, adalah ketika masyarakat memandang Pemilu atau demokrasi, sebagai satu – satunya aturan main.
Menurutnya, Apa yang belakangan terjadi seperti penolakan hasil Pemilu atau seruan people power, menunjukkan bahwa Indonesia belum sampai pada tahap consolidated democracy.
Pemilu memang penting bagi sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, namun persatuan sebagai satu bangsa dan negara juga tak kalah penting.
Terlepas dari apapun hasil yang telah diputuskan, kita tentu berharap agar KPU tetap mengedepankan kejujuran dalam penghitungan suara. Karena kemenangan yang didapat dengan kejujuran akan sangat berarti bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemilu merupakan salah satu cara untuk membentuk sebuah pemerintahan yang adil dan benar – benar mewakili rakyat serta memperkokoh persatuan bangsa. Karena itulah seluruh pihak yang terlibat sudah semestinya menjalankan peran secara mulia, baik itu pengawas, peserta pemilu, maupun pendukungnya agar senantiasa meredakan kegaduhan yang tak kunjung usai.
Sikap legowo dalam menerima kekalahan juga sempat ditunjukkan oleh PSI, meski tidak lolos parlemen, PSI juga bertekad akan memperjuangkan aspirasi pemilihnya dengan berkolaborasi bersama civil society dan teman – teman media untuk memperjuangkan aspirasi pemilih. Hal ini tentu menunjukkan bahwa siapapun memiliki peran untuk ikut membangun bangsa.
***
* Penulis adalah pengamat sosial politik
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews