Seorang mencegat saya di parkiran, bertanya mengapa dalam pemberitaan terkini, Rizieq Shihab tampak lebih cemas dan marah terhadap tersebar luas foto dirinya bersama aparat di pinggir jalan dan rumah sederhana tempat "bendera ISIS" terpasang dibandingkan kemungkinan ia berurusan dengan Riasah Amni ad-Daulah seperti yang dicemaskan Duta Besar Agus Maftuh Abegebriel.
Karena belum mendengar kabar terbaru kasus Rizieq, saya tak bisa menjawab soal kenapa-kenapanya. Saya hanya katakan kepadanya, sebenarnya diperiksa Al-Mabahith Al-Aammah saja sudah buruk sebab setahu saya ketika Riasah Amni ad-Daulah dibentuk pada 2017, Al-Mabahith Al-Aammah alias General Investigation Directorate diambil alih dari kementerian dalam negeri dan ditempatkan di bawah Riasah Amni ad-Daulah.
Dugaan saya Riasah Amni ad-Daulah itu seperti Department of Homeland Security jika di Amerika Serikat. Berurusan dengannya, atau dengan lembaga di bawah koodinasinya tentu buruk sebab hanya perkara yang diduga terkait terorisme yang ditanganinya. Untuk Riasah Amni ad-Daulah ditambah pula soal-soal politik yang membahayakan kekuasaan, seperti aktivitas perjuangan HAM dan demokrasi.
Setelah meng-update perkembangan berita kasus Rizieq di Arab Saudi, menjadi mengertilah saya mengapa orang itu tampak sungguh penasaran pada respon Rizieq Shihab.
Rizieq memang sangat cemas dan marah foto dirinya bersama aparat di pinggir jalan tersebar luas di tanah air. Dalam foto itu, ekspresi wajah Rizieq tampak ketakutan, seperti seorang remaja usia belasan yang ditilang polisi saat diam-diam membawa motor bapaknya membonceng kekasih bermalam mingguan.
Saya merenungkannya begini ...
Maria Asmarianaki membuka abstraksi tesis master ilmu komunikasi dan informasinya di Universitas Tilburg dengan kalimat "Politicians' main concern is to find a personal branding strategy that will influence the individual's intention to vote." Senada, Francesc Domnguez, patner di lembaga konsultan raksasa, Barton menulis,
"A politician's personal brand forms part of his or her power of attraction and persuasion. Our personal brand identifies us. It is the image that others have of us. It is the mark that we leave, what others feel and remember when they hear or speak our name."
Pentingnya personal branding bukan sekadar urusan politisi zaman now. Begitu banyak pekerjaan kini bersandar pada personal branding, bahkan pekerjaan yang sejatinya bukan mengkomodifikasi diri. Sering kita jumpai, penulis yang sejatinya mengkomodifikasi karya justru terkenal karena personal branding, bukan karena karya-karyanya.
Sepertinya Rizieq Shihab pun mengerti, hidup-matinya bergantung pada personal branding. Personal branding yang kuat akan mempertahankan ribuan pengikut, pemujanya, modal bagi dirinya dalam banyak urusan, termasuk yang berkaitan dengan nafkah. Follower is power, dan personal braning melahirkan banyak followers.
Jika menyimak narasi dari dan seputar Rizieq Shihab, bolehlah kita menyimpulkan 3 hal pokok yang jadi brand dirinya:
Tiga ciri inilah yang membuat Rizieq Shihab berada dalam posisinya yang kini, memiliki ratusan anak buah dan ribuan penggemar. Tiga hal inilah yang melegitimasi status Rizieq Shihab sebagai imam besar Front Pembela Islam.
Bukan Cuma Rizieq Shihab yang untung besar dari keberhasilan personal branding ini, melainkan juga orang-orang dekatnya, termasuk yang mendekatkan diri demi pamrih politik.
Jangan heran jika ada politisi yang disangka kakap sampai-sampai harus turut berdagang nama Rizieq Shihab pula, menjanjikan penjemputan Rizieq Shihab sebagai bagian dari visi-misi-platform yang akan dilaksanakan jika terpilih menjadi Presiden RI dalam pilpres 2019. Gara-gara kesuksesan branding, Rizieq Shihab menjadi kakap yang dihormati para kakap.
Jika branding ini rusak, runtuh reputasinya, berakhir dunianya.
Foto Rizieq Shihab menghadap aparat polisi Arab Saudi di pinggir jalan itu sungguh merusak branding. Sangat beda ekspresi wajah Rizieq di layar segala jenis warta ketika berhadapan dengan polisi di Indonesia. Di hadapan polisi Arab ini, Rizieq seperti bukan seorang imam besar. Wajahnya tak memancarkan aura garang seperti yang lazim. Ia tampak kecil dan tak berdaya.
Ini belum termasuk gugurnya brand kedekatan Rizieq dengan Raja Salman seperti yang sudah jadi bahan bualan sejumlah pengikutnya.
Urusan visa Rizieq mudah, ia punya akses kepada Raja Salman, kata Eggy Sudjana Juni lalu.
Tentu saja seorang yang dekat dengan Raja Salman tidak mungkin diperlakukan seperti dalam foto dan berita, dijemput aparat untuk ditanya-tanya di kantor polisi lebih dari 24 jam lamanya. Olala, sahabat Raja Salman menginap di kantor polisi. Sungguh merusak branding!
Demikian pula seorang yang punya akses kepada Raja Salman tentu dilayani baik selama di Arab Saudi, disediakan tempat tinggal layak, tidak tampak kumuh seperti dalam foto itu.
Dugaan saya, inilah yang jadi sebab mengapa Rizieq Shihab sungguh gusar fotonya tersebar di tanah air dan menuduh BIN berada di balik ini.
"... pemerintah Saudi atau aparat kepolisian itu marah, kecewa karena ada penyebarluasan foto secara masif di negara kita Indonesia, yaitu di mana ada seorang perwira dari kepolisian sedang menanyai saya di tengah jalan, dan itu menjadi viral," kata Rizieq membangun kisah baru.
Bahkan baru saja Rizieq Shihab merasa perlu merepotkan diri bikin video yang diunggah ke youtube, merekonstruksi kisah yang telah terlanjur beredar. Ia merevisi banyak hal, terutama yang jadi nila pada belanga susu brand dirinya.
" ... rumah kediaman kami didatangi oleh aparat keamanan Saudi Arabia, mereka datang dengan santun, dengan sopan, kemudian meminta saya selaku penghuni rumah untuk menemui mereka di lapangan parkir di belakang rumah saya, maka saya segera menemui mereka.
... mereka meminta kesediaan saya untuk ikut ke kantor polisi dalam rangka untuk dimintai keterangan.
...jadi tidak betul kalau ada berita saya ditangkap, saya ditahan, rumah saya disergap kemudian digeledah, itu semua bohong. Jadi tidak ada penggeledahan, tidak ada penyergapan. Yang ada mereka datang, mereka turunkan poster, mereka meminta saya menemui mereka, dan mereka minta kesediaan saya untuk memberi keterangan di kantor kepolisian."
Aparat keamanan Arab Saudi mendatangi Rizieq dengan santun, sopan, minta dijumpai di halaman belakang lalu minta kesediaan Rizieq memberi keterangan di kantor polisi. Itulah inti klarifikasinya.
Tak ada penangkapan, penggeladahan. Semua itu bohong sebab merusak branding sahabat Raja Salman ini, menjadikan Rizieq tampak seperti orang biasa saja. Demikian Rizieq merekonstruksi kisah demi menjadi brand-nya.
Jadi para pendukung Rizieq di tanah air tak perlu resah dengan kabar pelarangan pemasangan bendera yang disangka Hizbut Tahrir atau ISIS itu. Tak perlu ada demonstrasi ke Kedutaan Arab Saudi menuntut Raja Salman mengakui bendera hitam itu sebagai bendera tauhid. Itu bukan urusan penting.
Yang paling penting adalah menyebarluaskan kabar tandingan bahwa tidak benar Rizieq Shihab disergap, digeledah, ditangkap, ditahan. Rizieq hanya dimohon kehadirannya ke kantor polisi untuk menjawab 3 pertanyaan. Ya, hanya 3 pertanyaan! Bahwa demi 3 jawaban singkat Rizieq harus lebih dari 24 jam di kantor polisi, tak perlu jadi soal.
Demikianlah. Branding itu sepenting cangkul bagi petani. Branding yang rusak, serupa saja cangkul yang patah. Tanpa cangkul, petani tak bisa menafkahi dirinya.
Sumber:
Dipublikasi sebelumnya di Kompasiana.com/tilariapadika
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews