Menangkis "Jurus Mabok" Amien Rais

Jumat, 18 Januari 2019 | 16:27 WIB
0
467
Menangkis "Jurus Mabok" Amien Rais
Foto: Detik.com

Entah dendam kesumat seperti apa yang bersarang didalam dada Amien Rais, sehingga tidak ada habis-habisnya menyerang Presiden Jokowi, padahal baru saja dia berkomitmen tentang Revolusi Moral, namun tetap saja dia tidak bisa menjaga moralnya untuk mengumbar kebencian.

Pernyataannya tentang Jokowi bisa diadili Setelah lengser, karena membiarkan kasus korupsi yang terjadi selama pemerintahannya. Argumentasi tersebut tentulah tidak memiliki kekuatan dan dasar hukum. Padahal nyata-nyata, indeks persepi korupsi selama pemerintahan Jokowi-Jk, jauh lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.

Menurut Transparency International, Indonesia mencetak poin tertinggi (37 dari 100) pada Indeks Persepsi Korupsi 2017. Indeks Korupsi di Indonesia rata-rata 25,79 poin dari tahun 1995 hingga 2017. CPI Indonesia mencapai titik tertinggi selama 23 tahun dalam memerangi korupsi, dengan nilai Corruption Perception Index mencapai skor 37 poin pada tahun 2016 dan rekor terendah 17 poin pada tahun 1999. Tahun 2016 adalah baru tahun kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Ramalanintelijen.com

Sekretaris Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto menanggapi pernyataan Amien Rais, sebagai "Jurus Mabok," karena memang pernyataan Amien dinilai belum menang sudah mau melengserkan.

Seperti yang dilansir Tribunews.com,Hasto menanggapi pernyataan Amien yang menilai Presiden Jokowi melakukan kejahatan karena mendiamkan korupsi-korupsi yang terjadi di sekitarnya.

Amien Rais mengatakan tindakan itu disebut ‘crime of comission’ dalam ilmu hukum. Bahkan Amien Rais mengatakan Jokowi bisa diadili akibat mendiamkan korupsi setelah tidak menjabat.

"Ya itu kan' jurus mabok. Ya itu jurus mabok, belum belum sudah mau melengserkan. Siapa yang bisa berhadapan dengan kekuatan rakyat," ujar Hasto di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/1/2019).

Secara moralitas, pernyataan Amien Rais sangatlah tidak bermoral, karena tidak menghargai seorang Presiden sebagai Kepala Negara dan Panglima tertinggi. Sebagai seseorang yang menjunjung tinggi moral, seharusnya Amien Rais bisa menjaga lisannya, tidak menyinggung dan menyakiti orang lain dengan pernyataannya.

Komitmen Amien Rais terhadap Revolusi Moral yang dicanangkannya tidaklah membias sama sekali dalam Prilakunya. Sebagai seorang tokoh senior, harusnya Amien Rais tidak menjadi Provokator dan agitator, harusnya memposisikan diri sebagai seorang negarawan.

***