Kritik Nalar Umat Islam dan 6 Alasan Rasional Mengapa Saya Memilih Prabowo

Sabtu, 8 Desember 2018 | 23:45 WIB
0
741
Kritik Nalar Umat Islam dan 6 Alasan Rasional Mengapa Saya Memilih Prabowo
Rizieq Shihab dan Prabowo Subianto (Foto: Detik.com)

Assalamu'alaikum, salam rahmat nan sentosa, semoga keselamatan dan sejahtera tercurah kepada Tuan dan Puan yang membaca.

Tulisan ini bisa dibilang panjang, meski hanya terdiri dari 2 (dua) bagian. Pertama, merinci 6 butir alasan rasional sekaligus ajakan terbuka, mengapa elok apabila di 2019 kita serempak memilih Prabowo.

Dan kedua, kritik nalar umat Islam di negeri ini, saat ini. Saya akan mendahulukan yang kedua, karena ia berkelindan dan menjadi muasal alasan utama bagian yang pertama.

Bismillahirrahmanirrahim...

KRITIK NALAR UMAT ISLAM

Karena saya pendukung Prabowo, maka umat Islam yang pertama saya sebut di sini, adalah umat Islam pendukung Prabowo. Beres saya tunjuki daftar keelokan umat Islam pendukung Prabowo, giliran umat Islam pendukung Jokowi yang akan mendapat bagian.

PROBLEM PERTAMA dan utama berada di barisan Prabowo, adalah pendukung-pendukung Muslimnya yang nyaris semuanya jenius! Coba kapan saja ada waktu, Tuan dan Puan tanyakan kepada mereka tentang kebutuhan dunia akan teknologi fintech, atau ajak diskusi tentang ilmu sains terbarukan, 99% respon pasti, dari mereka, adalah ini:

  • "Cebong!"
  • "Cebong IQ 200 sekolam!"
  • "PKI!"
  • "Munafikun!"
  • "Kafir!"

Tidak bisa diajak ngobrol normal, itulah karakteristik elok 99% mayoritas umat Islam pendukung Prabowo, wa bil khusus di sosial media, tidak peduli ia tamatan SMA atau lulusan sarjana. Cara kerja otak mereka yang brilian ini yang bahkan membuat kami sendiri, para pendukung rasional Prabowo, bertanya-tanya: "sebetulnya bagaimana mereka ini dulu dilahirkan dan dibesarkan?" Wallahu a'lam.

Jelas, negara tidak akan utuh dan kuat jika kualitas isi kepala warganya setaraf otak simpanse. Jika Prabowo menjadi presiden, dan nalar warga negaranya seelok mereka, maka negeri ini 1.000% tidak akan pernah mungkin sanggup bersaing dan berkompetisi di tingkat regional ASEAN, apalagi di tingkat dunia, berhadapan melawan kemajuan China.

Diajak diskusi mikir dengan sesama pendukung Prabowo saja jawaban yang terlontar hanya "cobang cebong cobang cebong" dan "PKI, PKI, PKI". Jelas ada yang bermasalah dengan kabel-kabel di kepala orang-orang ini.

Itu cara bernalar umat Islam pendukung Prabowo yang menjadi problem yang pertama.

Sekarang, cara bernalar yang aneh yang menjadi PROBLEM KEDUA: MENG-ULAMA-KAN KRIMINAL.

Hidup basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, kami yang muslim Melayu ini diajarkan dalam Kitab Suci Al-Qur'an untuk berlaku adil.

Menghina almarhum Gus Dur, mengatakan bahwa "Pancasila Soekarno, Ketuhanan ada di pantat", menyakiti suku Sunda dengan memplesetkan salam "Sampurasun" menjadi "Campur Racun", dan sederet kasus pidana lain, masih saja yang bersangkutan di-ulama-kan. Betul, yang saya maksud adalah kriminal petinggi Petamburan. Tidak perlu nama lengkapnya saya sebutkan.

Lalu, ketika kasus kejahatan penipuan jasa travel dan umroh terbongkar rinci, yang merugikan 63.310 calon jemaah sampai batal berangkat ke Tanah Suci, apa yang kemudian dikatakan mayoritas umat Islam pendukung Prabowo? "Sudah, maafkan saja, sama-sama seiman".

Rahang ini nyaris terlepas mendapati nalar yang se-gharib alias se-aneh ini. Entah umat Islam golongan ini dulu ngajinya bagaimana atau malah mungkin tidak pernah ngaji.

Padahal sosok sekelas Khalifah Umar bin Khattab saja pernah murka kepada Abu Hurairah yang setelah diangkat menjadi Gubernur Bahrain kekayaannya bertambah secara tidak wajar, dan oleh Khalifah Umar Abu Hurairah disebut "yaa 'aduwallah, wahai musuh Allah", dan seketika itu juga Khalifah Umar mencambuk Abu Hurairah hingga berdarah, mencopotnya dari jabatan gubernur, dan merampas harta Abu Hurairah sebesar 10.000 dinar (setara Rp478.340.000) untuk dikembalikan ke Baitul Mal.

Kejadian sejarah ini direkam jelas oleh ulama besar Ahlu Sunnah Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Al-Ishobah jilid 4 halaman 115.

Dan sekarang, kriminal jasa umroh yang merugikan hampir Rp 1 TRILIUN, ada umat Islam yang menyatakan agar dimaafkan saja karena seiman?? Ada kriminal yang mengatasnamakan Islam, melakukan kejahatan kemanusiaan, dengan merampas hak dan menzalimi 63.310 saudara muslimnya sendiri, harus dimaafkan karena seiman?? Allahu akbar... entah ajaran mana dalam Islam yang memerintahkan agar kejahatan besar seorang muslim dimaklumi.

Saya dan rekan-rekan muslim waras pendukung Prabowo sampai berandai-andai: "Andai ini manusia-manusia bernalar jenius ini dirampok, dan istri serta saudari-saudarinya diperkosa dan dibunuh oleh penjahat yang beragama Islam, apa mereka akan berkata hal yang sama, maafkan saja, toh seiman?"

Na'udzubillahi an-nakuna minal jahilin, sungguh kami berlindung kepada Allah agar dijauhkan dari kebahlulan tingkat tinggi semacam itu.

PROBLEM NALAR KETIGA: surat al-Baqarah ayat 83: "dan ucapkanlah perkataan yang BAIK kepada sesama", dan surat Thaha ayat 43-44: "...berbicaralah kamu berdua (wahai Musa & Harun) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT", sudah hilang dari jiwa umat Islam pendukung Prabowo.

Tengok Ahmad Dhani, bagaimana ia mengumpat: "Jokowi Presiden Anjing, Jokowi Presiden Babi".

Tengok Bahar bin Smith, bagaimana ia mengumpat: "Jokowi Haid, Jokowi Banci".

Tengok Amien Rais, bagaimana ia mengumpat: "Ikan busuk dari kepala, negara busuk/rusak dari Presiden" dan "partai selain PKS, PAN dan Gerindra adalah Partai Setan".

Sedangkan sudah jelas dalam Kitab Suci Al-Qur'an, surat al-Humazah ayat 1: "Neraka Wayl, bagi pencela, dan pengumpat". Orang-orang yang merepresentasikan diri sebagai Muslim pendukung Prabowo ini telah menerabas 3 ayat Al-Qur'an sekaligus.

Di level grass-roots, di kalangan akar-rumput, khususnya sosial media seperti Facebook, lebih luar biasa lagi. Umat Muslim menjadi sebegitu rendah dengan ucapan kata-kata kasar dan kotor yang mereka lontarkan. Dan mayoritas mereka bahkan sudah berada pada  taraf tidak bisa dinasehati secara baik-baik lagi, sebab ketika dinasehati, kami yang sesama Muslim dan sesama pendukung Prabowo, malah diserang balik dan dihujat-hujat bertubi-tubi. 

Itulah, tiga keelokan nalar umat Muslim pendukung Prabowo yang mayoritas, yang membuat kami sesama Muslim dan sesama pendukung Prabowo sendiri risih. Level jahiliyahnya juara. Dan jika ditegur dan dinasehati, yang keluar lagi-lagi: "Cebong! PKI! Munafikun!" Nah, manusia-manusia inilah yang pertama-tama nanti akan "dibereskan" oleh Prabowo, ketika Prabowo berhasil menduduki tampuk kepresidenan.

Dan inilah, yang melahirkan 6 butir alasan rasional, kenapa saya dan Anda, Tuan dan Puan, penting, untuk memilih Prabowo.

**

6 Alasan Mengapa Harus Memenangkan Prabowo

ALASAN KE-1: Indonesia akan damai tentram karena seluruh ormas dan elemen barbar anarkis akan ditumpas dihabisi sampai habis.

Anda tahu, wahai Tuan dan Puan, apa yang menyebabkan Prabowo dan Hasjim (seolah) MEMBIARKAN, diri mereka dikelilingi kelompok-kelompok anarkis, intoleran, barbar, kasar, bengis, subversif, seperti FPI, 212, dan, yang sudah dilarang keberadaannya, yakni Hizbut Tahrir (HTI)? Jawabannya, karena Prabowo dan Hasjim bukanlah orang bodoh.

Prabowo adalah eks jendral militer yang lebih cerdas dari SBY, dan Hasjim adalah seorang Protestan yang lebih cerdik dari Jokowi.

Kepemimpinan yang dipegang militer tidak akan pernah menghendaki terjadinya instabilitas dalam negeri, maka, untuk mempermudah "pekerjaan" kelak, dari sekarang kelompok-kelompok ekstremis intoleran harus di-trigger, dipicu dan dibuat muncul ke permukaan. Dan benar, mereka semua muncul terang-terangan, hingga kelompok yang mendukung ISIS pun serentak menampakkan diri dan masuk ke barisan Prabowo.

Nah, ketika Prabowo kelak berhasil menjadi presiden, mereka semua yang sudah ter-identifikasi keberadaannya ini, insya Allah, bisa langsung "dilenyapkan".

Mari buka kembali sejarah bagaimana Ali Moertopo membentuk Komando Jihad. Tujuannya sangat sederhana: membuat para eks anggota NII/DI-TII yang masih hidup, muncul ke permukaan. Ketika mereka telah berkumpul dan menyatukan diri, 800-an eks NII/DI-TII ini langsung bisa segera "dilenyapkan" dengan mudah.

Jadi cara Prabowo sangat cerdas. Tidak perlu memburu satu per satu elemen-elemen yang berpotensi subversif dan anarkis seperti HTI dan ISIS, cukup buat mereka semua muncul berkumpul bergerombol dan bersatu.

Dan kini mereka terang-terangan muncul dan berbaris di belakang Prabowo. Begitu Prabowo naik menjadi presiden, dan tentu saja membawa cita-cita nasionalisme dan demokrasi Amerika, gerombolan tersebut bisa langsung "dikirimkan" ke alam baka dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Sosok seperti kriminal Petamburan jika berulah kembali bisa langsung di-Amir Biki-kan. Sosok seperti Amien Rais jika salah ngomong bisa langsung di-Wiji Thukul-kan. Dan gerakan seperti GNPF/212 jika diadakan lagi bisa langsung di-Tanjung Priok-kan.

Negara mendadak akan menjadi tenang, tentram dan damai. Tidak ada lagi umat yang paling berisik. Negara menjadi stabil aman damai sentosa seketika. Jokowi, apa berani, membungkam elemen Muslim bermasalah di negeri ini? Eks HTI saja masih dibiarkan berkeliaran.

ALASAN KE-2: Hanya Prabowo yang berani mengentuti PAN & PKS.

PAN, dan khususnya PKS, dua wanita yang merengek-rengek bawel dan mengancam akan pergi meninggalkan Prabowo jika 9 nama perwakilan dari partainya tidak direken sebagai cawapres, dalam waktu yang begitu singkat, bisa dibuat mingkem. Lihat saja, komposisi saat ini: capres adalah Prabowo sendiri dari Gerindra, cawapres adalah Sandiaga dari Gerindra, dan ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandi juga dari Gerindra. PAN dan PKS?

Alhamdulillah sudah dibuat mingkem dan tidak lagi bisa mengembik-ngembik. Jelas, ini adalah suatu bukti yang teruji, akan kuatnya kepemimpinan (leadership) seorang Prabowo Subianto. Tidak tanggung-tanggung, 2 (dua) partai Islam dikentuti langsung. Jokowi, apa berani, mengentuti Nasdem dan PKB?

Update: kabar terbaru, bertambah satu lagi partai Islam yang dikentuti Prabowo, PBB, yang membuat Yusril mencelat ke kubu Jokowi. Jokowi mana berani seperti Prabowo, malah saking takut kehilangan konstituen ormas muslim NU, Jokowi harus menggandeng Ketua MUI sebagai cawapres.

ALASAN KE-3: Hanya Prabowo yang berani mengentuti Demokrat.

Mengentuti mantan presiden 2 periode, Susilo Bambang Yudhoyono, adalah prestasi kedua seorang Prabowo di kontestasi pilpres 2019 kali ini. Sudah mengkacangi sang putera kesayangan, AHY, terang-terangan, SBY masih saja ikhlas tabah hati bertahan dalam hubungan, berjanji akan mengkampanyekan Prabowo bulan Maret 2019 mendatang. Sudah dikentuti, sudah disakiti, masih saja SBY dan Demokrat mau berkoalisi. Wibawa Prabowo benar-benar luar biasa.

ALASAN KE-4: Hanya Prabowo yang berani mengentuti Ijtima Ulama.

Inilah yang membuat kami, muslim rasional, mendukung Prabowo. Tidak tanggung-tanggung, ijtima ulama dikentuti! Salim Segaf al-Jufri yang entah orang mana dan entah prestasinya apa, beserta Abdul Somad sang ulama yang dua nama ini disodorkan ijtima ulama, malah tidak digubris blas oleh Prabowo. Dan alih-alih tanpa berunding dengan siapa-siapa, malah Sandiaga Uno sang pengusaha yang digandeng menjadi cawapres Prabowo.

Keberanian seperti ini jelas tiada tanding tiada banding, dan hanya ada satu kali seumur hidup dalam sejarah perpolitikan Indonesia. Ulama, suara ulama, tidak direken, tapi mereka masih saja tunduk patuh dan mengelu-elukan Prabowo. Hanya Prabowo yang bisa begitu. Kualitas pemimpin seperti inilah yang diperlukan bangsa ini. Prabowo memiliki kualitas seperti ini, kualitas mengutamakan intuisi, insting pribadi, dan tepat.

Jangan dilupakan, pasangan maut Jokowi-Ahok ketika berlaga di pilgub DKI 2012, itu adalah hasil insting dan rancangan seorang Prabowo. Jadi jangan pernah meremehkan kehebatan kemampuan Prabowo dalam hal ini. (Jika ditanya perihal kenapa Prabowo kalah di pilpres 2014, wajar, karena pengkhianatan seorang Jokowi, dan karena sederet cara kotor-blunder yang dimainkan PKS).

ALASAN KE-5: Prabowo telah berjanji kepada Hasjim, bahwa ketika terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia nanti, tugas agenda utama dan pertama Negara, adalah melindungi MINORITAS.

Di Indonesia ini, kelompok minoritas adalah kelompok yang menopang perekonomian. Mereka yang sukses di bidang ekonomi, rata-rata dari etnis minoritas. Dan kelompok minoritas dari kalangan agama, rata-rata mereka lebih terdidik dan lebih berpikiran maju serta pluralis dan inklusif.

Prabowo jelas lebih membutuhkan otak-otak cerdas minoritas ini untuk pembangunan. Sedangkan mereka yang mayoritas namun bisanya hanya berbuat rusuh, bisa jadi akan dijadikan sebagai musuh negara, dan (kalau perlu) disingkirkan.

ALASAN KE-6: Tidak ada yang berani mendikte Prabowo.

PKS, PAN, Demokrat, Ijtima Ulama, tidak ada yang berani mendikte dan memaksa Prabowo. Dari sederet elemen yang berada di koalisi Prabowo, siapa yang berani mendikte Prabowo? Silakan jawab. Tidak ada. Bandingkan dengan Jokowi. Setengah energi Jokowi habis terkuras untuk perang catur-politik tingkat tinggi di ring-1 sendiri dengan Megawati atau Muhaimin atau Wiranto, karena posisinya yang bukan ketua partai.

Posisi kuat Prabowo sebagai ketua partai yang demikian independen berdiri di kaki sendiri, memproyeksikan kepemimpinannya ke depan, bahwa ia kelak TIDAK akan bisa disetir siapapun dengan mudah.

**

Penutup

4 Alasan Rasional Mengapa Tidak memilih Jokowi-Ma'ruf 

Catatan serius untuk para pendukung Jokowi yang bisa diajak diskusi secara rasional.

SATU. Jika Tuan dan Puan adalah pendukung Jokowi, sedikit banyak dari Tuan dan Puan pasti simpatisan sosok gubernur fenomenal bernama Ahok. Mohon diingat dan tidak dilupakan, Ahok dibiarkan berjuang seorang diri menghadapi pasal karet penistaan agama, ditinggalkan oleh Jokowi, dan dijebloskan ke jeruji besi atas prakarsa Ma'ruf Amin sang calon wakil Jokowi. Silakan aktifkan nalar sehat Tuan dan Puan.

DUA. Di Pilpres 2014 Jokowi membius kita dengan harapan manis dan optimis, bahwa ada "uang" besar yang dimiliki oleh negara kita. "Uangnya ada, tinggal kita mau kerja atau tidak". Kompas, edisi 3 Juni 2014 merekam statement Jokowi, bahwa dirinya secara tegas menolak menambah porsi utang luar negeri apabila terpilih menjadi presiden.

Dan, Jokowi membuktikan dirinya sebagai seorang marketer yang andal dan piawai. Kompas, edisi 2 Juli 2018 menurunkan berita, bahwa utang pemerintahan Jokowi bernilai sebesar 181 miliar dollar AS (setara Rp2.631 triliun). Dan umat Islam pendukung Jokowi menutup mata terhadap inkonsistensi ucapan Jokowi terkait tidak akan menambah utangnya ini, karena sudah terbuai dengan gemerlap pembangunan infrastruktur.

TIGA. Jokowi lebar-lebar membuka keran PMA, namun tidak untuk penyelesaian sengkarut tunggakan (yang hanya Rp 7-9 triliun) untuk BPJS.

EMPAT. Jokowi masih membiarkan Rini memegang kementrian BUMN. Keyword: "Kompas, 30 Agustus 2017, 21 BUMN merugi". Self-explained.

Selesai sudah saya menyasar dan menyorot banyak pihak. Selebihnya, keputusan di tangan Tuan dan Puan-lah, yang akan menentukan nasib negeri ini ke depan. Assalamu'alaikum.

***

Muhammad Zainuddin, Penyair