Kita utamakan kepentingan nasional Indonesia menang berperang melawan Covid-19, dengan mendukung pemerintah dibawah pimpinan Presiden Jokowi. Semoga bermanfaat.
Kali ini saya mencoba mengulas tentang loyalitas. Mengapa? Di tengah situasi bangsa yang sedang menghadapi krisis kesehatan dan keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, muncul RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) yang memunculkan pro dan kontra.
Terkait hal tersebut, menarik pernyataan dari Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, Selasa (16/6/2020) yang menolak dan menegaskan, agar bangsa Indonesia tidak perlu menambah beban sosial dengan memercikkan riak-riak politik yang dapat menimbulkan krisis politik, memecah belah keutuhan bangsa, dan mengoyak persatuan nasional.
"Kesalahan yang terjadi di masa lampau terkait monopoli tafsir atas Pancasila tidak boleh terulang lagi," tuturnya. PBNU menyarankan sebaiknya proses legislasi RUU HIP dihentikan dan seluruh komponen bangsa memusatkan energinya untuk keluar dari pandemi dan berjuang memulihkan perekonomian nasional.
Penulis tidak akan membahas substansi masalah, tapi tentang persoalannya dengan loyalitas. Nah, lantas apa kaitannya dengan loyalitas. Benar, kini bersama-sama memang sedang butuh energi ekstra, butuh semangat bahu membahu untuk mengatasi penyebaran covid yang hingga hari ini kasus positifnya sudah menembus 41.000 kasus, dan tercatat korban yang meninggal 2.276 jiwa.
Siapapun mengerti covid ini masih aktif bermutasi, menulari, belum ditemukan vaksin atau obatnya, tetap berbahaya dan mematikan. Covid bukan hanya persoalan kesehatan saja, juga sangat serius mengancam perekonomian nasional.
Bila bangsa ini ingin selamat dan sejahtera, dibutuhkan kemauan, niat luhur, semangat gotong royong setiap warga dalam menghadapi covid. Pada intinya dalam melawan musuh bersama ini dibutuhkan keikhlasan dan kesetiaan kepada bangsa, rakyat dan NKRI.
Pengertian Loyalitas
Mengacu dari pandangan Universitas Ciputra bahwa secara umum hal yang tidak bisa dibeli dengan uang selain cinta, kebahagiaan dan waktu, yang sering diabaikan adalah loyalitas.
Disebutkan bahwa loyalitas hanya bisa didapatkan, namun tidak bisa dibeli. Mendapatkan loyalitas dari seseorang bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Berbanding terbalik dengan kesulitan mendapatkannya, menghilangkan loyalitas seseorang justru menjadi hal yang sangat mudah untuk dilakukan.
Loyalitas memiliki kata dasar loyal yang berasal dari bahasa Prancis kuno loial. Menurut Oxford Dictionary, pengertian loyalitas adalah "the quality of being loyal , giving or showing firm and constant support or allegiance to a person or institution" (mutu dari sikap setia 'loyal', memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi). Sementara menurut KBBI pengertian loyalitas sebagai kepatuhan atau kesetiaan.
Loyalitas Intelijen
Saat pertama mengikuti pendidikan dasar intelijen, pelajaran pertama yang diajarkan pelatih, bahwa insan atau aparat intelijen harus loyal kepada user (pengguna), kedua harus tepat pada waktu, ketiga informasi intelijen hanya untuk user.
Jadi siapapun yang menjadi dan menjabat di jajaran intelijen harus setia kepada atasannya, tidak boleh memberi info kepada siapapun, hanya untuk 'user' (prinsip single client). Bila melanggar bisa dinilai sebagai penghianat. Pengertian tepat waktu, bila terlambat disampaikan, nilai informasi tersebut setiap hari nilainya akan berkurang 20 persen.
Penutup
Demikian sedikit pembahasan tentang loyalitas. Mari kita berikan loyalitas kita secara umum dan khusus kepada bangsa dan negara Indonesia, jangan justru memunculkan masalah baru. Singkirkan dahulu kepentingan pribadi, golongan, partai, atau kepentingan lainnya.
Kita utamakan kepentingan nasional Indonesia menang berperang melawan Covid-19, dengan mendukung pemerintah dibawah pimpinan Presiden Jokowi. Semoga bermanfaat.
Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews