Sudah cukup bijaksana apa yang dilakukan Jokowi, mau bagi-bagi kursi dengan oposisi, meskipun itu bukanlah sebuah kelaziman.
Mungkin ini baru pertama kali terjadi di Indonesia, dimana terjadi politik trasaksional antara Pemerintah dan oposisi (Mohon dikoreksi jika Salah).
Dimana Partai Gerindra sebagai oposisi ditawarkan tiga kursi Menteri, dan Prabowo diposisikan pada Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Namun Gerindra tidak tertarik dengan tawaran tersebut, tidak tertarik disini hanya pada jabatan Wantimpres, atau semua tawaran tersebut.
Berdasarkan sumber merdeka.com dari elite Gerindra menyebut, Jokowi awalnya menawarkan menteri pertanian dan kepala badan koordinasi penanaman modal atau BKPM. Kursi untuk oposisi demi menjaga stabilitas politik kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf lima tahun ke depan.
Namun Gerindra, merasa tak tertarik dengan tawaran itu. Apalagi posisi Wantimpres, disebut bukan posisi yang strategis untuk Prabowo.
"Wantimpres itu tugasnya hanya menasihati presiden. Belum tentu juga nasihatnya diterima oleh presiden," kata sumber yang juga dekat dengan Prabowo ini.
Ternyata Prabowo lebih tertarik pada jabatan Menteri Pertahanan. Namun Tidak dijelaskan, apakah dengan diberikan jabatan Menhan pada Prabowo, berarti jatah tiga kursi menteri yang ditawarkan tidak diperlukan lagi.
Bukan tanpa alasan, Prabowo selama ini juga memiliki perhatian besar pada bidang pertahanan. Dalam beberapa debat Capres misalnya, Prabowo menyoroti soal pertahanan. Mulai dari persediaan amunisi, hingga lemahnya pertahanan nasional.
Transaksi jabatan secara politik ini layaknya politik "dagang sapi", antara pemerintah Jokowi-Ma'ruf dengan Gerindra sebagai oposisi. Gerindra siap bergabung kalau permintaan Prabowo dipenuhi.
Bukan cuma itu saja, ada satu harapan lagi. Sumber ini menyebutkan, pengangkatan Prabowo sebagai menteri pertahanan juga diikuti gelar jenderal kehormatan untuk mantan Pangkostrad itu. Dengan demikian bukan lagi Letnan Jenderal Purnawirawan, tapi Jenderal Kehormatan. Dengan empat bintang.
Wah rumit juga ternyata bargaining politik antara pemerintah dan oposisi. Meskipun pemberian gelar Jenderal kehormatan dengan Bintang empat tersebut sudah lazim dilakukan pada Pemerintahan sebelum-sebelumnya, namun tetap saja ini sebuah keistimewaan bagi oposisi yang diberikan Pemerintah.
Tapi kalau seandainya, disamping jabatan Menteri Pertahanan bagi Prabowo, ditambah tiga kursi menteri untuk partai Gerindra, wah menang banyak dong Gerindra. Apa kata Partai oposisi yang lainnya dong.
Ini sama saja Gerindra ingin memgaduk-aduk soliditas koalisi partai pendukung Jokowi-Ma'ruf. Memang sih itu baru berupa penawaran dari Gerindra, dan Gerindra pun tidak mempermasalahkan seandainya tidak bisa diterima, dan Gerindra akan berada diluar Pemerintahan.
Ancaman halus Gerindra ini tentunya akan menjadi pertimbangan Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Sebetulnya apa yang ditawarkan Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, sudah cukup memadai bagi oposisi. Namun rupanya ada yang lebih besar lagi menjadi harapan Prabowo.
Memberikan jabatan Menteri Pertahanan bagi Prabowo haruslah diperhitungkan Jokowi secara matang. Jabatan tersebut sangat riskan jika ada ditangan oposisi, meskipun sudah masuk didalam kabinet, tidak pada posisi sebagai oposisi.
Sudah cukup bijaksana apa yang dilakukan Jokowi, mau bagi-bagi kursi dengan oposisi, meskipun itu bukanlah sebuah kelaziman.
Perlu dikaji secara matang baik buruknya, dan tentunya ada kesepakatan secara tertulis secara hukum, bukan semata-mata transaksi politik layaknya dagang sapi.
Dagang sapi saja tetap memperjuangkan untung rugi, apa lagi transaksi yang bersifat politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews