Upaya Pemerintah Menjaga Stabilitas Jelang Natal dan Tahun Baru

Bukan tak mungkin jika semua bersatu padu mewujudkan pengamanan ini akan mampu menekan angka kriminalitas hingga terorisme yang kian memburu.

Minggu, 15 Desember 2019 | 21:22 WIB
0
245
Upaya Pemerintah Menjaga Stabilitas Jelang Natal dan Tahun Baru
Ilustrasi Natal (Foto: tribunnews.com)

Pemerintah telah mengantisipasi berbagai hal jelang Natal dan Tahun Baru. Persiapan tersebut meliputi antisipasi teror, ketersediaan bahan pokok, hingga antisipasi kemacetan jelang liburan akhir tahun. Hal ini dilaksanakan dalam rangka menjamin kelancaran Ibadah masyarakat dan kondusivitas jelang pergantian tahun. 

Pemerintah bergegas mengantisipasi sejumlah persoalan jelang Natal dan Tahun Baru. Berbagai insiden mulai dari yang sepele hingga yang paling ekstrim seperti peristiwa bom cukup menghebohkan dan menimbulkan trauma berkepanjangan turut menjadi perhatian Pemerintah. Meski sudah banyak pengamanan dikerahkan, kejadian tersebut masih saja terjadi dan bahkan menyasar Aparat Keamanan.

Bukan pengamanannya yang kurang optimal, atau imbauan terkait hal ini terkesan lamban. Namun, bisa berasal dari warga maupun masyarakat kita sendiri. Yang mana kerap kali acuh terhadap lingkungan sekitar. Padahal kewaspadaan akan hal ini dinilai paling krusial. Mengingat beragam kejadian bisa saja terjadi, dimanapun, kapanpun, oleh siapapun tanpa terkecuali.

Sebelumnya, Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD telah menjamin perayaan Natal dan Tahun Baru tahun 2020 berlangsung dengan aman. Hal ini disampaikan oleh Mahfud usai melakukan kunjungan kerja ke Markas Besar Polri.

Dalam kunjungan kerjanya ke Mabes Polri, Mahfud mengungkapkan ia menerima sejumlah laporan terkait peta masalah yang timbul dalam perayaan Natal dan Tahun Baru 2020 dari para Petinggi Polri. Dirinya menegaskan jika Polri telah mengantisipasi keamanan di berbagai sektor. Baik yang berada di sektor transportasi atau ketertiban masyarakat. Termasuk masalah-masalah lain yang kemungkinan bisa muncul.

Di lain pihak, Kepolisian Resor Kota Bandara Soekarno-Hatta turut memberikan langkah antisipasi untuk menanggulangi tindak kejahatan ancaman teror jelang libur Natal dan tahun baru.

AKBP Adi Ferdian selaku Kapolres Kota Bandara Saputra mengatakan, tidak menutup kemungkinan jika ancaman teror akan terjadi pada fasilitas publik seperti Bandara Soekarno-Hatta. Untuk pengamanannya sendiri Adi menerangkan akan diambil setelah rapat koordinasi dengan seluruh stakeholder KOMBATA (Komunitas Bandara Soekarno-Hatta).

Sekitar 142 personel ditengarai diterjunkan dan akan memberikan pengamanannya selama 19 hari. Dimulai dari 19 Desember 2019 sampai dengan 6 Januari 2020.

Sementara itu pihak Polri akan memfokuskan pengamanan perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di tiga titik. Yakni, jalur tol utama, rumah ibadah, dan juga kawasan wisata. Selain itu, Korlantas Polri juga akan menempatkan pasukannya di pusat perekonomian. Termasuk jalur pelabuhan, terminal beserta Bandara.

Kepala Korlantas Polri, Irjen Istiono menyatakan untuk mengamankan perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 akan diterjunkan hingga 160 ribu personel. Yang terdiri dari gabungan TNI, Polri, Satpol PP maupun instansi lain yang ada di setiap wilayah Indonesia.

Istiono memprediksi bahwa puncak kepadatan lalu lintas akan terbagi dalam beberapa gelombang. Antara lain, pada 21 hingga 22 Desember. Serta 25, 28 dan 29 Desember tahun 2019.

Menurut laporan Kementerian Perhubungan akan ada kenaikan jumlah penumpang hingga 1,75 juta jiwa. Atau setara dengan 3,55 persen dari total jumlah penumpang saat ini.

Kenaikan frekuensi penumpang ini diprediksi berlaku juga untuk angkutan sungai, danau, dan juga penyeberangan (SDP). Kemenhub telah memperkirakan total penumpang angkutan SDP pada liburan mendatang kemungkinan akan menyentuh angka 2,27 juta penumpang. Jumlah tersebut dinilai meningkat 6,57 daripada tahun 2018 yang hanya mencapai 2,13 juta penumpang.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah beserta aparaturnya ini untuk membuat kondisi serta situasi makin kondusif dan berlangsung normal. Sebab, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi dari berbagai sektor. Jika pemerintah sudah melaksanakan langkah antisipasinya untuk melindungi rakyat, maka peranan rakyat harus mendukung serta mengikuti berbagai peraturan yang ada.

Bukan tak mungkin jika semua bersatu padu mewujudkan pengamanan ini akan mampu menekan angka kriminalitas hingga terorisme yang kian memburu.

Terorisme dan radikalisme ini memang ditengarai lebih suka pada momentum-momentum keagamaan atau hari besar lainnya. Karena mereka sengaja ingin menebarkan rasa takut, kecemasan di lingkungan publik. Mereka seolah merasa digdaya jika dapat melakukannya.

Maka, tak ada salahnya mendukung dan ikut menciptakan situasi aman dan terkendali bisa menjadi langkah paling preventif. Jika ada hal-hal yang berbau negatif kita bisa segera melapor sebagai langkah antisipasi mendasar.

***