Biarpun Anak Presiden, Gibran Tak Mudah Raih Kursi Wali Kota Solo

Dengan melihat "Geopolitik" lingkup wilayah Solo dan konstelasi politik nasional, peluang Gibran menjadi gampang-gampang susah. Tidak semudah memetik mangga di pekarangan sendiri.

Selasa, 24 September 2019 | 22:36 WIB
0
888
Biarpun Anak Presiden, Gibran Tak Mudah Raih Kursi Wali Kota Solo
Sumber gambar ; detik.com

Gibran Rakabuming Raka putra sulung Presiden Jokowi digadang-gadang menjadi walikota Solo.

Untuk mengikuti pemilihan Walikota Solo itu, Gibran kemudian mendaftarkan diri sebagai kader partai PDIP Perjuangan, dengan harapan kelak PDIP akan mengusung dirinya sebagai calon walikota Solo.  Setelah jadi kader PDIP, bagaimana bila ternyata PDIP tidak mengusung Gibran pada pilkada Walikota Solo?

Untuk dapat diusung, partai politikbiasanya akan melihat dua hal yang jadi modal dasar, yakni popularitas dan elektabilitas. 

Modal elektabilitas mengacu pada tingkat penerimaan masyarakat terhadap si calon dengan pertimbangan kemampuan, integritas, kepercayaan, dan lain lain.  Sedangkan popularitas mengacu pada tingkat pengenalan publik terhadap si calon. Makin populer si calon, makin dikenal masyarakat luas maka makin memudahkan si calon (bersama tim sukses) untuk mensosialisasikan diri dan program kerja di dalam masyarakat.

Secara popularitas, Gibran punya segudang. Bukan semata dia anak presiden, melainkan aktivitas sosialnya di dunia nyata dan dunia maya serta sering diliput media nasional. Ini modal sosial yang besar untuk mendapatkan banyak suara dalam pemilihan kepala daerah. Jadi, soal popularitas Gibran tidak diragukan lagi. Siapa yang tak tahu Gibran?  

Namun soal elektabilitas? Ini akan jadi pekerjaan tersendiri bagi dirinya untuk meyakinkan masyarakat Solo!

Melihat rekam jejak ayahnya (Jokowi) selama menjadi walikota Solo dua periode, Gibran bisa mendapatkan "Tuah" yang bisa mengangkat kepercayaan publik padanya. Seperti kata pepatah "Buah mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya".

Jokowi sebagai walikota Solo sangat fenomenal.

Namun dengan melihat dari kiprah Jokowi sebagai Presiden RI, posisi Gibran justru rentan mendapatkan resistensi sebagian publik karena berbagai kebijakan Jokowi seringkali mendapatkan pertentangan. Apalagi konstelasi politik nasional sedang tidak kondusif akibat manuver berbagai kelompok politik dan masyarakat.

Dengan melihat "Geopolitik" lingkup wilayah Solo dan konstelasi politik nasional, peluang Gibran menjadi gampang-gampang susah. Tidak semudah memetik mangga di pekarangan sendiri.

***