Prabowo Sengaja Mengalah dalam Debat Capres, Ini Tujuannya

Senin, 21 Januari 2019 | 20:47 WIB
0
412
Prabowo Sengaja Mengalah dalam Debat Capres, Ini Tujuannya
Prabowo Subianto (Foto: katadata.co.id))

Direktur Badan Pemenangan Nasional capres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Sudirman Said yang sempat berada dalam kabinet Jokowi, berusaha untuk membangun opini publik bahwa Jokowi saat ini sudah berubah.

Sudirman Said langsung menyatakan bahwa Jokowi agresif dan Prabowo santun. Pernyataan tersebut tentu bukan tanpa sebab musabab.

Dari beberapa berita sebelumnya saja sudah ada beberapa kesepakatan untuk tidak menyerang personal branding saat debat. Tapi, nyatanya justru itu dilakukan oleh orang-orang di lingkaran Prabowo untuk menyerang Jokowi pasca debat. Artinya situasi ini memang sengaja dikondisikan untuk mengubah persepsi masyarakat tentang Jokowi yang dikenal luas santun.

Bagi saya sederhana saja untuk menilai sosok Jokowi adalah sosok yang santun dan arif. Dari beberapa foto dan pertemuan saja sudah terlihat dari gestur tubuh Jokowi yang mencitrakan karakternya yang santun. 

Saat menjenguk Ustaz Arifin Ilham misalnya, Jokowi tetap membungkuk saat bersalaman. Beda dengan gaya Prabowo kurang memahami kultur dan budaya ketika menghadapi sosok yang dihormati.

Kunjungan Jokowi pun menjadi tanda bahwa Jokowi merendahkan dirinya demi bertemu ustaz Arifin Ilham. Ustaz yang dikenal bersuara serak dan kerap menggemakan dzikir ini dikenal tokoh yang berseberangan dengan Jokowi. Namun, dengan alasan kemanusiaan dan alasan silaturrahmi, Jokowi menunjukkan akhlaknya sebagai seorang muslim.

Hal ini juga dicontohkan oleh Nabi bagaimana beliau memperlakukan seorang yang sangat membencinya. Nabi tak pernah membalas perlakuan tersebut dengan keji, melainkan membalasnya dengan kasih sayang. Nabi menjenguknya ketika ia sakit. Akhlak luhur Nabi SAW inilah yang sepantasnya dijadikan panutan bagaimana kita bersikap terhadap orang lain.

Karakter inilah yang sedang dikaburkan oleh Sudirman Said dan kawan-kawannya bahwa citra kesantunan Jokowi telah luntur gara-gara menyerang Prabowo dalam debat.

Menyerang Personal Branding

Apa yang dibangun saat ini oleh BPN memang cukup menyudutkan Jokowi. Soal diksi kata saja sudah tendensius. "Jokowi Agresif dan Menyerang". Kata-kata ini sebetulnya justru digunakan untuk menghilangkan anggapan publik tentang Prabowo yang temperamental dan kasar.

Bukti bahwa Prabowo bertempramen kasar dan keras sudah diceritakan dan disaksikan banyak orang. Momen Prabowo marah dan kesal sampai sampai melempar handphone diduga karena PPP menarik dukungannya pada pemilu 2009.

"Soal Pak Jokowi, biar masyarakat menilai. Tapi soal Pak Prabowo, inilah berkat dari Tuhan, bahwa Prabowo yang selama ini distigmakan otoriter ternyata sangat humanis. Saat ada tekanan, joget-joget. Itu kan dari dalam hati, bukan dibuat-buat," ujar Sudirman.

Arahnya sudah bisa ditebak bagaimana Sudirman Said berusaha untuk mematikan karakter Jokowi dan menaikkan karakter Prabowo yang sudah babak belur dalam debat capres putaran pertama ketika ditanya soal korupsi, keterwakilan perempuan di partai Gerindra dan tuduhan tentang hukum yang tidak berpihak pada wong cilik.

Opini yang dibangun BPN tak sulit amat kok untuk dicerna. Mereka memang sedang membangun citra bahwa Jokowi sudah berbeda, jokowi otoriter, seperti kata-kata mbah Amien Rais. Artinya pencitraan terhadap Presiden Jokowi dengan kata-kata negatif ini sepertinya memang sudah dirancang jauh hari sebelum debat dimulai.

Narasi tersebut senada dengan yang diucapkan oleh Hidayat Nur Wahid "Prabowo tak serang personal di debat perdana, Jokowi sebaliknya" ujarnya.

Ini menunjukkan bahwa mereka memang mencoba untuk mengenalkan pada masyarakat bahwa Jokowi kini sudah berubah sesuai dengan narasi yang mereka sampaikan.

Membangun Branding Baru Bagi Prabowo

Sudirman Said pun berusaha membangun citra yang berbeda dengan karakter asli Prabowo. Prabowo disetting untuk tidak terlalu menyerang Jokowi. Karena narasi yang mereka bangun adalah rebranding karakter Prabowo sehingga bisa lebih diterima oleh rakyat.

"Prabowo-Sandi berhasil membawa warna dalam debat dengan gerakan berjoget dan memijat ketika ingin meminta izin pada moderator debat untuk merespon pertanyaan dari capres petahana Joko Widodo." tuturnya.

Mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di era Jokowi ini juga berusaha untuk mencitrakan bahwa Prabowo adalah sosok yang penyabar meskipun berkali-kali diserang oleh Jokowi.

Kesimpulan

Strategi BPN ini setidaknya akan memengaruhi para swing voters. BPN dengan cerdiknya mengubah twist kekalahan debat Prabowo dengan menyerang personal branding Jokowi. Sama saja sebetulnya. Jika memang ingin saling serang, bukankah debat menjadi ajang yang sepantasnya dimanfaatkan? 

Saat debat, baik Jokowi dan Prabowo bisa beradu gagasan, pun bisa "menyerang" dari sisi lain selama tidak keluar dari koridor aturan yang telah ditetapkan oleh KPU. Jika sudah ada kesepakatan untuk berdebat secara normatif, lantas apa yang bisa dipetik manfaatnya oleh masyarakat?

TKN yang dikomandoi Erick Thohir sudah tepat dengan merespon isu-isu yang ada pasca debat. Blunder-blunder Prabowo tentang korupsi dan keterwakilan perempuan yang hanya sekadar wacana perlu ditegaskan kembali pasca debat. Selain kedua hal tersebut, masalah hoaks Ratna Sarumpaet yang diangkat oleh Jokowi juga telak membuat Prabowo tak berkutik.

Bisa dimaklumi bahwa selama ini Jokowi diserang dengan berbagai isu-isu negatif dan hoaks. Sosok sesabar apapun pada masanya akan merasa jengkel juga diserang dengan black campaign. Tapi, inilah politik. Jokowi perlu bermain cerdas seperti karakter aslinya, jangan sampai terperosok dengan permainan lawan.

TKN perlu mengantisipasi lagi kesepakatan-kesepakatan yang dibuat agar tidak dijadikan alat untuk menyerang. Misalnya tentang kisi-kisi yang disepakati oleh kedua pihak tetapi justru akhirnya digunakan lawan untuk mendiskreditkan Jokowi. Narasi ini sangat kuat dibangun oleh cyber army BPN di sosial media. Padahal jika diperhatikan secara seksama, Sandiaga Uno pun sama-sama membawa sontekan.

Menyongsong Debat Putaran Kedua, TKN perlu merumuskan lagi hal-hal yang cukup prinsipil untuk dibahas dengan bukti-bukti konkret seperti soal keterwakilan perempuan dan korupsi dalam debat pertama. 

Jokwi dan Ma'ruf Amin pasti bisa menyuguhkan debat berkualitas di putaran kedua Februari 2019 mendatang. Biarkan Jokowi menjadi penyerang yang sesuai dengan naluri alaminya. Sosok Ma'ruf Amin bisa dipasang sebagai benteng pertahanan, gaya bicara Ma'ruf yang runut bisa menjadi senjata mematikan saat dibutuhkan.

***