“Saya dahulu bilang bahwa politik adalah profesi tertua kedua di dunia. Yang pertama adalah prostitusi. Namun saya baru menyadari bahwa politik sama kotornya dg prostitusi” - Ronald Reagan, Presiden AS.
Seharusnya menjadi politisi itu adalah profesi yang membanggakan, karena politisi mampu mengatasi problem masyarakat, politisi berperan sangat besar dalam membangun peradaban yang baik. Namun sayangnya, dewasa ini justeru politisi menjadi problem masyarakat.
Politisi menyebabkan politik yang seharusnya mulia menjadi Kotor, sama kotornya dengan prostitusi. Itulah yang dikatakan Mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Kalau melihat realitas Politik dewasa ini, tidaklah salah apa yang dikatakan Reagan.
Lantas pertanyaannya, Pemilu nanti sebetulnya kita memilih apa.? Memang kita akan memilih Presiden dan anggota Legislatif, tapi seperti apa yang kita ingin pilih, kalau situasi Politik yang dibangun oleh politisi sekarang ini, hanyalah dipenuhi muatan kepentingan kelompok.
Lihatlah cara-cara mereka untuk mendapatkan kedudukan, sangat jauh dari apa yang kita harapan. Kebohongan dijadikan permainan, bagian dari cara untuk mendapatkan kedudukan. Menciptakan berbagai ketakutan, demi semata untuk memperlihatkan bahwa hanya merekalah yang bisa menyelesaikan semua persoalan.
Terlalu mudah didalam ucapan, tanpa memperhitungkan berbagai aspek, yang sangat mungkin menjadi hambatan. Padahal sejarah sudah mengajarkan, bahwa memperbaiki keadaan yang sudah rusak selama puluhan tahun, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Tidak bisa meyakinkan masyarakat hanya dengan janji, tanpa memikirkan implementasinya. Terlihat begitu mudah, seakan-akan semua persoalan akan bisa diselesaikan, hanya dengan menina bobokkan masyarakat lewat janji yang muluk.
Berhadapan dengan masyarakat miskin, seakan-akan kemiskinan bisa ditanggulangi begitu bisa terpilih. Berhadapan dengan tingginya harga berbagai bahan pokok, seketika dijanjikan akan diturunkan, tanpa pernah memikirkan mekanisme dan faktor penunjang lainnya.
Seakan-akan semua begitu mudah ditanggulangi. Begitu sudah berhadapan dengan kenyataan yang sebenarnya, dan tidak mampu meng-implementasikan apa yang sudah dijanjikannya, maka dicari-cari penyebab kesalahan lainnya, bahkan berani mengatakan tidak pernah menjanjikan.
Begitulah kulaitas politisi yang akan menjadi pilihan, tidak bertanggung jawab dengan apa yang sudah dijanjikan. Kampanye hanyalah media propaganda Politik, hanya untuk mencapai Kekuasaan, begitu Kekuasaan sudah ditangan, lain lagi yang dikerjakan.
Tidak pernah memikirkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah pendidikan Politik, yang akan diserap dari generasi kegenerasi. Partai politikpun sudah seperti persereon terbatas, yang dimiliki perseorangan, yang dikelelo dengan pola kapitalis.
Tujuan berpolitik tidak lagi membangun peradaban yang baik, Politik dipresentasikan dengan sangat Kotor, jauh dari etika dan moralitas. Pada akhirnya, Partai Politik tidak memberikan kontribusi apa-apa pada negara dan bangsa.
Lihatlah parlemen Kita, hanya dipenuhi oleh orang-orang yang ambisius terhadap Kekuasaan dan kekayaan. Tidak sedikit pun mereka mau peduli untuk menegakkan keadilan dan kemanusiaan. Mereka hanya menjadi orang-orang yang egois, yang cuma bicara atas nama kepentingan politik kelompoknya, bukanlah atas nama bangsa da negara.
Seharusnya, menurut Jerry, media dijadikan sebagai partner, mitra, mengingat media akan mempublikasi gagasan dari para calon tersebut.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews