Kecerdasan kognitif berbeda dengan kejiwaan, bagaimanapun keduanya saling berhubungan.
Ketika pertama kali membaca berita tentang komentar AP Hasanuddin di akun Facebook Thomas Djamaluddin, saya langsung meragukan bahwa akun AP Hasanuddin itu adalah akun yang jelas profilnya. Gaya bahasanya sangat vulgar, ala preman pasaran yang tidak berpendidikan atau seperti akun buzzeRp anonim/bodong yang sengaja memancing kegaduhan di sebuah postingan, supaya tingkat “reach” dan “engagement” postingan tersebut jadi meningkat tajam.
Komentar yang sangat kontroversial itu tercipta di kolom komentar postingan Thomas mengenai perdebatan adanya perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah atau hari lebaran antara pemerintah dengan Muhammadiyah.
Setelah saya ikuti beritanya hingga pagi ini, saya agak terkejut bahwa akun itu ternyata jelas profilnya, bukan orang awam pula. Andi Pangerang Hasanuddin, civitas Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan jabatan Peneliti Ahli Pratama. Lulusan S1 Teknik Elektro dan tergabung dalam satuan kerja Pusat Riset Antariksa.
Dia sudah menyampaikan menyatakan permintaan maaf, namun rasanya mustahil dia bisa dimaafkan atau tidak dihukum, karena komentarnya itu bersifat provokasi yang telah menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat umum dan sudah jelas sekali melanggar hukum.
Sebagai pengguna medsos, terutama di Facebook sejak tahun 2010 dan di Kompasiana sejak tahun 2012, saya sangat sering menjumpai postingan atau komentar semacam itu, khususnya di masa Pilkada DKI Jakarta 2012, Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang polarisasinya sangat tajam.
Untuk kasus ini, sulit sekali menebak motifnya. Diperlukan penyelidikan yang serius oleh badan yang berwenang mengenai motif AP yang sebenarnya.
Namun berdasarkan pengamatan dan pengalamanku sendiri, ada beberapa kemungkinan mengapa AP kebablasan.
Dari kasus ini kita juga bisa mengetahui bahwa kecerdasan kognitif berbeda dengan kejiwaan, bagaimanapun keduanya saling berhubungan. Orang yang cerdas secara keilmuan/saintifik, belum tentu kejiwaannya “cerdas” juga.
Semoga kasus ini bisa segera diselesaikan oleh pihak-pihak yang berwenang dan menjadi pelajaran berharga yang kesekian-kesekian-kesekian kalinya bagi para pengguna medsos.
[-Rahmad Agus Koto-]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews