Keliru, Pecintanya Menganggap Jokowi sebagai Pemain Catur yang Hebat

Konsekuensi menggambarkan Jokowi seorang pemain catur politik yang hebat sama saja menganggap Jokowi adalah pemimpim yang tega mengorbakan rakyat kecil demi sebuah kemenangan politik.

Sabtu, 5 Februari 2022 | 18:19 WIB
0
987
Keliru, Pecintanya Menganggap Jokowi sebagai Pemain Catur yang Hebat
Presiden Jokowi bermain catur pada cover Majalah Tempo (Foto: Twitter)

Bermain catur atau dalam bahasa Jawa sering menyebutnya "skak" pada dasarnya miniatur atau penggambaran dari suatu pemerintahan, bisa juga kerajaan. Setiap buah catur mempunyai tugas atau peran masing-masing.

Dan catur juga bisa mempunyai makna filosofis atau tafsir tersendiri, setiap orang punya sudut pandang masing-masing dalam mengambil filosofi permainan catur.

Dalam barisan terdepan ada delapan pion dan ini jumlah buah catur paling banyak dibanding buah catur yang lainnya. Pion langkahnya maju satu langkah dan tidak boleh ke samping atau mundur, kecuali saat memukul "en passant" (sambil lalu).

Pion tak ubahnya seorang prajurit atau simbol dari rakyat kecil. Karena berada di barisan depan, maka pion punya tugas membuka jalan lebih dulu dibanding yang lainnya.

Ketika pion sudah maju satu langkah, maka ia hanya punya dua pilihan, yaitu memakan atau dimakan atau membunuh atau dibunuh. Dan ini risiko dari seorang prajurit.

Terus di dua sudut belakang ada dua Benteng yang jalannya bisa lurus ke depan dan ke samping atau herizontal. Tugasnya tak ubahnya seperti benteng pertahanan dalam arti sesungguhnya yaitu sebagai pertahanan yang mengitari sebuah bangunan kerajaan. Benteng ibarat meriam yang ditembakkan lurus ke depan atau ke samping.

Dan ada dua perwira Kuda yang jalanya tidak lurus tetapi berbentuk huruf L atau gambaran dari kuda yang melompat. Kalau sudah kena skak-ster, hanya ada dua pilihan,raja menghindar dan patih bakal jadi santapan kuda.

Ada dua Gajah atau peluncur yang jalan atau pergerakannya ke arah sudut. dan di Barat nama "gajah" tidak dikenal, mereka tahunya Bishops (pendo'a), hanya di Indonesia disebut Gajah,

Dan ada Menteri atau panglima yang punya peran sangat sentral atau punya kewenangan luas dalam tugas yang sangat menentukan arah kalah atau menang dalam bermain catur. Ada satu Raja dan ini menandakan tidak boleh ada dualisme pimpinan atau "matahari kembar". Pergerakannya bisa maju atau mundur dan ke samping kiri atau kanan. Tetapi hanya boleh berjalan satu langkah seperti pion. Pergerakannya sangat terbatas karena harus selalu membawa singgasananya. Kemana-mana selalu dikawal.

Bahkan dalam catur ada istilah rokade (Jawa: lukir) demi menyelamatkan atau melindungi dari serangan lawan.

Permainan catur sejatinya gambaran perang dalam arti sesungguhnya, yaitu yang menang atau kalah sama-sama menderita kerugian baik harta atau nyawa. Bahkan seperti istilah perang Puputan yaitu perang sampai titik darah penghabisan atau tak tersisa.

Dalam permainan catur, Raja tidak boleh dibunuh melainkan menyerah atau kalah. Dalam hukum internasional, Presiden dalam keadaan perang juga tidak boleh dibunuh, kecuali Saddam Husein yang dibunuh rakyatnya sendiri. Atau ditawan disuruh menyerah.

Nah, terkait perpolitikan Tanah Air, ada sebagian pendukung atau pecinta Jokowi yang menggambarkan atau menarasikan bahwa Jokowi adalah seorang pemain catur politik yang hebat. Tentu ini di mata pendukungnya atau pecintanya. Sebaliknya di mata para pembencinya, apa yang dilakukan Jokowi bukan permainan catur, tetapi akal-akalan semata.

Bagi pecintanya, Jokowi digambarkan  lihai dalam permainan catur politik yang selalu bisa mengalahkan lawan dan berakhir dengan kemenangan.

Penggambaran atau menarasikan Jokowi adalah seorang pemain catur politik yang hebat, menurut pandangan subjektivitas tidaklah tepat atau tidak pas.

Mengapa demikian?

Konsekuensi menggambarkan Jokowi seorang pemain catur politik yang hebat sama saja menganggap Jokowi adalah pemimpim yang tega mengorbakan rakyat kecil demi sebuah kemenangan politik. Atau suka mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan sesaat.

Padahal dalam kenyataannya, Jokowi bukanlah Presiden yang menjadikan rakyat sebagai tumbal atau korban untuk kepentingan politiknya.

Jadi penggambaran Jokowi sebagai pemain catur politik kuranglah tepat.

Kali ini "Jokowi lover's" salah besar.

***