Palestina-Israel, Pertengkaran yang Tak Sebatas Media Sosial

Hanya saja, tindakan kekerasan sebagaimana di akhir Ramadan lalu adalah kejadian yang terus berulang.

Kamis, 20 Mei 2021 | 00:57 WIB
0
200
Palestina-Israel, Pertengkaran yang Tak Sebatas Media Sosial
Bendera Palestina (Foto: www.republika.co.id)

Sejak Sabtu 8 Mei 2021, terjadi rusuh di masjid Alaqsha. Dimana dalam bentrokan antara pengunjuk rasa penduduk sipil dengan tentara Israel. Setidaknya, 2017 orang yang cedera. Baik dari masyarakat Palestina, maupun polisi Israel.

Kekerasan ini kemudian berkepanjangan. Tidak lagi setakat di Kawasan masjid Alaqsha tetapi juga di tempat lain. Begitu pula perlawanan dari kelompok bersenjata Palestina yang menembakkan roket ke seentaro Israel.

Namun, ketika menjelaskan kejadian terkini di Palestina dan Israel tidaklah cukup jikalau mendapatkan asupan dari berita media sosial. Justru perlu juga melihat referensi terbitan buku. Tentu ini akan sangat terbatas dimana melihat pada bacaan tertentu saja, padahal banyak juga referensi lain yang belum diterokai.

Kalau itu juga dibahas, wacananya akan semakin lengkap dan memberikan horizon yang lebih luas. Dimana dengan semakin beragamnya pandangan yang ada semakin melengkapi mozaik maklumat yang ada.

Apatah lagi, kalau setakat percakapan di media sosial seperti universitas WhatsApp. Dimana pandangan yang diketikkan tak lebih hanya pada ketikan-ketikan untuk merespon sebuah komentar yang bolehjadi tak utuh dan juga hanya sepotong-sepotong. Sementara itu jikalau dalam bentuk publikasi buku, bukan juga jaminan bahwa akan lengkap. Setidaknya akan lebih lengkap dan menggambarkan pandangan ataupun pendapat yang lebih lengkap.

Termasuk keterbatasan pada maklumat yang didapatkan melalui media lain seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Pada media-media tersebut juga tidak dapat terkonfirmasi kehandalan dan kesahihannya. Dimana setiap orang dapat saja mengemukakan pandangan dan pada saat yang sama setiap orang pula dapat memberikan komentar.

Olehnya, untuk mendapatkan narasi secara utuh akan lebih lengkap jikalau melihat semakin banyak maklumat yang ada. Semakin beragam informasi yang didapatkan, semakin jangkap pula warta yang didapatkan.

Palestina-Israel dalam hal ini Yahudi sejatinya adalah perjumpaan yang sudah berpuluh tahun. Bolehjadi mencapai seratusan tahun. Dimana mulai 1920 menjadi awal datangnya diaspora Yahudi dari seentaro dunia. Baik yang menyelematkan diri dari persekusi di Eropa ataupun juga mencari tanah air sesudah Holokaus. Mereka menjadikan daerah Palestina sebagai tanah impian. Dengan penjelasan yang sangat emosional bahwa itulah tanah yang dijanjikan.

Pada saat itu, Yerusalem merupakan tanah yang dikuasai Inggris setelah kekalahan Turki Utsmaniyah pada perang dunia pertama.

Selanjutnya, 1947 ketika PBB memutuskan untuk membentuk dua negara. Masing-masing Israel untuk masyarakat Yahudi, dan Palestina bagi masyarakat Arab. Bagi pimpinan Yahudi ini diterima. Sementara pimpinan Arab tetap menolak. Adapun Jerusalem dijadikan sebagai kota internasional.

Setahun setelahnya, Inggris angkat kaki dari daerah tersebut setelah meningkatnya eskalasi protes yang tidak menerima pembentukan “rumah nasional” bagi masyarakat Yahudi di Palestina. Justru ini dijadikan kesempatan pimpinan masyarakat Yahudi untuk mendeklarasikan negara Israel.

Perang terjadi, negara-negara Arab menyerbu. Yordania menduduki Tepi Barat. Sementar Mesir menguasai Gaza. Terjadilah pertempuran selama puluhan tahun.

Pertempuran besar terjadi pada 1967. Dimana Israel justru memiliki kekuatan bersenjata dan berhasil menguasai wilayah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah, dan Semenanjung Sinai yang berada di bawah penguasaan Mesir.

Setelah perang enam hari, Israel kemudian berhasil menduduki wilayah tersebut dan memaksa negara-negara yang wilayahnya diduduki Israel untuk mengakui eksistensi Israel jikalau tanah mereka akan dikembalikan.

Sejak itu, bangsa Arab di Palestina tidak lagi dijadikan prioritas bagi negara yang telah turut berperang. Justru, dengan hubungan diplomasi dengan Israel menjadikan mereka tunduk pada permintaan Israel untuk tidak melindungi pengungsi Palestina. Bahkan dalam kesempatan tertentu, pegungsi ini dianggap membawa masalah bagi negara-negara tersebut.

Ini sepotong perjalanan waktu. Namun, tentu ketikan ini juga tidak memadai. Palestina-Israel merupakan kondisi dimana ada banyak hal yang dapat menjelaskan relasi keduanya. Namun, satu hal yang dapat dijadikan sebagai potret bahwa keberadaan Israel merupakan bentuk penjajahan terhadap Palestina.

Pendudukan Israel pada tanah-tanah Palestina merupakan tindakan yang kemudian tidak bisa dijelaskan dengan sangat sederhana. Ada perdebatan dan juga pro-kontra terkait dengan relasi keduanya. Belum lagi, tidak dapat ditemukan titik temu karena masing-masing memiliki pandangan. Terutama jikalau itu sudah masuk dalam ranah politik.

Hanya saja, tindakan kekerasan sebagaimana di akhir Ramadan lalu adalah kejadian yang terus berulang. Sekali lagi, ini tidak dapat terjelaskan hanya dengan media sosial semata. Termasuk tidak perlunya mempertengkarkan sebuah maklumat yang bolehjadi dalam konteks yang sama sekali tidak memiliki kaitan dengan itu.

***