Oleh : Syarifuddin
Bom yang meledak di sebuah rumah ibadah di Makassar membuat masyarakat marah, karena merusak perdamaian di Indonesia. Takutnya akan ada kecurigaan terhadapkelompok tertentu dan menyebabkan munculnya kembali isu SARA yang sangat sensitif. Kasus ini harus diselesaikan sampai tuntas, agar pelaku tertangkap dan tidak mengulangi perbuatannya.
Minggu 28 maret 2021 adalah hari yang tragis bagi warga Indonesia, karena ada pengeboman di sebuah Gereja Katedral di Makassar. Peristiwa pengeboman tentu langsung menggemparkan, baik oleh netizen maupun warga sipil, karena terjadi ketika keadaan damai. Dalam artian jarak dengan pengeboman di darah lain sudah bertahun-tahun yang lalu.
Belum diketahui siapa kelompok yang jadi tersangka pengeboman, karena pelaku langsung tewas di tempat alias melakukan bom bunuh diri.
Tragisnya, ia meninggal dengan keadaan tubuh yang tidak utuh. Tindakan super ekstrim ini membuat pengusutan kasus jadi susah, karena tersangka tidak bisa diinterograsi. Sedangkan saksi hanya melihat dari balik kamera CCTV.
Irjen Merdisyam, Kapolda Sulawesi Selatan menyatakan bahwa bom termasuk tipe high explosive. Sedangkan ada 10 korban dalam peristiwa berdarah ini, termasuk pelaku pengeboman. Kesembilan korban luka-luka adalah 4 warga sipil dan 5 petugas gereja. Mereka dirawat di sebuah RS Swasta di Makassar, secara intensif.
Putri Amalia, pejabat humas RS Swasta menyatakan bahwa korban dibawa sekitar pukul 10:30 WITA dan langsung dibawa ke ruang emergency.
Mereka mengalami luka di bagian tangan, kaki, dan punggung dan langsung mendapat perawatan intensif. Belum ada keterangan lebih lanjut siapa saja nama para korban, karena masih berkonsentrasi agar mereka selamat dari maut.
Masyarakat langsung mengecam aksi pengeboman di Makassar. Mengapa ada yang tega membunuh saudara setanah air? Pengeboman dan terorisme adalah tindakan yang sangat keji, karena bisa membawa korban jiwa. Kalaupun korbannya selamat, maka akan mendapat trauma yang sangat dalam pasca peristiwa itu, karena batinnya terluka.
Belum ada keterangan lebih lanjut dari aparat tentang siapa kelompok yang tega melakukan pengeboman. Dari kamera CCTV, hanya terlihat sebuah sepeda motor yang mengangkut 2 orang, yang diduga sang pelaku. Meski belum jelas juga pelakunya 1 atau 2 orang. Polisi berusaha meneliti TKP untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.
Pengeboman yang dilakukan di sebuah rumah ibadah tentu langsung dikutuk oleh masyarakat. Apalagi bom diledakkan di hari minggu, di mana banyak umat yang datang untuk beribadah, jadi pasti ada korban jika melakukan pengeboman pada saat itu. Berarti sudah ada skenario matang di baliknya, agar sengaja memakan banyak korban jiwa.
Diduga, pelaku pengeboman adalah kelompok teroris, karena beberapa saat lalu terjadi penangkapan terhadap beberapa orang anggota mereka di sekitar Sulawesi. Bisa jadi mereka melakukan balas dendam lalu nekat mengebom sebuah rumah ibadah, dan mengorbankan anggotanya sendiri untuk jadi ‘pengantin bom’.
Terorisme tentu dikecam oleh masyarakat karena mereka melakukan tindak kekerasan untuk mendapatkan keinginannya. Perbuatan ini tak pernah dibenarkan, karena selalu membawa korban, baik luka-luka maupun korban jiwa. Kekejian mereka sudah di luar batas sehingga melukai warga yang tidak bersalah.
Apalagi pengeboman dilakukan di tengah masa pandemi. Seharusnya kita bekerja sama untuk mengatasi efek badai corona, tetapi teroris malah mengancurkan persatuan Indonesia. Mereka merusak perdamaian dan mengakibatkan ada tuduhan bagi sebagian kelompok, sehingga bisa terpecah-belah.
Pengeboman di Makassar sangat keji dan pelaku utama harus ditangkap secepatnya. Terorisme wajib diberantas, karena mereka selalu merusak perdamaian di Indonesia. Kerukunan masyarakat jadi tercemar, karena bisa jadi saling menuduh, jika tidak didamaikan oleh masing-masing tokohnya.
Penullis adalah warganet tinggal di Palopo Sulsel
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews