Ponari Terawan

Badan ini meminta tim Terawan memperbaiki prosedur agar uji klinis berikutnya bisa dilakukan. Jadi BPOM juga mendukung

Senin, 19 April 2021 | 15:19 WIB
0
260
Ponari Terawan
Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad (Foto: Kompas.com)

Sikap TNI bahwa Terawan harus ikut prosedur ilmiah jika vaksinnya ingin didukung adalah tindakan yang tepat. Pasalnya, Terawan menggunakan fasilitas milik Angkatan Darat untuk memenuhi kesombongannya dalam menjadikan vaksin asing yang dibungkus label lokal bernama Nusantara.

TNI sudah pasti gerah melihat kiprah Terawan yang meminta bekas pasiennya –dan rata-rata para pensiunan pejabat tinggi serta konglomerat- untuk dijadikan relawan. Tidak hanya relawan dalam kelinci percobaan dia. Tetapi juga sebagai relawan humas yang woro-woro bahwa BPOM menzalimi Terawan.

Dan netizen dobol termakan oleh kampanye sesat ini.

Dengan membela mati-matian Terawan dan menempatkan BPOM sebagai penghambat, kaki tangan konspirasi farmasi global dan –ini yang selalu epic dari cocotnya budak cinta— Kadrun. Satu julukan yang menunjukkan bahwa budak cinta menemui jalan buntu untuk membenarkan praktek Ponarinya Terawan.

Dikatakan praktek Ponari karena sosok vaksin Nusantara secara massif dipopulerkan lewat komentar para pensiunan orang besar sebagai “vaksin hanya untuk orang yang percaya saja.”

Padahal mereka tahu bahwa, pengobatan sel dendrik yang bersifat individual sampai kapanpun tidak akan bisa berubah menjadi pengobatan massal.

Sekarang dengan penegasan TNI ini, seharusnya dan sewajarnya, Terawan tidak boleh lagi mempergunakan fasilitas RSAP untuk mem-ponari-kan vaksin Nusantaranya.

Namun TNI tetap berbaik hati dengan membolehkan Terawan mempergunakan aneka fasilitas RSPAD.

Jadi Inti dari penegasan TNI bahwa lembaga ini tidak ada hubungannya dengan Terawan dengan demikian adalah bahwa semua pihak mendukung penuh langkah dia menciptakan vaksin dari sel dendrik.

Tapi harus dilakukan sesuai prosedur ilmiah yang berlaku secara internasional. Yakni harus lewat persetujuan BPOM.

BPOM tidak pernah menghambat penelitian ini sebagai tudingan para bucin Terawan.

Badan ini meminta tim Terawan memperbaiki prosedur agar uji klinis berikutnya bisa dilakukan.

Jadi BPOM juga mendukung.

Cuma Terawan saja yang sombong. Memboyong semua peralatan dari Semarang ke RSPAD. Dan mengganti semua peneliti.

Dan salah langkah ini dicoba untuk ditutupi Terawan dengan mengumpulkan bekas pasiennya untuk dijadikan kelinci percobaan dan setelah itu para pensiunan pembesar disuruh koar-koar menyatakan dukungan.

Bahwa vaksin Nusantara untuk mereka yang percaya saja.

Jadi tidak perlu persetujuan BPOM..

Karena Ponari pun tidak perlu persetujuan lembaga itu

Cukup percaya saja.

Ya gak bisa gitu Jenderal

Begitu kira-kira TNI berucap ke Terawan seraya menepuk bahunya agar pak dokter itu mau sadar bahwa sombong itu tidak ada gunanya.

Buat dia dan konspirasi kapitalis yang berada dibelakang gembar gembor vaksin Nusantara.

***
.
.
.

.

.