Badan ini meminta tim Terawan memperbaiki prosedur agar uji klinis berikutnya bisa dilakukan. Jadi BPOM juga mendukung
Sikap TNI bahwa Terawan harus ikut prosedur ilmiah jika vaksinnya ingin didukung adalah tindakan yang tepat. Pasalnya, Terawan menggunakan fasilitas milik Angkatan Darat untuk memenuhi kesombongannya dalam menjadikan vaksin asing yang dibungkus label lokal bernama Nusantara.
TNI sudah pasti gerah melihat kiprah Terawan yang meminta bekas pasiennya –dan rata-rata para pensiunan pejabat tinggi serta konglomerat- untuk dijadikan relawan. Tidak hanya relawan dalam kelinci percobaan dia. Tetapi juga sebagai relawan humas yang woro-woro bahwa BPOM menzalimi Terawan.
Dan netizen dobol termakan oleh kampanye sesat ini.
Dengan membela mati-matian Terawan dan menempatkan BPOM sebagai penghambat, kaki tangan konspirasi farmasi global dan –ini yang selalu epic dari cocotnya budak cinta— Kadrun. Satu julukan yang menunjukkan bahwa budak cinta menemui jalan buntu untuk membenarkan praktek Ponarinya Terawan.
Dikatakan praktek Ponari karena sosok vaksin Nusantara secara massif dipopulerkan lewat komentar para pensiunan orang besar sebagai “vaksin hanya untuk orang yang percaya saja.”
Padahal mereka tahu bahwa, pengobatan sel dendrik yang bersifat individual sampai kapanpun tidak akan bisa berubah menjadi pengobatan massal.
Sekarang dengan penegasan TNI ini, seharusnya dan sewajarnya, Terawan tidak boleh lagi mempergunakan fasilitas RSAP untuk mem-ponari-kan vaksin Nusantaranya.
Namun TNI tetap berbaik hati dengan membolehkan Terawan mempergunakan aneka fasilitas RSPAD.
Jadi Inti dari penegasan TNI bahwa lembaga ini tidak ada hubungannya dengan Terawan dengan demikian adalah bahwa semua pihak mendukung penuh langkah dia menciptakan vaksin dari sel dendrik.
Tapi harus dilakukan sesuai prosedur ilmiah yang berlaku secara internasional. Yakni harus lewat persetujuan BPOM.
BPOM tidak pernah menghambat penelitian ini sebagai tudingan para bucin Terawan.
Badan ini meminta tim Terawan memperbaiki prosedur agar uji klinis berikutnya bisa dilakukan.
Jadi BPOM juga mendukung.
Cuma Terawan saja yang sombong. Memboyong semua peralatan dari Semarang ke RSPAD. Dan mengganti semua peneliti.
Dan salah langkah ini dicoba untuk ditutupi Terawan dengan mengumpulkan bekas pasiennya untuk dijadikan kelinci percobaan dan setelah itu para pensiunan pembesar disuruh koar-koar menyatakan dukungan.
Bahwa vaksin Nusantara untuk mereka yang percaya saja.
Jadi tidak perlu persetujuan BPOM..
Karena Ponari pun tidak perlu persetujuan lembaga itu
Cukup percaya saja.
Ya gak bisa gitu Jenderal
Begitu kira-kira TNI berucap ke Terawan seraya menepuk bahunya agar pak dokter itu mau sadar bahwa sombong itu tidak ada gunanya.
Buat dia dan konspirasi kapitalis yang berada dibelakang gembar gembor vaksin Nusantara.
***
.
.
.
.
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews