Untung Ada Mayjen Dudung!

Apa yang dilakukan Mayjen Dudung tercatat dalam sejarah Republik ini. Bahwa NKRI itu harga mati buat tentara yang menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit.

Sabtu, 21 November 2020 | 23:45 WIB
0
267
Untung Ada Mayjen Dudung!
Mayjen Dudung Abdurachman (Foto: sindonews.com)

Sebetulnya kiprah Rizieq Shihab (RS) dan kelompoknya sama sekali sudah tidak berkutik di Ibukota Jakarta selama Oktober 2012 - September 2016 saat dipimpin Gubernur Jokowi (2012 - 2014) dan dilanjutkan Gubernur Ahok (2014-2016) yang sebelumnya berposisi sebagai Wakil Gubernur meneruskan masa kerja Gubernur Jokowi yang terpilih jadi Presiden RI (2014-2019).

Selama masa periode Jokowi - Ahok itu, apalagi ditambah dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Tito Karnavian, dapat dikatakan tidak ada satu aksi pun yang berani dilakukan RS dan kelompoknya di Ibukota Jakarta. Dalam kurun waktu Oktober 2012 sampai September 2016 orang hampir lupa dengan nama RS dan kelompoknya karena sama sekali sudah tak terdengar lagi sepak terjang mereka.

Namun sejak Oktober 2016, setelah Ahok salah ucap dan dicap sebagai penista agama menjelang kontestasi Pilkada DKI 2017, nama RS dan kelompoknya kembali naik. Terutama sejak demo menurunkan Ahok pada 24 Oktober 2016, dilanjut dengan demo 4 November 2016 (411), dan demo 2 Desember 2016 (212) di Tugu Monas.

Sejak itu RS dan kelompoknya kembali tampil menguasai jalanan ibukota dan begitu leluasa bergerak karena gubernur yang sekarang merasa berhutang budi sehingga tak bisa menanganinya. Nama RS kian berkibar apalagi setelah dikasih gimmick gelar Imam Besar.

Meski pada bulan Mei 2017 ia keluar dari Indonesia dan tinggal di Arab Saudi untuk menghindari kasus hukum yang menjeratnya. RS masih bisa teriak-teriak memprovokasi dari tempat persembunyiannya. Bahkan sampai balik lagi ke Indonesia pada 10 November 2020 pekan lalu.

Tiba di Indonesia RS disambut para pemujanya di Bandara CGK. Mengacaukan situasi lalu lintas sejak dini hari, menyusahkan orang yang ingin bekerja, mengganggu jadwal penerbangan, merusak sebagian kawasan obyek vital negara, dan yang pasti melanggar protokol kesehatan di masa pandemi.

Balik ke Indonesia dengan sambutan seperti itu membuat RS merasa dirinya orang hebat. Ia tak mau dikarantina selama empatbelas hari sebagai satu persyaratan utama protokol kesehatan di masa wabah coronavirus (Covid-19) untuk orang yang datang dari luar negeri masuk ke wilayah Indonesia. Ia justru membuat acara pernikahan anaknya - sekaligus perayaan maulid nabi - yang konon dihadiri 10.000 orang undangan.

Dalam khotbahnya RS seperti biasa masih memprovokasi jamaahnya dengan ujaran kebencian, menuduh seorang perempuan sebagai lonte, merendahkan institusi kepolisian, mengajak perang tentara, dan akan memenggal kepala orang yang dia sebut sebagai penista agama.

Tapi dalam beberapa hari ini RS sudah tidak berani berkoar-koar lagi. Ia seperti hilang ditelan bumi. Seperti yang pernah dilakukan sebelumnya ia mengaku sakit untuk menghindari pemanggilan polisi atas pelanggaran aturan protokol kesehatan yang dilakukannya.

Kebesaran namanya di baliho-baliho dan spanduk-spanduk yang selama ini mengotori wajah ibukota dan kota-kota lainnya dirobek-robek tentara dan dibuang ke tempat sampah mulai hari Kamis (19/11) pekan ini.

“Saya yang perintahkan itu (pencopotan baliho-baliho dan spanduk-spanduk bergambar muka RS),” kata Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman tegas sembari memegang tongkat komando dan bertolak pinggang khas seorang tentara dalam apel gabungan TNI-Polri-Satpol PP se-Jadetabek di Tugu Monas pada hari Jumat (20/11) pagi tadi.

Mayjen Dudung yang baru saja berulangtahun ke-55 pada 16 November 2020 ini menyatakan akan menindak dengan tegas bila ada pihak-pihak yang ingin mengganggu persatuan dan kesatuan warga di wilayahnya.

Lalu Mayjen Dudung mengingatkan, “Jangan merasa diri hebat dan paling benar sendiri. Jangan merasa mewakili ummat Islam. Jangan mengganggu persatuan dan kesatuan warga. Kalau berani ganggu akan saya hajar. Bubarkan saja itu kalau perlu!”

Sebagian warga Ibukota Jakarta yang selama ini sudah ngempet dengan kegiatan-kegiatan RS dan kelompoknya merasa lega dan bersuka cita dengan pernyataan sikap tegas Mayjen Dudung.

Untung ada Mayjen Dudung yang berani melawan RS dan kelompoknya seperti harapan banyak orang karena selama ini merasa sangat terganggu dengan sepak terjang mereka memprovokasi massa dan membahayakan persatuan negara kita.

Untung ada Mayjen Dudung yang dapat mengendalikan Ibukota Jakarta karena gubernurnya tak bersuara lagi setelah diperiksa polisi sekitar sepuluh jam pada Selasa (17/11) lalu terkait pelanggaran UU Kekarantinaan dan KUHP dengan membiarkan terjadinya kerumunan massa RS selama 10 - 14 November 2020 di sejumlah tempat.

Untung ada Mayjen Dudung yang menunjukkan peran negara yang melindungi warganya dan menunjukkan bahwa negara tak boleh kalah oleh preman. Untung (di Indonesia) (masih) ada (tentara seperti) Mayjen Dudung.

Apa yang sudah dilakukan Mayjen Dudung akan tercatat dalam sejarah republik ini. Bahwa NKRI itu harga mati buat tentara yang menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit.

Terima kasih Mayjen Dudung yang sudah menyadarkan kita semua juga bahwa orang waras tak boleh kalah dan orang baik harus berani melawan orang yang berniat jahat yang mau menghancurkan masa depan Indonesia kita yang ber-bhinneka tunggal ika.

***