Bisakah Papua Lepas dari Indonesia?

Penjelasan Ali Alatas kepada wartawan Jakarta Post Kornelius Purba 20 tahun lalu masih relevan sampai sekarang. Identitas Satu Papua diklaim banyak pihak yang mengaku bisa memakmurkan Papua lewat kemerdekaan.

Senin, 2 September 2019 | 06:28 WIB
0
587
Bisakah Papua Lepas dari Indonesia?
Kofi Annan (Foto: CNN.com)

Sukar tapi bukannya tidak mungkin. Hukum Indonesia tidak mengenal referendum. Namun PBB bisa menginisiasi kemerdekaan Papua jika perlu. PBB bisa langsung intervensi mendobrak pintu kedaulatan Indonesia.

Definisi Negara

Sejak 1999, telah terjadi perubahan definisi sebuah negara yang tidak terbatas pada kedaulatan wilayah semata. Namun bagaimana negara memperlakukan warga negaranya sesuai dengan kaidah-kaidah hak asasi manusia. Jika negara gagal melindungi rakyatnya, maka PBB bisa memerintahkan pengiriman pasukan multinasional untuk melindungi rakyat yang dizholimi oleh penguasa negara.

Konsep baru negara ini dikemukakan oleh Sekjen PBB Kofi Annan 20 tahun lalu, ketika dunia terguncang oleh kerusuhan di Timor Leste, Kosovo dan Rwanda. PBB tidak bisa bergerak mengatasi kerusuhan disana karena hanya bisa masuk atas undangan negara-negara bersangkutan.

Pandangan Kofi Annan soal definisi negara sila lihat di tautan in

Konsep baru soal negara ini kemudian dipakai oleh negara Barat untuk memporak-porandakan Timur Tengah serta menggoyang banyak negara sekira kepentingan ekonomi, geopolitik dan geostrategi mereka terancam dirugikan.

Mengapa Papua Sukar Merdeka?

Wartawan Jakarta Post, Kornelius Purba mengutip pandangan mendiang Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengenai kemungkinan Papua merdeka ketika Timor Leste lepas dari Indonesia. 


Ali Alatas (Foto: tandapagar.com)

Menlu Alatas mengatakan Papua beda dengan Timor Leste. Pertama, tidak seperti Papua, Timor Leste tidak pernah menjadi bagian dari Indonesia sampai negara ini menduduki wilayah itu di tahun 1975.

Kedua, lanjut pak Ali Alatas, Papua terdiri dari ratusan suku yang harus menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi satu sama lain. Beda dengan Timor Leste yang penduduknya relatif homogen baik bahasa maupun sukunya.

Ketiga, mayoritas Papua adalah Kristen Protestan yang terdiri banyak aliran. Sementara Timor Leste mayoritas Katholik.

Dari sini, Menteri Ali Alatas mengatakan keragaman suku dan denominasi agama ini menyulitkan Papua bersatu dalam sebuah kekuatan besar untuk memerdekakan diri dari Indonesia.

Penjelasan Ali Alatas kepada wartawan Jakarta Post Kornelius Purba 20 tahun lalu masih relevan sampai sekarang. Identitas Satu Papua diklaim banyak pihak yang mengaku bisa memakmurkan Papua lewat kemerdekaan.

Padahal mereka sebenarnya memanfaatkan isu tersebut untuk memperkaya diri mereka lewat donasi luar negeri.


Benny Wenda (Foto: Detik.com)

Benny Wenda, ketua kelompok perlawanan Papua United Liberation Movement for West Papua, misalnya hidup makmur di Inggris. Padahal rakyat Papua yang diprovokasi mereka hidupnya sangat menderita.

Apa yang Dilakukan

Oh ya , pemerintah pusat punya andil membuat Papua sengsara. Tapi harus juga dilihat keseriusan Jakarta membangun Papua akhir-akhir ini. Cara baru itu juga harus dilihat secara objektif. Bahwasanya ada kekurangan disana sini, tentu bisa dikritisi langkahnya untuk perbaikan. Terutama metode yang dipakai militer dan polisi disana. Ketimbang langsung menuduh Indonesia sebagai pembantai orang Papua.

Dari itu, kampanye gencar separatisme di media sosial mesti diimbangi oleh konter aksi yang menunjukkan bahwa Papua dan seluruh orang Indonesia semuanya bersaudara.

Media sosial mesti dibanjiri dengan pemberitaan seperti ini sambil mengawal upaya perbaikan kehidupan saudara kita di Papua.

Ketimbang mencaci maki pendukung separatis dengan memuat postingan mereka.

Karena itu hanya akan buat mereka terkenal.

Dan beroleh uang banyak untuk foya foya karena laku keras jualan Papua. 

***