Yang Ada Bukan Pendukung Capres 02, Hanya Pembenci Jokowi

Kamis, 21 Februari 2019 | 21:14 WIB
0
1286
Yang Ada Bukan Pendukung Capres 02, Hanya Pembenci Jokowi
Jokowi (Foto: Detik.com)

Suka atau tidak, pesta demokrasi dalam pilpres kali ini hanya ada satu pihak saja. Semua berfokus pada Jokowi. Satu sisi sebagai pengusung dan pendukung sebagaimana koalisi 01. Bagian lain hanya pembenci Jokowi dengan berbagai alasan dan latar belakang. Coba bagaimana kita saksikan bersama, perilaku itu dalam berbagai-bagai bentuknya.

Mendukung itu ditunjukkan dengan memuji dan menawarkan apa yang mereka usung. Contoh, jika kita hendak menjual rumah, atau mobil, atau barang, apa yang akan kita lakukan? Promosi barang kita yang paling baik, paling keren, dan paling membanggakan bukan? Tidak malah mengatakan mobil atau rumah, atau barang lain lebih buruk bukan?

Mana ada menjual mangga manalagi namun penjualnya menghujat bahwa mangga gadung itu tidak enak? Tidak ada. Penjual mesti akan  mengatakan mangganya manis, bijinya kecil, tidak banyak serat. Tidak ada penjual mangga manalagi menyebut kalau mangga gadung itu masam, kulitnya tebal dan seterusnya. Ini baru penjual waras.

Coba kulik saja baik media arus utama atau media sosial, lebih lagi. Di sana yang ada hanya Jokowi baik secara positif sebagai dukungan dari kubu 01. Pada bagian lain juga membahas Jokowi, hanya dengan sisi dan sudut yang cukup berbeda. Dengan narasi sebaliknya, di mana semua kesalahan Jokowi, kegagalan Jokowi, kebohongan Jokowi, dan narasi sejenisnya.

Bayangkan saja, Jokowi sebagai incumbent, pernah menjadi walikota selama dua periode, gubernur, yang memberikan pengalaman pernah berdebat. Namun mereka menarasikan kalau Jokowi takut debat, tidak mampu debat, dan takut ketahuan kualitasnya. Lha nyapres dua kali, walikota dua kali, dan gubernur sekali berarti sudah lima kali debat minimal kan?  Aneh yang dinyatakan. Sama sekali tidak memberikan wacana bahwa calon mereka jauh lebih baik.

Jauh lebih lama, ada gerakan #GANTIPRESIDEN, tetapi bukan #APRESIDEN, atau #CPRESIDEN, siapa yang mau ditawarkan sebagai pengganti atau 2019 itu ada presiden baru itu siapa?  Tidak jelas. Mau jualan mangga tapi tidak tahu mangga itu apa, asal bukan jeruk semata. Aneh dan lucu sejatinya.

Ada pula semboyan, rakyat tidak makan infrastruktur. Dan dengan mudah terpatahkan dengan kisah terbantunya dengan jalanan lancar. Mengapa mengatakan mangga itu masam, namun bukan mengatakan mangga yang ia tawarkan lebih manis. Pemilih itu perlu bukti bukan semata narasi dan wacana yang tidak jelas. Coba bayangkan, ada orang antijalan tol dengan kenaifannya sehingga hanya mau susah-susah lewat jalan biasa. Toh tidak banyak juga.

Jika mau mengampanyekan calonnya, apa coba yang bukan menafikan pembangunan infrastruktur. Misalnya, menawarkan solusi lain, tapi entah selama ini juga tidak ada kog. Apa yang digembar-gemborkan tetap saja Jokowi. Orang jadi penasaran juga lho akhirnya benar tidak sih apa yang mereka katakan itu?

Kondisi memang tidak mudah dengan hanya ada dua calon. Miris lagi satu sisi hanya mengandalkan kebencian dan ketidaksukaan tanpa dasar yang memadai. Jangan heran ketika ballpoint, menjadi tersangka, difitnah, dan dijadikan bahan untuk melemahkan posisi Jokowi yang menguasai panggung dengan baik.  Mengapa demikian?

Merasa diri sebagai oposisi namun lupa esensi. Mereka hanya fokus pada kejatuhan Jokowi, dari pada mempersiapkan program. Ingat mana program mereka. Malah menersangkakan pena, menuduh menggunakan  pembisik, dan mengatakan Jokowi menghina pribadi capres mereka. Ini tidak akan terjadi, jika mereka itu mempersiapkan diri dengan baik.

Coba bayangkan baik mana membandingkan klaim jalan desa yang dibangun dan keliling dunia, dengan ide mereka untuk memberikan jaminan bagi pembangunan bangsa ini lebih baik. Wacana yang ada hanya menihilkan prestasi Jokowi yang itu tidak juga susah karena memang mereka lupa berbuat yang lebih baik. Lagi dan lagi fokus Jokowi, bukan siapa yang mereka usung.

Jokowi foto keluarga saja menjadi heboh. Jokowi mengunjungi  ulama sepuh, menjadi masalah dan pembicaraan. Cucu Jokowi jadi masalah. Kapan coba mereka mengulas capres mereka yang sedang memberikan perhatian pada banyak pihak misalnya. Mengunjungi keluarga yang membutuhkan misalnya.  Meributkan aktivitas Jokowi yang menjadi masalah ketika dibalik karena kondisi sebaliknya susah dilakukan oleh calon mereka.

Apa yang mereka lakukan selama ini malah memperlemah keberadaan mereka sendiri. Jualan dengan melemahkan apa yang ada pada pihak lain, coba mana lebih baik dengan menyatakan keunggulan dukungannya yang lebih berprestasi dan berkualitas.

Belum lagi ketika apa yang mereka sampaikan, ungkapkan, dan lakukan mengandung unsur kebohongan, fitnah, dan asal tuding semata. Seperti mangga yang manis namun dituduhkan sebagai mengkal dan masam, hanya agar jualannya laku.

Berpolitik itu memang akan cenderung yang penting kekuasaan. Namun tentu bahwa proses yang dijalani, dilakukan, dan dijadikan perjuangan yang lebih baik dan berkualitas. Mosok demokrasinya hanya ecek-ecek seperti ini. Apa kata dunia?

Tetap Jokowi dan Jokowi sekali lagi, jelas makin yakin. Mana bisa meyakinkan publik dengan cara memberikan keburaman semata bukan?  Jika tidak mampu jadi matahari, jangan tutupi maahari, nanti akan terbakar sendiri.

Salam.


***