Berita palsu, berita bohong atau hoaks (HOAX) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tentu tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop. Saat agenda kontestasi politik sekarang ini, jumlah produksi hoax politik rentan meningkat. Berikut ini, tiga aktor hoaks (berita bohong) terpopuler negeri.
Aktor hoaks pertama, dipopulerkan oleh seorang aktivis wantia yang bernama Ratna Sarumpaet. Ratna Sarumpaet salah seorang aktivis nasional yang mengangkat isu atau hoaks (berita bohong) tentang penganiayaan terhadap dirinya oleh segerombolan orang yang terjadi pada 21 September 2018 lalu.
Hoaks (berita bohong) ini pun kian menjadi perhatian public selama sepekan bahkan menjadi Tren Indonesia di kalangan netizen. Hingga saat ini, hoaks (berita bohong) tersebut masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat.
Aktor penyebar hoaks (berita bohong) Ratna Sarumpaet, tak lain semua berasal dari kalangan elit politik, sebut saja, Fadlizon, Fahri hamzah dan bahkan seorang ketua umum Partai Gerindra yang kini disebut Capres nomor urut 02 (Prabowo Subianto). Hebatnya, kasus ini bisa cepat ditangani oleh aparat penegak hokum, meski pada awalnya Ratna Sarumpaet sempat berniat melarikan diri ke Negeri Puisi (Chili).
Penangkapan Ratna Sarumpaet dilakukan oleh Tim Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya di Bandara Soekarno - Hatta, Tangerang pada Kamis, 4 Oktober 2018 pukul 20.30 WIB. Penangkapan tersebut dilakukan agar Ratna Sarumpaet dapat mempertanggungjawabkan atas kebohongan yang dilakukannya.
Aktor hoaks kedua, Aktor ini salah satu aktor penyebar hoaks (berita bohong) Ratna Sarumpaet yang sebelumnya saya sebutkan di atas, yakni, Prabowo Subianto. Prabowo Subianto, masih merasa kurang puas dengan keeksisannya dalam boomingnya hoaks (berita bohong) Ratna Sarumpaet, Sehingga hal itu, tak membuatnya terhenti untuk menjadi aktor hoaks (berita bohong).
Tak lama dari sepekan kasus Ratna Sarumpaet, pada tanggal 30 Desember 2018, Prabowo menjadi creator hoax (pencipta hoaks) dengan mengatakan bahwa satu selang alat cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pernah dipakai oleh 40 orang. Hal ini disampaikan dalam ceramah akhir tahun yang digelar di kediamannya di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pernyataan Prabowo tersebut tak menunggu waktu lama langsung mendapat bantahan pihak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Pelayanan pasien di RSCM selalu mengutamakan mutu. Pelayanan hemodialisis (cuci darah) di RSCM menggunakan selang dan dialiser satu kali pakai (single use)," ujar Direktur utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dokter Lies Dina Liastuti lewat keterangannya pada Rabu, 2 Januari 2018.
Setelah bantahan tersebut disampaikan, bukan berarti kasus ini hilang begitu saja, namun malah menimbulkan banyak keheranan bahkan dianggap kasus ini salah satu kasus hoaks (berita bohong) misterius di muka publik karena tidak ada titik terang dalam penyelesaiannya. Heran bukan? Entahlah! Tapi sudahlah.
Aktor hoaks ketiga, Aktor ini masih sama berasal dari kalangan elit politik, sebut saja Andi Areif. Andi Arief sebagai salah satu anggota partai demokrat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Sekertaris Jendral (Wasekjen) dalam partainya.
Pada tanggal 2 Januari 2019 tepat jam 21:00, Andi Arief hebohkan netizen dengan cuitannya soal 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos, padahal pada saat itu surat suara baru saja direncanakan akan dicetak.
Cuitan Andi Arief tersebut dianggap kontroversial oleh sebagian kalangan terutama oleh kubu lawan politiknya. Karena konten cuitan Andi tidak bisa dibuktikan secara fakta atau dianggap hanya menyebarkan hoaks (berita bohong).
Jelang satu hari, pada hari Kamis, 3 Januari 2019, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin melaporkan Andi Arief ke Bareskrim Polri karena diduga cuitannya telah menyebar hoaks (berita bohong) soal isu adanya tujuh kontainer yang membawa surat suara tercoblos.
Setelah diterimanya laporan tersebut, Andi Arief pun diproses untuk dilakukannya pemeriksaan oleh pihak kepolisian. Hingga kini kasusnya masih berada dalam proses penanganan.
Inilah tiga aktor hoaks (berita bohong) terpopuler negeri saat ini, dari tiga aktor tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun yang berstatus netralitas atau berasal dari salah satu pendukung petahana. Namun pure tiga aktor tersebut berasal dari kubu oposisi.
Maka tak heran, public menganggap bahwa ini merupakan serangan-serangan politik yang sengaja dibuat oleh pihak oposisi dengan tujuan membuat kegaduhan dan kericuhan rakyat sehingga pemerintah dianggap gagal dalam menjaga keamanan negeri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews