Serial Kebohongan Prabowo, Godham City dan Kendali di Ruang Kontrol

Minggu, 13 Januari 2019 | 07:24 WIB
0
408
Serial Kebohongan Prabowo, Godham City dan Kendali di Ruang Kontrol
Ilustrasi Batman (Foto: IDN Times)

Batman adalah pahlawan kota Gotham City. Dengan berbagai perangkatnya, dia sibuk terbang ke sana kemari menyelamatkan warga kota yang hiruk-pikuk karena adanya kekacauan. Sejumlah bagian kota meledak dan terbakar. Kota sedang diteror. Entah siapa yang membuat teror itu. Padahal, kota Godham City tadinya sangat alam dan tenang.

Di tempat lain pada sebuah ruang canggih, Joker tertawa terbahak-bahak melihat kekacauan itu lewat berbagai layar monitor di ruangannya. Ketawanya jenaka. Tampak puas. Penuh kemenangan.

Dari ruang canggih itu dia membuat berbagai kekacauan pada berbagai sudut kota Godham City yang bikin Batman kerepotan, hanya dengan memencet tombol-tombol yang terprogram secara canggih. Tujuannya jelas ;  mengalahkan Batman dan menguasai kota Godham City.

Joker merupakan musuh Batman paling ikonik. Paling jenius. Suka kekacauan dan melawak, tapi bukan lawak sembarangan, sebab dalam setiap lawakannya tersimpan sebuah rencana jenius yang bisa melumpuhkan lawannya. Sampai saat ini belum ada musuh Batman yang setenar Joker.

Mengamati rangkaian pernyataan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang blunder mengandung kebohongan di sejumlah kesempatan dalam ruang publik akan membawa pikiran bahwa semua itu dilakukan secara sengaja, terprogram, tersetruktur dan masif.

Sebagai pasangan capres, Prabowo dan Sandi memiliki tujuan politis, yakni meraih simpati publik yang termakan kebohongan. Caranya, mendelegitimasi dan menihilkan berbagai keberhasilan Jokowi, pesaing mereka di Pilpres 2019.

Persoalan etika politik dan hukum mereka kesampingkan, karena dalam dunia politik, etika seringkali tersesat di wilayah abu-abu. Sedangkan aspek pelanggaran hukum sudah diperhitungkan secara matang karena capres/cawapres Prabowo-Sandi didukung tim kerja yang berisi orang-orang pintar, cerdik dan berpengalaman terkait kedua hal tersebut.  

Tak heran, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berani memberi anugerah "Kebohongan Award" kepada Prabowo dan Sandi, walau yang dilakukan PSI tersebut mengandung unsur politis dan kontroversial  di dalam masyarakat.

Award tersebut, suka atau tidak suka, menjadi legitimasi kebohongan Prabowo/Sandi dan timnya. Dari kebohongan itu, masyarakat mengalami kehebohan demi kehebohan dari luncuran pernyataan kebohongan Prabowo/Sandi dan timnya. Cara kebohongan itu membuat Prabowo dan Sandi menjadi ikonik di mata publik.

Sementara Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahannya, terlihat sibuk menenangkan rakyat, baik dengan bukti data dan hasil kerja pemerintahannya. Contohnya pada luncuran kebohongan Prabowo soal "selang cuci darah", pihak RSCM dan Kementrian Kesehatan RI sibuk menenangkan dan memberikan penjelasan kepada masyarakat. Bagaimanapun hajat hidup orang banyak terkait pelayanan kesehatan menjadi yang terpenting.

Di sisi lain tim Jokowi/Ma'ruf melakukan counter politis kepada kubu Prabowo/Sandi. Prabowo selalu menerima informasi yang salah, bertindak grasa-grusu dan itu merupakan kesalahan fatal bagi seorang calon presiden. Jelas sekali kemampuan Prabowo untuk memimpin bangsa sangat diragukan.

Ruang Kontrol Tim Prabowo/Sandi Vs Jokowi/Ma'ruf

Dalam berbagai bagian pidato dikatakan Prabowo dan Sandi bahwa bila menjadi presiden dan wakil presiden, mereka akan  memperjuangkan kepentingan rakyat, tapi kenyataannya tidak mereka buktikan di dalam strategi politik pada masa kampanye. Mereka dengan mudahnya membuat kekacauan dari kebohongan. Padahal dimasa kampanye inilah sebenarnya momen penting untuk menunjukkan adab dan integritas pemimpin bangsa dan negara ini.

Melihat segala kekacauan dalam masyarakat akibat sebaran informasi bohong yang ditiupkan Prabowo/Sandi dan timnya, serta melihat kesibukan Jokowi beserta perangkat pemerintahannya menenangkan masyarakat, dan juga tim  politik Jokowi melakukan counter politis, maka seakan kendali permainan berada di tangan Prabowo/Sandi dan timnya.

Kendali kebohongan itu dilakukan pada satu "ruang kendali yang canggih dan terprogram". Namun di sisi lain sebenarnya Prabowo dan Sandi telah melakukan sebuah kebohongan terhadap diri sendiri. Mereka merasa bisa mempermainkan kubu Jokowi/Ma'ruf Amin dan pemerintahan Jokowi/JK, namun Prabowo/Sandi tidak bisa mendapatkan hati rakyat yang telah dibikin kacau, dibuat resah dan merasakan tidak aman.  

Prabowo/Sandi dan timnya bisa melakukan semua kebohongan itu karena mereka meniadakan rasa memiliki rakyat Indonesia. Kalau mereka merasa memiliki rakyat, tentunya tidak membuat rakyat jadi ketakutan dan pesimis terhadap masa depan bangsa dan negara, apapun kondisi yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

Mereka tak perduli kebohongan itu menimbulkan kekacauan, keresahan, rasa tidak aman, rasa ketakutan di dalam masyarakat. Disinilah integritas Prabowo/Sandi sebagai calon presiden/wakil presiden  diragukan. Mereka tidak memiliki kecintaan pada kehidupan yang damai dan tenang dalam masyarakat.

Semua kekacauan dari kebohongan itu dilakukan demi menjadi penguasa, bukan sebagai pengayom dan pelayan rakyat. Mereka melakukannya demi mengalahkan Jokowi dan menguasai kehidupan rakyat.

Atas semua kekacauan di kota Godham City, Batman bisa menyerang balik Joker dan menghancurkan ruang kendali canggihnya karena semua itu berupa fiksi semata.

Kubu Jokowi tidak akan melakukan penyerangan seperti yang Batman lakukan pada markas Joker karena taruhannya adalah integritas Jokowi dimata rakyat Indonesia. Ruang kendali kubu Prabowo dan Sandi tidak semata bersifat fisik, melainkan juga non fisik, yakni cara berpikir dan aksi blunder politis Prabowo/Sandi beserta timnya di lapangan.

Bagi kubu Jokowi/Ma'ruf Amin hal utama yang bisa dilakukan adalah terus memperkuat tim kerjanya untuk terus dekat dengan rakyat dan menjadi pelindung  dari ancaman dan rasa tidak aman. Mereka ciptakan kendali kepercayaan rakyat. Inilah ruang kendali canggih kubu Jokowi/Ma'ruf Amin yang tidak mampu dimiliki kubu Prabowo dan Sandi.

Di ruang kendalinya, serial kebohongan Prabowo/Sandi justru jadi bumerang bagi nasib politik mereka, dan menjadi preseden buruk pendidikan politik--untuk tidak ditiru generasi masa depan.

Kalau mereka terkena bumerang, aku sih rapopo...

***

Peb 10/01/2019