Sebetulnya, sudah dari periode pertama kepresidenan Jokowi masalah komunikasi ini merupakan the weakest point.
Saya setuju kalo dibilang tim komunikasi kepresidenan sangat lemah atau paling tidak kalah piawai dengan narasi-narasi lawan politik yang banyak dilontarkan di media sosial.
Bayangkan saja, sudah berbulan-bulan narasi "presiden tiga periode" dan "perpanjangan jabatan presiden" dikoar-koarkan tanpa jeda di media sosial, tapi nyaris istana tidak bereaksi.
Kalo pun ada tanggapan dari lingkaran dekat presiden, isinya malah "menyiram api dengan bensin", misalnya dengan mengatakan "apa salahnya berwacana presiden tiga periode", dan sebagainya.
Ini semuanya sangat merugikan bagi citra presiden, tapi lha kok presiden meneng wae?
Memang benar satu dua kali presiden mengatakan "saya tidak berminat utk menjadi presiden 3 periode", tapi menghadapi serangan yang begitu masif dan gencar, komunikasi seperti itu tidak cukup. Harus di-counter dan dinetralisir oleh tim komunikasi presiden dengan sama gencarnya.
Narasi berbahaya lain yang sudah berbulan-bulan dilontarkan oleh lawan politik adalah pemerintahan Jokowi adalah rezim oligarki. Dan presiden juga diam seribu bahasa. Padahal dengan dituduh rezim oligarki itu sama saja dengan mengatakan bahwa Jokowi sudah jadi boneka para taipan alias mafia yang menyetir presiden.
Minyak goreng langka dan mahal dinarasikan karena Jokowi tidak berkutik melawan kekuatan taipan CPO. UU Cipta Kerja (Omnibus Law) dinarasikan untuk menguntungkan para konglomerat dan merugikan kaum buruh. Anak presiden dinarasikan berbisnis dengan mendapat suntikan dana dari konglomerat. Lha kok diam saja dituduh rezim oligarki.
Kesimpulan publik, kalo diam berarti benar ini adalah rezim oligarki. Inilah yang saya maksudkan lemahnya komunikasi dari presiden. Dan kelemahan ini pasti dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik dengan segala intrik-intriknya.
Beberapa hari yang lalu presiden sambat kepada menteri-menteri terkait soal minimnya komunikasi dan juga empati kepada masyarakat para menteri soal minyak goreng dan BBM. Tapi ini ironis sekali.
Bukankah para menteri adalah bagian integral dari pemerintahan Jokowi. Ini sama saja dengan menampar diri sendiri karena komunikasi yang tidak becus.
Sebetulnya, sudah dari periode pertama kepresidenan Jokowi masalah komunikasi ini merupakan the weakest point.
Akibatnya sering jadi bulan-bulanan para lawan politik. Dan istana sepertinya tidak terlalu peduli karena merasa dukungan rakyat sangat kuat. Dan kememblean komunikasi ini berlanjut terus sampai sekarang.
Memble ini bisa karena pembantu presiden yang tidak cakap, tapi bisa juga karena ada lingkaran dekat presiden yang sengaja membuat memble komunikasi ini demi keuntungan/ambisi pribadinya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews