Lemahnya Tim Komunikasi Presiden

Sebetulnya, sudah dari periode pertama kepresidenan Jokowi masalah komunikasi ini merupakan the weakest point.

Senin, 11 April 2022 | 16:33 WIB
0
181
Lemahnya Tim Komunikasi Presiden
Présidén Joko Widodo (Foto: okezone.com)

Saya setuju kalo dibilang tim komunikasi kepresidenan sangat lemah atau paling tidak kalah piawai dengan narasi-narasi lawan politik yang banyak dilontarkan di media sosial.

Bayangkan saja, sudah berbulan-bulan narasi "presiden tiga periode" dan "perpanjangan jabatan presiden" dikoar-koarkan tanpa jeda di media sosial, tapi nyaris istana tidak bereaksi.

Kalo pun ada tanggapan dari lingkaran dekat presiden, isinya malah "menyiram api dengan bensin", misalnya dengan mengatakan "apa salahnya berwacana presiden tiga periode", dan sebagainya.

Ini semuanya sangat merugikan bagi citra presiden, tapi lha kok presiden meneng wae?

Memang benar satu dua kali presiden mengatakan "saya tidak berminat utk menjadi presiden 3 periode", tapi menghadapi serangan yang begitu masif dan gencar, komunikasi seperti itu tidak cukup. Harus di-counter dan dinetralisir oleh tim komunikasi presiden dengan sama gencarnya.

Narasi berbahaya lain yang sudah berbulan-bulan dilontarkan oleh lawan politik adalah pemerintahan Jokowi adalah rezim oligarki. Dan presiden juga diam seribu bahasa. Padahal dengan dituduh rezim oligarki itu sama saja dengan mengatakan bahwa Jokowi sudah jadi boneka para taipan alias mafia yang menyetir presiden.

Minyak goreng langka dan mahal dinarasikan karena Jokowi tidak berkutik melawan kekuatan taipan CPO. UU Cipta Kerja (Omnibus Law) dinarasikan untuk menguntungkan para konglomerat dan merugikan kaum buruh. Anak presiden dinarasikan berbisnis dengan mendapat suntikan dana dari konglomerat. Lha kok diam saja dituduh rezim oligarki.

Kesimpulan publik, kalo diam berarti benar ini adalah rezim oligarki. Inilah yang saya maksudkan lemahnya komunikasi dari presiden. Dan kelemahan ini pasti dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik dengan segala intrik-intriknya.

Beberapa hari yang lalu presiden sambat kepada menteri-menteri terkait soal minimnya komunikasi dan juga empati kepada masyarakat para menteri soal minyak goreng dan BBM. Tapi ini ironis sekali.

Bukankah para menteri adalah bagian integral dari pemerintahan Jokowi. Ini sama saja dengan menampar diri sendiri karena komunikasi yang tidak becus. 

Sebetulnya, sudah dari periode pertama kepresidenan Jokowi masalah komunikasi ini merupakan the weakest point.

Akibatnya sering jadi bulan-bulanan para lawan politik. Dan istana sepertinya tidak terlalu peduli karena merasa dukungan rakyat sangat kuat. Dan kememblean komunikasi ini berlanjut terus sampai sekarang.

Memble ini bisa karena pembantu presiden yang tidak cakap, tapi bisa juga karena ada lingkaran dekat presiden yang sengaja membuat memble komunikasi ini demi keuntungan/ambisi pribadinya.

***