Buat Mereka yang Hendak Berjihad ke Wamena

Di Lani Jaya, polisi mencatat kelompok kriminal bersenjata pimpinan Purom Wenda dan Enden Wanimbo. Mau tahu apa yang mereka lakukan?

Senin, 7 Oktober 2019 | 05:59 WIB
0
410
Buat Mereka yang Hendak Berjihad ke Wamena
Purom Wenda (Foto: haipapua.com)

Kalau ada yang membuka relawan jihad untuk membalas korban meninggal akibat kerusuhan Wamena, baiklah sedikit bekal untuk mengenal kota di Lembah Baliem itu.

Wamena dikelilingi bukit dan gunung. Akses masuk bisa melalui udara. Ada jalan darat, 575 km dari Jayapura, melintasi hutan, sebagian belum beraspal. Tak mungkin melalui sungai atau laut.

Di gunung dan bukit yang mengelilingi Wamena, terdapat Kabupaten Yalimo, Tolikara, Puncak Jaya, Puncak Papua, Lani Jaya, Memberamo Tengah, dan Nduga.

Maka bila terjadi kerusuhan di Wamena, langkah paling aman adalah bertahan, meminta perlindungan aparat keamanan atau tokoh nasyarakat. Kalau tidak? Ya keluar dari Lembah Baliem. Tak kenal pegunungan tengah, jangan coba-coba lari ke gunung.

Di Lani Jaya, polisi mencatat kelompok kriminal bersenjata pimpinan Purom Wenda dan Enden Wanimbo. Mau tahu apa yang mereka lakukan?

Di tahun 2014, Purom dan Enden pernah baku tembak sebulan penuh dengan TNI/Polri. Di tahun 2012, kelompok itu menembaki Polsek Pirime dan membakar Kapolsek setelah merampas senjata api. Setelah itu, mereka mencegat rombongan Kapolda, yang waktu itu dijabat Tito Karnavian. Masih panjang aksi kriminal yang mereka lakukan.

Lari ke Puncak Jaya, siap-siap bertemu pasukan Goliath Tabuni. Belum lama ini ia menghabisi Briptu Hedar. Pimpinan KKB di Puncak Jaya itu juga tak segan menghabisi masyarakat sipil yang diduga dekat dengan aparat.

Masih kurang gentar? Lari saja ke Nduga. Di sana ada Egianus Kogoya. Ingat nama itu, ingat saja pemerkosaan guru di Mapenduma, pembunuhan satu keluarga di Kenyam, pembantaian pekerja PT Istaka Karya di Yigi, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dari peta kerawanan itu saja, bisa dibaca mengapa kerusuhan Wamena begitu brutal sementara penduduk lokal menangis, mencoba melindungi para pendatang.

Tindakan keji tak bisa dibenarkan. Kerusuhan patut dikecam. Namun memprovokasi untuk melakukan pembalasan, bukan cara menyelesaikan masalah.

Baiklah saya mengutip pendapat Jared Diamond dalam The World Until Yesterday. Mustahil kita hidup damai sebagai sesama anak bangsa bila tidak menyerahkan hak membalas dendam kepada hukum negara. Bila hak membalas dendam tetap dipegang di masing-masing pribadi, kita akan hidup dalam rantai peperangan terus-menerus.

Kristin Samah

***