Saya rasa hampir seluruh masyarakat Indonesia tahu siapa Prabowo Subianto (Prabowo), yang saat ini sedang menjadi salah seorang calon presiden (capres). Bila dibandingkan dengan Joko Widodo (Jokowi), calon presiden nomor urut 02 untuk periode 2019-2024 ini sudah jauh tenar sebelumnya.
Bahkan ketenarannya telah terbentuk sejak beliau masih bertugas sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau dulu namanya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Sepanjang berkarir di bidang militer, Prabowo diketahui sempat menempati jabatan penting, antara lain Danjen Kopassus dan Pangkostrad. Meskipun kemudian karir militernya berakhir dengan status diberhentikan dari dinas.
Usai pensiun (atau dipensiunkan) dari dinas kemiliteran, Prabowo selanjutnya menjadi pengusaha. Setidaknya ada sebanyak 27 perusahaan yang dimiliki Prabowo yang bergerak di ragam sektor.
Kesuksesan menjadi pengusaha membuat Prabowo masuk jajaran orang-orang terkaya di Indonesia. Bahkan belum lama ini, Prabowo mengaku masuk ke dalam kelompok satu persen rakyat Indonesia yang menguasai 40 persen kekayaan bangsa.
Di samping karir militer dan kepemilikan banyak perusahaan, Prabowo juga saat ini dikenal sebagai seorang politisi kelas kakap. Prabowo adalah Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, partai yang beliau dirikan sejak 2008 silam.
Menurut saya, tiga hal di atas yang hingga kini dilekatkan ke dalam diri Prabowo dan juga selanjutnya beliau banggakan. Selebihnya tidak ada. Saya tidak sampai menelisik status beliau sebagai anak ekonom Soemitro Djojohadikusumo dan mantan suami Siti Hediati Hariyadi.
Melihat ketiga kebanggaan Prabowo di atas, bukankah dua di antaranya dimiliki pula oleh Jokowi?
Betul bahwa Jokowi tidak punya pengalaman sebagai prajurit, tetapi capres nomor urut 01 ini merupakan seorang pengusaha sukses, meski tidak sekaya Prabowo. Bahkan dua orang anak Jokowi yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep akhirnya mengikuti jejaknya menjadi pengusaha. Tapi jangan lupa, anak Prabowo yang bernama Ragowo (Didit) Hediprasetyo juga seorang entrepreneur, yakni perancang busana.
Selain sebagai pengusaha sukses, Jokowi adalah politisi berpengalaman, di mana karir dan jabatannya terbilang cemerlang. Lewat jalur politik, Jokowi berhasil menempati jabatan walikota Solo dua periode, gubernur DKI Jakarta (setengah periode), dan sekarang presiden Republik Indonesia, yang beliau inginkan dua periode.
Sekarang ini, baik Prabowo maupun Jokowi sama-sama sedang "head to head" (lagi) untuk memperebutkan posisi "orang terpenting" di Indonesia. Untuk kali kedua, mereka berdua ingin mencoba beradu keberuntungan, di mana keputusan siapa yang menang dan kalah akan ditentukan oleh warga pengguna hak pilih.
Prabowo ingin dipilih untuk menjajal periode pertama, sedangkan Jokowi ingin dipercaya melanjutkan periode kedua.
Barangkali agak berbeda dengan pendapat sebagian orang, saya cenderung kagum prestasi yang dibanggakan oleh kedua capres, Jokowi dan Prabowo. Dan saya berharap prestasi tersebut bersifat aktual dan update, tidak usang.
Bahwa saya terkadang berusaha melihat sisi kelemahan, betul adanya. Namun kali ini, saya ingin mengajak masyarakat agar meluangkan fokus memandang sisi kelebihan dari masing-masing capres, tidak larut menimbang hal-hal negatif.
Kelebihanlah yang dijual, bukan kelemahan. Pesan dan harapan saya kepada kedua capres serta masyarakat Indonesia.
Sampai sekarang, di antara hal yang membanggakan, pengalaman dan karir militerlah yang diagungkan Prabowo. Ini menurut pengamatan saya. Saya kurang tahu bagaimana dengan pengamatan para pembaca. Baik oleh Prabowo maupun pihak yang mengidolakannya, jabatan sebagai Danjen Kopassus dengan pangkat Letnan Jenderal seolah dijadikan sebagai jualan utama.
Mengapa dua hal yang membanggakan lainnya tidak diangkat, padahal justru itulah yang sangat relevan dengan posisi jabatan yang ingin diraih Prabowo? Menurut saya pengalaman di bidang militer biarlah berlalu, itu sudah usang. Kepemimpinan yang sedang diterapkan di Indonesia bukan gaya militer. Presiden memimpin banyak golongan masyarakat, bukan prajurit saja.
Saya melihat bahwa kecenderungan mengangkat sisi militer terjadi karena Prabowo mungkin sudah tidak percaya diri dengan statusnya sebagai pengusaha dan juga seorang politisi. Kita tahu beberapa perusahaan Prabowo disebut bermasalah, salah satunya perusahaan kertas.
Selanjutnya karir Prabowo di bidang politik pun belum apa-apa, masih sebatas pemimpin partai. Prabowo belum pernah menjabat sebagai pelayan publik sipil, ketua RT sekalipun.
Lalu Jokowi bagaimana? Ya beliau menurut hemat saya cukup bangga dengan karir dan pengalamannya. Sebagai seorang pengusaha, beliau sukses meneruskan minat bisnisnya kepada anak-anaknya. Perusahaan mebelnya juga tetap aktif, meski beliau sementara pasif mengelolanya.
Untuk urusan karir di bidang politik pun menurut saya Jokowi adalah politisi terhebat yang pernah ada. Seorang politisi level daerah yang dipercaya publik menjadi presiden. Sebelum jadi presiden, Jokowi sempat mengemban amanah pelayan publik, yakni dua kali walikota dan satu kali gubernur.
Jokowi sudah punya modal yang cukup untuk memimpin seluruh rakyat Indonesia, Prabowo modalnya apa selain karir militer?
Mari kita hentikan sampai di sini. Intinya saya hanya mau menyampaikan bahwa rekam jejak dan pengalaman juga penting untuk ikut ditimbang bersama dengan program dan janji yang dilontarkan kedua capres.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews