Memuja Presidennya Rizieq?

Minggu, 3 Maret 2019 | 06:39 WIB
0
373
Memuja Presidennya Rizieq?
Presiden Joko Widodo (Foto: Facebook)

Jokowi bukan orang yang pantas sebagai presiden. Karena plonga-plonga, tukang bohong, tidak menepati janji, tambah-tambah utang luar negeri, bahasa Inggrisnya jelek, agamanya bukan aseli Islam, keturunan China, ditengarai orangtuanya PKI, tidak tegas, tidak berani.

Terus yang pantas siapa? Pasti jawabnya Prabowo. Benarkah? Ini baru hoax sebenarnya.

Walaupun banyak yang percaya, sampai-sampai 4 tahun Jokowi berkuasa, ada saja yang bilang kalau Jokowi terpilih adzan akan hilang. Lha, ini terpilih 4 tahun lalu, adzan nggak hilang? Kalau hilang, mungkin karena yang empunya tak bisa merawatnya.

Juga soal LGBT, anak Prabowo punya orientasi seksual berbeda sebelum Jokowi jadi presiden. Atau semua ini salah Jokowi?

Mangsalahnya, kalau Prabowo lebih baik, nape kalah dari Jokowi dalam Pilpres 2014?

Paling tudingannya karena pilpres curang. Khas omongan pecundang kalah perang. Karena memang tak lebih baik dari Jokowi bukan?

Maka pertanyaannya; Siapa otak dibelakang ini semua, sehingga Prabowo capres tanpa prestasi itu dipuja-puja? Karena habis dana kampanye hampir Rp 100 milyar, seperti kata Sandiaga? Darimana datangnya militansi pendukungnya? Karena ilusi HTI atau PKS, FPI, Rizieq Shihab, yang percaya Prabowo kuda Troya yang baik? Lebih akomodatif dalam mimpi menegakkan syariah Islam di Indonesia? Atau kuda tunggang sementara saja?

Mungkin mereka tahu dongeng Sang Pangeran Nichollo Machiaveli, atau sejarah Hitler, atau tahu persis yang terjadi dalam Pilpres AS kemarin, dengan kemenangan Donald Trump, temennya Setya Novanto dan Fadli Zon. Sementara kita tahu, bagaimana pemimpin dunia dan media-media internasional mengakui Jokowi sebagai anugerah Indonesia dalam situasi krisis ekonomi dunia.

Di situ kita tak butuh pemimpin macho, apalagi suka makek baju safari yang militeristik. Juga tak butuh pertengkaran orangtua kayak Luhut Binsar, Wiranto, Kivlan Zein, Amien Rais. Jadul!

Kepemimpinan masa depan tidak otoriter, tapi transparan, kolegial, partisipatif, humanis dan inklusif. Kepemimpinan androgini, yang mampu mendengarkan, mencatat, dan mengeksekusi dengan tingkat kesabaran tinggi.

Di situ Jokowi lebih menjanjikan, daripada yang menjanjikan mau jemput Rizieq Shihab dengan pesawat pribadi, begitu dilantik jadi presiden.

Nggak banget deh! Unicorn aja nggak ngarti!

***