Kilas Balik 2018: Menilik Performa Kinerja Jokowi

Sabtu, 5 Januari 2019 | 07:23 WIB
0
388
Kilas Balik 2018: Menilik Performa Kinerja Jokowi
Presiden Joko Widodo (Foto: Agus Suparto/Fotografer Istana)

Tak terasa, hitung mundur 2018 tinggal beberapa jam lagi. Seluruh dinamika politik yang mewarnai fase awal kontestasi Pilpres 2019 pun sudah tersaji. Istimewanya, 2018 juga menjadi salah satu pintu jelang tutup jabatan Jokowi. Untuk itu, patut diputar ulang rekam jejak kinerjanya selama ini, sebab harus diakui bahwa memasuki 2019 nanti hampir seluruh energi akan dikerahkan untuk berkontestasi.

Dengan kilas balik ini, kita bisa melihat, apakah Jokowi bekerja dengan serius dan giat demi Indonesia gemilang atau sebaliknya, melempem tak berdaya. Namun sebelum melangkah jauh, saya ingin menyoroti juga etos kerja Jokowi selama ini:

Pertama, Jokowi membangun optimisme tinggi dalam kabinet kerjanya dan mengajak masyarakat agar tidak pesimistis dengan apapun keraguan yang mencoba mengoyak keindonesiaan kita. Optimisme inilah yang nampaknya menular bak virus ke dalam pola pikir dan sikap masyarakat.

Kedua, Jokowi amat disiplin dalam menjalankan target kerja, hal ini terlihat dari wara-wirinya Jokowi ke seluruh wilayah terdampak pembangunan Indonesia, bahkan hingga ke pedalaman Papua yang terhitung paling banyak di antara semua presiden hingga sekarang, lebih dari 10 kali.

Ketiga, meski menduduki tampuk kepemimpinan RI-1, namun Jokowi tetaplah sosok populis yang gemar bluskan. Kalau meminjam istilah SBY, ya turba alias turun ke bawah. Tak terhitung sudah berapa kali Jokowi menyambangi seantero Indonesia, mulai dari kunjungan kerja kenegaraan hingga sowan politik sambil bagi-bagi sepeda ala beliau yang begitu khas.

Keempat, kerja cepat juga ditunjukkan Jokowi. Hal yang paling terasa, khususnya bagi saya di Ambon adalah ketika pembangunan Jembatan Merah Putih yang kini jadi ikon Maluku itu mangkrak, Jokowi langsung memerintahkan untuk diselesaikan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Benar saja, selesai juga jembatannya dan kini menjadi salah satu kebanggaan warga Maluku, terkhusus Kota Ambon.

Baiklah, supaya tidak lagi panjang lebar, mari kembali ke pembahasan kilas balik. Kalau ditelisik semua, kita akan tahu banyak hal yang sudah dilakukan Jokowi sepanjang 2018 ini, namun di sini saya akan bahas beberapa hal saja, di antaranya; Jalan Tol Trans Jawa  yang menghubungkan dua kota besar di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya.

Panjangnya sekitar 1.167 kilometer. Selain sektor infrastruktur, ada 20 juta anak Indonesia menerima bantuan program Kartu Indonesia Pintar (KIP), terang saja ini sangat membantu mereka dalam menjalankan studi yang selama ini dianggap terhambat karena alasan biaya dll.

Di sektor kesehatan, setengah rakyat Indonesia mendapat layanan kesehatan gratis. Contoh riilnya, sekitar 261 penyandang disabilitas Sukoharjo dijamin pelayanan kesehatannya. Selain itu, akhirnya Indonesia memiliki pembangkit listrik tenaga angin di Sidrap dan ini merupakan yang pertama di Indonesia. Tak hanya itu, ada juga program rumah murah yang sudah dibangun sekitar 1 juta unit ini sangat diminati masyarakat.

Dari sisi industri pertambangan, tambang emas Freeport yang sejak dahulu hanya menjadi mitos kepemilikannya diambil alih Indonesia, kini sudah menjadi nyata. Bahkan bisa dibiliang, inilah kado istimewa bagi Indonesia dengan dikuasainya 51 persen saham Freeport.

Membanggakan lagi, di ajang olahraga bergengsi tingkat Asia, dimana Indonesia kembali menjadi tuan rumah Asian Games dan Paragames, ternyamenuai sukses besar baik dari sisi penyelenggaraan maupun prestasi yang di raih. Indonesia akhirnya finish di posisi 4 dari 45 negara yang mengikuti Asian Games.

Menghebohkan lagi saat aksi Jokowi menggebrak pembukaan Asian Games dengan "mengendarai" motor yang disambut tepuk tangan meriah penonton di stadion juga di rumah, plus aksi-aksi keren nan memukau di saat pembukaan dan penutupan perhelatan tersebut.

Di luar itu semua, baik pembangunan infrastruktur maupun kegiatan yang notabene terkesan hanya untuk masyarakat urban saja, ternyata di masa Jokowi malah berbalik, pembangunan itu dimulai dari desa dengan adanya Dana Desa yang tembus 1 miliar rupiah. Dengan filosofi makan bubur panas, dimana dimulai dari bibir mangkuk hingga ke tengah, maka begitu pula pembangunan Indonesia saat ini.

Pulau-pulau di ujung Timur dan Barat, bukan lagi daerah terbelakang melainkan sebagai pulau terdepan dari Indonesia. Di sini Jokowi mengajarkan kita bahwa majunya sebuah bangsa dapat dilihat pula dari struktur logika pembanguannya, salah satunya menjadikan wilayah ujung Timur dan Barat sebagai daerah pembangunan.

Dari sisi diplomasi, Indonesia berhasil  menjadi anggota tetap dewan keamanan PBB untuk keempat kalinya. Indonesia juga kuat dalam diplomasi bilateral dan multilateral. Hal ini terlihat dari andil Indonesia dalam kasus-kasus internasional seperti persoalan Rohingya, Palestina, dll. Sejalan dengan ini, stabilitas demokrasi di Indonesia pun mencapai angka tertinggi dan stabil pada angka 70. Lantas, apakah ini semua hasil kerja Jokowi  saja? Tentu tidak.

Saya melihat ini bagian dari kerja kolektif seluruh elemen bangsa yang penuh optimisme bahwa bangsa ini akan terus bergerak maju, bukan bakal menuju kepunahan lantaran tidak terpilih menjadi presiden, seperti yang didengungkan belakangan ini. 

***