(Susu Murni) Boyolali dan Presiden Jokowi

Senin, 5 November 2018 | 08:06 WIB
0
500
(Susu Murni) Boyolali dan Presiden Jokowi
Prabowo pidato

Boyolali, satu kabupaten di Jawa Tengah, lagi ramai dibicarakan orang. Gara-garanya karena capres yang selama ini hobi menebarkan pesimisme (negara akan bubar tahun 2030), suka merendahkan orang lain (wartawan tak bisa belanja di mall), dan hobi marah (emak-emak kena semprot) kembali bikin ulah. Ia menyebut orang yang tampangnya seperti orang Boyolali tak bisa masuk dan check in menginap di hotel berbintang.

Entah apa dasarnya sang capres yang merasa tampangnya paling oke itu berani merendahkan orang Boyolali seolah semiskin itu. Seperti tabiat dan wataknya selama ini yang penting asal ngomong duluan - bahkan berani menyebarkan hoax (ingat kasus biaya pembuatan LRT dan Ratna Sarumpaet digebukin preman) - lalu meralat dan cari alasan belakangan. Cuma cari sensasi? Atau memang sudah tak ada lagi koordinasi antara otaknya - hatinya - mulutnya? Sehingga yang keluar dari mulutnya kata-kata sampah seperti itu.

Mungkin karena kelamaan hidup enak di luar negeri, ikut bapaknya yang kabur dari Indonesia karena terlibat pemberontakan di Sumatera Barat (PRRI/Permesta) saat melawan pemerintahan yang sah di bawah Bung Karno, ia tidak tahu betapa Boyolali adalah sebuah wilayah subur makmur yang diapit Gunung Merapi - Gunung Merbabu dan memiliki banyak kekayaan alam. Salah satunya adalah ternak sapi.

Karena memiliki banyak sapi-sapi unggul bahkan Boyolali sampai disebut sebagai "Nieuw Zeeland van Java" atau New Zealand yang ada di Pulau Jawa. Kita tahu New Zealand atau Selandia Baru adalah sebuah negara yang jumlah populasi sapinya berkali lipat dibanding jumlah penduduknya dan sapi-sapi di sana diakui dunia kualitas susu dan daging yang dihasilkannya, termasuk produksi turunannya seperti keju, yogurt, dan susu untuk pembuatan cokelat.

Di Kota Yogyakarta, nama Boyolali sangat terkenal. Terutama di sepanjang jalan dari sekitar kawasan Demangan (SMA De Britto) sampai Jalan Raya Solo (arah Bandara Internasional Adisutjipto). Warung-warung tenda kaki lima bertuliskan "Susu Murni Boyolali" banyak berjejer di sepanjang jalan itu sejak tahun 1980-an atau mungkin sebelum itu.

Bagi pelajar dan mahasiswa di Kota Pelajar itu kehadiran Warung "Susu Murni Boyolali" sungguh mulia dan berarti, terutama bagi mereka yang hidup nge-kost. "Susu Murni Boyolali" menjadi asupan gizi memenuhi anjuran pemerintah untuk hidup "4 Sehat 5 Sempurna". "Susu Murni Boyolali" sangat membantu pelajar dan mahasiswa yang ngekost untuk bisa minum susu minimal sebulan sekali. Itu pun kadang diperbolehkan ngutang karena sudah jadi pelanggan dan kenal baik dengan pemilik warung.

Hampir semua pelajar dan mahasiswa, juga warga setempat dan wisatawan yang datang ke Yogya, pernah mencoba "Susu Murni Boyolali". Seorang Joko Widodo pun sudah mencoba "Susu Murni Boyolali" karena pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan di kawasan rumahnya di Solo yang merupakan tetangga dekat Boyolali.

Tak cuma enak dan lezat, "Susu Murni Boyolali" bikin orang jadi sehat, bugar, baik, optimis, dan pintar. Banyak orang-orang asli Boyolali, Yogya, Solo, dan daerah sekitarnya jadi orang-orang hebat dan berguna bagi bangsa dan negara kita. Bahkan Joko Widodo sukses jadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan Presiden Republik Indonesia yang terbukti kerjanya dan kinerjanya.

Sementara ia yang tidak minum "Susu Murni Boyolali" terbukti gagal dalam kariernya, hidup selalu pesimis, dan bisanya merendahkan orang lain. Dia juga sepertinya tidak tahu bahwa salah satu grup musik rock terkenal di dunia, Europe, pada 12 Mei 2018 lalu tampil mengguncang di Boyolali dengan lagu hits-nya yang sangat terkenal, "Final Countdown".

#SaveMukaBoyolali

***