Gerindra vs Demokrat, Berebut dan Saling Tagih Janji Pepesan Kosong

Sabtu, 17 November 2018 | 23:01 WIB
0
492
Gerindra vs Demokrat, Berebut dan Saling Tagih Janji Pepesan Kosong
Prabowo dan SBY (Foto: Tempo.co)

Dua partai politik saling tagih janji, yaitu Gerindra dan Demokrat. Entah janji apa yang mereka tagih. Dan entah siapa yang mengingakari janji itu.

Secara politik Partai Demokrat masuk koalisi Prabowo Subianto-Sandianga Uno sebagai pasangan capres dan cawapres. Akan tetapi masuknya Partai Demokrat menjadi partai pengusung pasangan tersebut, bukan karena kecocokan atau kesamaan vis-misi, lebih tepatnya karena kepepet oleh keadaan yang mengharuskan Partai Demokrat untuk masuk dalam koalisi pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.

Mereka, Gerindra dan Demokrat, membuat kesepakatan atau janji-janji dan hanya mereka yang tahu kesepakatan yang mereka buat atau sepakati itu.

Ini bermula ketika mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga sebagai ketum Demokrat mengatakan bahwa ia membebaskan kader atau pemilih Partai Demokrat bebas menentukan pilihan, apakah ke pasangan Joko Widodo-Makruf Amin atau Prabowo Subianto- Sandiaga Uno. Karena menurut SBY dukungan ke pasangan Prabowo Subianto-Sandianga Uno hanya menguntungkan partai Gerindra yang notabene ketua partainya menjadi capres.

Tidak menguntungkan secara elektoral ke Partai Demokrat. Oleh karena itu, Partai Demokrat lebih fokus ke pemilihan caleg dibanding mengkampanyekan pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.

Pernyataan SBY ini mendapat tanggapan dari kader Gerindra, bahwa sesuai janji dan kesepakatan, Partai Demokrat punya tanggung jawab untuk mengkampanyekan pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno sebagai capres dan cawapres. Menurut kader Gerindra itu sesuai janji Ppartai Demokrat.

Kader Demokrat tidak terima dikatakan tidak memenuhi janji, justru kader Demokrat mengatakan banyak janji-janji yang belum dipenuhi oleh partai Gerindra, baik janji kepada Susilo Bambang Yudhoyono atau kepada Agus Harimurti. Menurut kader Demokrat janji itu pernah disampaikan cawapres Sandiaga Uno di kediaman SBY Jakarta Kuningan.

Bahkan ketum Demokrat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi lewat cuitanya di Twitter dengan mengatakan: sebenarnya tak mau menanggapi pernyataan Sekjen Gerindra, tapi karena ada hal yang nadanya tidak baik dan terus digoreng, maka ia terpaksa meresponsnya.

Dalam cuitannya selanjutnya SBY menulis, "Saya pernah dua kali jadi calon presiden. Saya tak pernah menyalahkan dan memaksa ketum partai-partai pendukung untuk kampayekan saya" (SBY).

Jadi SBY merasa tak perlu dipaksa-paksa  untuk mengkampayekan calon presiden dan cawapres.

Baru kampanye belum ada dua bulan saja sudah timbul masalah atau tidak ada kecocokan, bagaimana mau bisa merebut kemenangan?

Saling menagih janji, padahal kemenangan belum diperoleh, sama saja berebut atau menagih janji pepesan kosong. Berebut tulang belulang yang sudah tidak ada dagingnya, sama saja seperti asu berebut tulang.

Sepertinya ini menjadi pertanda akan datangnya kekalahan kedua kali Prabowo Subianto dalam perebutan kekuasaan dengan lawan tukang kayu yang kerempeng dan tidak mbois itu.

Asu...dahlah!

***