Senjata medsos sudah pasti tetap digunakan, namun nampaknya mereka akan lebih fokus pada perang gerilya di daratan dengan memanfaatkan mesin-mesin partai dan unit-unit sukarelawan.
Pilpres 2024 yang akan berlangsung lima bulan lagi ini, tepatnya 14 Februari 2024, semakin kemari semakin menarik. Daya tariknya relatif sangat berbeda dengan Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.
Ciri khas utama situasi dan kondisi kedua pilpres yang dimenangkan oleh Jokowi tersebut diantaranya sangat marak dengan isu SARA yang membuat polarisasi kedua kutub menjadi sangat tajam, isu yang menjadi mainan utama para buzzer atau influencer bayaran dengan memanfaatkan algoritma medsos -terutama Facebook dan Twitter-, yang pada saat itu masih sangat longgar terhadap postingan-postingan berbau politik.
Sekarang para buzzer hampir tak berkutik dikarenakan oleh dua hal, yaitu karena bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi dan karena algoritma medsos yang telah membatasi postingan politik dengan sedemikian rupa.
Perang udara melalui medsos tidak bisa lagi digunakan sebagai senjata utama para tokoh-tokoh pemain Pilpres 2024, isu SARA juga sudah gak akan begitu laku lagi karena para pemilih suara sudah trauma, sudah memperoleh pelajaran keras dari Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.
Senjata medsos sudah pasti tetap digunakan, namun nampaknya mereka akan lebih fokus pada perang gerilya di daratan dengan memanfaatkan mesin-mesin partai dan unit-unit sukarelawan yang aktif terjun ke lapangan, ke tengah-tengah masyarakat yang berada di pusat-pusat kota hingga ke pelosok-pelosok desa, khususnya di pusat-pusat kantong suara seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Target utamanya, mendapatkan suara dari kalangan generasi muda yang menjadi faktor utama penentu kemenangan atau kekalahan, yang terdiri dari Generasi X dan Generasi Milenial yang sangat menggemari berbagai ragam aktivitas yang sifatnya kreatif, unik dan futuristik serta alergi dengan isu SARA.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews