Semoga saja waktu 20 tahun telah mengubah perilaku pemilih Indonesia. Walaupun banyak yang meragukannya…
Pikir baik-baik…
PDI Perjuangan disebut-sebut tengah mempersiapkan Puan Maharani untuk maju pada tahun 2024. Memang belum diputuskan apakah Puan akan dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden?
Akan tetapi, di Indonesia, dalam pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat, rasanya sulit bagi seorang perempuan dapat terpilih menjadi presiden.
Jangan salah, pendapat ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan jender, tetapi lebih didasarkan kepada pengalaman di masa lalu.
Perempuan memang belum menjadi favorit untuk dipilih menjadi Presiden Indonesia. Bahkan, Presiden Megawati Soekarnoputri yang pada tahun 2004 mengikuti pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat tidak mempunyai peluang. Ia dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, yang terpilih untuk dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.
Padahal sebagai petahanan, biasanya, seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk menang.
Sebagai putri Presiden Soekarno dan petahana, Megawati Soekarnoputri bahkan tidak mempunyai peluang apalagi perempuan lain yang menjadi calon Presiden.
Bukan itu saja, Megawati Soekarnoputri pun bisa dikatakan sebagai Presiden yang membuka jalan bagi terlaksanakan pemilihan Presiden secara langsung olehg rakyat. Namun, itu rupanya tidak berpengaruh.
Akan tetapi, saya bukan peramal (fortune teller), jadi terserah saja jika PDIP mau mencalonkan Puan Maharani sebagai Presiden.
Semoga saja waktu 20 tahun telah mengubah perilaku pemilih Indonesia. Walaupun banyak yang meragukannya…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews