Kritik untuk Presiden Joko Widodo

bagaimanapun Bapak adalah seorang manusia yang tak luput dari salah. Saran saya, Bapak berbicara kepada pers, mengakui kesalahan itu, minta maaf, dan meralatnya.

Jumat, 5 Maret 2021 | 08:34 WIB
0
260
Kritik untuk Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Foto: CNN Indonesia)

Salah satu cara efektif untuk menumbuhkan ekonomi adalah meningkatkan kapasitas industri (dalam berbagai skala). Industri nasional bisa tumbuh jika memiliki pangsa pasar yang besar, di dalam maupun di luar negeri.

Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar. Namun sayangnya, dalam memilih produk, masyarakat Indonesia masih ‘import oriented’, karena banyak hal.

Saya paham kegundahan Presiden Jokowi akan hal itu. Sampai-sampai, ketika membuka rakernas Kementerian Perdagangan di Istana kemarin (4 Maret 2021) saking semangat, Presiden meminta masyarakat untuk mencintai produk nasional dan ‘membenci produk impor’. Menurut saya, ini salah. Ini seperti ungkapan kekesalan yang tidak tertahankan.

Bahwa untuk menjadikan produk dalam negeri sebagai prioritas, adalah baik dan benar. Tetapi menumbuhkan ‘benci produk impor’, terdengar sangat aneh. Apalagi dikemukakan oleh Presiden Jokowi. Menurut saya, akan lebih baik menggunakanphrasa ‘Made in Indonesia First’ seperti halnya jargon yang digaungkan Presiden Trump, ‘America First’.

Alasannya, pertama, mendongkrak penjualan produk nasional di pasar domestik, harus dilakukan dengan cara yang fair, yang berlaku dalam dunia bisnis. Artinya, lebih baik dilakukan dengan cara meningkatkan daya saing produk nasional. Kualitasnya ditingkatkan, harganya dibuat bersaing. Caranya, ya biaya produksinya dibuat seefisien mungkin.

Sebagai masukan, biaya produksi di hampir semua sektor industri, selain dibebani oleh biaya logistik yang tinggi sebagai konsekuensi dari wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan, juga masih banyaknya pungli di lapangan.

Tentang ini, Bapak bisa membentuk tim yang melakukan survei lapangan secara under cover. Masyarakat tidak berani melaporkan.

Kedua, kata ‘benci’ seyogyanya tidak menjadi andalan untuk mencapai tujuan. Dalam konteks politik, statement Bapak “mengajak membenci produk impor” akan dan telah menjadi amunisi besar bagi kelompok-kelompok, individu-individu yang tidak suka dan membenci Bapak. Fakta itu jelas ada.

Oke, bagaimanapun Bapak adalah seorang manusia yang tak luput dari salah. Saran saya, Bapak berbicara kepada pers, mengakui kesalahan itu, minta maaf, dan meralatnya. Gak apa-apa, itu adalah kesalahan dalam memilih phrasa. Toh pada dasarnya tujuan Bapak itu baik: ingin memajukan industri nasional.

Menurut saya, ini adalah kesempatan bagi Bapak untuk membuktikan bahwa Bapak, ketika melakukan kesalahan dan menyadarinya, pasti mengakuinya. Ini kesempatan bagi Bapak sebagai pemimpin, untuk memberi contoh bersikap ksatria. Karena Bapak adalah manusia biasa.

Terima kasih.

Cc. Moeldoko Tim

***