SKB Pendirian Rumah Ibadah Susah Dicabut

Akhirnya mau tidak mau, semua sengketa rumah ibadah bergantung pada kearifan dan keputusan sang penguasa yang sifatnya adhoc.

Selasa, 5 November 2019 | 08:53 WIB
0
647
SKB Pendirian Rumah Ibadah Susah Dicabut
Ilustrasi rumah ibadah (Foto: Sindonews.com)

Karena justru akan menimbulkan kekisruhan baru. Demikian rangkuman diskusi saya dengan kawan-kawan Kristen, Islam dan Buddha. Kenapa?

Yang Islam

Nanti ustad-ustad yang punya jemaah banyak dirikan mesjid sendiri. Masjid yang lain kesaing. Apalagi kalau beda mahzab. Dan juga Ormas. Bakalan ada persaingan.

Pembebasan rumah ibadah berarti membolehkan umat Syi'ah dan Ahmadiyah mendirikan masjid. Ini bakalan rame bahkan bisa memicu kekerasan.

Yang Buddha dan Hindu 

Cenderung low profile namun kebebasan rumah ibadah juga bisa memicu persaingan perebutan jemaah mengingat sekte dalam dua agama ini juga banyak.

Yang Kristen

Cuma Katholik yang damai-damai saja dan diuntungkan dengan kebebasan pendirian rumah ibadah. Mereka bisa renovasi dan mendirikan gereja baru secara terstruktur dan organisatoris karena semuanya harus persetujuan Vatikan.

Tapi konflik diantara umat Kristen diluar Katholik bakal rame bahkan lebih rame ketimbang Muslim. Masalahnya gereja-gereja yang sudah mapan bakal terancam perpecahan. Para pendeta mereka akan buat gereja sendiri dan menarik jemaat.

Belum lagi pendeta yang baru lulus pasti terdorong buat gereja sendiri untuk mencari jemaat sebanyak-banyaknya. Belum lagi denominasi Kristen baru yang juga bakal unjuk muka.

Dan yang terjadi adalah persaingan menarik jemaat diantara pendeta baik dalam mahzab yang sama ataupun yang berbeda.

Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) ataupun Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) bakal mengalami krisis organisatoris. Pendeta dengan pendeta yang punya kaitan saudara dan famili bisa menduduki jabatan eksekutif di dua organisasi itu.

Konon khabarnya, karena prinsip dua organisasi itu adalah satu gereja satu suara. Jika disuatu daerah, sebagian besar pendeta berasal dari satu keluarga akan menduduki cabang-cabang PGI dan HKBP. Jika demikian, keributan bakal terjadi .

Lagi pula, kata teman Kristen, SKB justru menghambat persaingan pendeta merebut umat. Pendeta baru tidak bisa seenaknya bangun gereja.

Kesimpulan

Pusing juga. Karena saya tidak tahu apakah itu akan terjadi meski paham kemungkinan itu bisa terjadi..
Tapi dari diskusi tadi, saya bisa mengerti mengapa SKB 2 menteri dan SKB 3 menteri itu tidak ada yang berani menyentuhnya.

Karena skenario seram tadi yang bakal lebih seram jika pembebasan pendirian rumah ibadah itu memicu kerusuhan antar agama.

Dan agama justru jadi bencana.

Akhirnya mau tidak mau, semua sengketa rumah ibadah bergantung pada kearifan dan keputusan sang penguasa yang sifatnya adhoc.

Pendapat kawan-kawan dan saya sangat subyektif. Jangan dijadikan pembenaran. Tapi jika dijadikan bahan diskusi, sangatlah disarankan.

***

.