Menjelang Pemilu 2019, sentimen keagamaan cukup santer terdengar di berbagai media. Fahri Hamzah juga pernah menyebutkan, bahwa di antara dosa–dosa Jokowi yang besar adalah karena membiarkan berkembang biaknya elemen anti Islam dan islamophobia.
Selain itu, isu bahwa Jokowi PKI juga sempat berembus sejak Jokowi maju dalam pemilihan Presiden 2014. Isu tersebut juga mencuat melalui tabloid Obor Rakyat yang pertama kali terbit pada Mei 2014 dengan berita utama berjudul ‘Capres Boneka’ dengan karikatur Jokowi sedang tangan Megawati Soekarnoputri.
Obor Rakyat juga menyebut bahwa Jokowi sebagai simpatisan PKI, keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing.
Tak Pelak dalam waktu singkat tabloid yang kental dengan konten Hoax ini menghebohkan masyarakat pada saat itu.
Namun segala fitnah di atas sepertinya dapat ditepis secara logis. Lembaga studi demokrasi dan keberagaman, SETARA Institute menilai tuduhan yang menyebar jika Presiden Joko Widodo bagian dari kelompok PKI karena ada kesengajaan. Ada pihak yang sengaja menyebar isu miring itu.
Koordinator SETARA Institute Hendadri menjelaskan kepemimpinan Jokowi dalam menghadapi serangan serius stigma mendukung PKI.
Pihaknya juga mengatakan bahwa penyebaran hoax Jokowi PKI bertujuan untuk kepentingan politik yang dilakukan secara profesional.
"Hoax semacam ini jelas merupakan kerja politik oleh pihak–pihak yang disengaja untuk tujuan-tujuan politik tertentu, bisa dilakukan oleh pendukung partai-partai politik, bisa juga oleh kelompok profesional yang dipekerjakan sebagai pihak yang bertugas melemahkan legitimasi kepemimpinan Jokowi."
Selain itu, tudingan terkait Jokowi Anti Islam juga ditanggapi oleh Ustadz Yusuf Mansyur, dimana beliau bercerita tentang sisi religius Jokowi berdasarkan pandangan pribadinya.
"Saya sudah sering sampaikan di banyak kesempatan bagaimana Jokowi tetap menjaga shalat dan puasa Senin – Kamis di tengah kesibukannya,” Tutur Yusuf Mansyur.
Menurutnya, penuturan ihwal keislaman Jokowi juga banyak disampaikan orang – orang terdekatnya, termasuk sejumlah menteri yang tergabung dalam Kabinet Kerja. Di antaranya testimoni Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dan sang Istri.
“Keduanya adalah teman dekat saya dan bercerita suatu ketika Jokowi malah pernah menyarankan menunaikan shalat hajat kepada Imam Nahrawi dan sang istri agar keinginan mereka terkabul. Kurang religius apalagi sosok presiden seperti beliau,” tuturnya.
Selain Jokowi, Sang Ibunda Sujiatmi juga merupakan sosok yang religius, Uztaz Yusuf Mansyur mengaku kagum dengan Ibunda Jokowi yang tak pernah lupa membaca Qulhu 100 kali dan Al Fatihah 100 kali setiap malam. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan Sujiatmi sejak tahun 2000an.
Saat berada di Istana Negara, Jokowi juga tak melewatkan waktunya untuk beribadah. Bukan hanya di kediamannya, Jokowi juga sering ke masjid yang berada di Istana.
Kesaksian seorang penjaga masjid istana bahwa menyebutkan bahwa di antara semua presiden, Jokowi merupakan presiden yang paling sering datang ke masjid.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf menganggap bahwa kesaksian yang dibeberkan Ustaz Yusuf Mansyur sangat berarti dalam pilpres 2019, karena hal tersebut bisa menepis tudingan yang ditujukan pada capres petahana bahwa Jokowi anti ulama, anti islam, antek PKI dan isu yang lainnya.
Usman Kansong selaku Direktur Komunikasi politik TKN, mengatakan bahwa dengan adanya dukungan dari tokoh agama seperti Yusuf Mansyur tersebut, masyarakat bisa makin percaya dengan Jokowi – Ma’ruf Amin. Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo mengatakan, dukungan dari Ustaz Yusuf Mansyur bisa membangun narasi bahwa Joko Widodo tidak melakukan kriminalisasi atau politisasi ulama.
“Yusuf Mansyur itu tipe ulama yang fleksibel, sehingga apapu dakwahnya bisa diterima pihak manapun. Posisi ini penting bagi kubu Jokowi untuk membuktikan pada publik kalau ulama itu dirangkul bukan dikriminalkan,” tutur Wasisto.
Ustad Yusuf juga menilai bahwa Jokowi memiliki spirit kenabian yang layak ditiru. Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk meneladani kebaikan pemimpin, tanpa terkecuali Joko Widodo.
Dirinya juga berpesan agar Bangsa Indonesia dapat menghargai siapapun pemimpinnya, serta tak mudah menghujat dan menyematkan fitnah atau berita bohong kepada siapapun sosok pemimpin bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews