Sampai Kapan Prabowo Bisa Berhenti Mempermainkan Emosi Publik?

Sabtu, 16 Februari 2019 | 22:26 WIB
0
490
Sampai Kapan Prabowo Bisa Berhenti Mempermainkan Emosi Publik?
Prabowo Subianto (Foto: Kantorberitapemilu.com)

Prabowo kembali menyampaikan pernyataan yang memancing emosi publik, harga beras dan daging di Indonesia termahal di dunia. Hal ini beliau ungkap saat berkampanye di Blora, Jawa Tengah (Kamis, 14 Februari 2019).

"Beras di Indonesia jadi salah satu tertinggi di dunia. Demikian daging juga tertinggi di dunia. Daging ayam tertinggi di dunia. Perjuangan kami adalah untuk kita perbaiki keadaan ini dengan segera," ungkap Prabowo di hadapan para pendukungnya.

Padahal saya masih menunggu konfirmasi jujur berdasarkan fakta dan data valid atas ucapan beliau terkait adanya ribuan temuan bukti kebocoran anggaran negara, di mana perkiraan saya akan sulit beliau jelaskan.

Saya yang cukup meluangkan waktu mengikuti setiap pernyataan beliau di berbagai tempat dan media sesungguhnya tidak terlalu berharap untuk itu, karena memang saya tahu jawaban beliau kerap jarang memuaskan. Tetapi tidak masalah, beliau masih punya waktu, dan kalau bisa sesegera mungkin ditanggapi. Bukan hanya demi memenuhi kepentingan saya, namun juga sudah merupakan hak publik.

Kembali ke persoalan harga beras dan daging.

Prabowo dapat data dari siapa kalau dua jenis kebutuhan pokok tersebut sangat mahal di Indonesia, bahkan termahal di dunia?

Beras dan daging jenis apa yang Prabowo maksud? Di lokasi mana ditemukan?

Saya kurang tahu apakah Prabowo pernah belanja sembako atau tidak, tetapi saya sendiri sering melakukan itu. Tiga kali dalam seminggu saya ke pasar untuk membeli beras, ikan, daging dan sayuran. Saya sesering itu ke pasar karena ingin agar bahan makanan tetap dalam kondisi segar, selain juga untuk melatih kedisiplinan bangun dari tidur di pagi hari.

Orang seperti saya ini tentunya berharap harga-harga bahan kebutuhan pokok tidak mengalami kenaikan. Maklum, saya belum berpenghasilan sebanyak yang dimiliki Prabowo. Saya ingin pengeluaran harian tidak menguras pendapatan saya yang belum seberapa. Tetapi apa daya, saya harus menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. Kebijakan penentuan harga bukan hak saya, melainkan hak penjual.

Sepengetahuan saya, harga-harga bahan kebutuhan pokok tidak tergantung pada satu sebab, termasuk di situ harga beras dan daging. Ada banyak penyebabnya, mulai dari kurangnya pasokan karena gagal produksi, pengaruh momen hari besar, hingga ulah para pemain harga (kartel).

Gagal produksi urusan para petani atau peternak, sedangkan permainan harga urusan pemerintah dan penegak hukum. Semoga dua penyebab ini konsisten teratasi dengan solusi.

Saya menduga, mahalnya harga beras dan daging yang disebut Prabowo terjadi di hari besar, misalnya sepanjang momen perayaan agama.

Kalau demikian, memang benar. Sudah jadi tradisi, harga kebutuhan di pasaran pasti naik pada saat itu. Namanya pengusaha atau penjual pasti mencari untung, yang tentunya dilakukan terukur supaya tidak mengurangi minat konsumsi masyarakat. Dan selepas momen tersebut pun harga akhirnya berangsur normal. Ya, fluktuatif. Sama halnya dengan perubahan harga yang disebabkan gagalnya produksi dan kartel.

Atau jangan-jangan beras dan daging yang dimaksud jenis impor dan berkualitas tinggi? Kalau ini wajar. Harga jenis kebutuhan tersebut wajib disesuaikan dengan level kualitas dan komponen biaya logistik.

Yang pasti, pihak pemerintah sudah menjawab bahwa pernyataan Prabowo jauh dari fakta dan data yang sebenarnya.

"Harga kalau di ritel siapa bilang termahal? Tapi kalau di perdagangan internasional memang di Thailand itu murah. Tapi itu tidak ada di internasionalnya. Coba saja beli beras di Jepang, kalau tidak harganya dua kali lipat dari kita, sudahlah," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution.

Baiklah, barangkali Prabowo sedang berusaha menunjukkan kepeduliannya terhadap para pendukungnya di lokasi acara, yang mudah-mudahan tidak ada yang berprofesi sebagai petani dan peternak. Berharap dapat simpati dan dukungan.

Tetapi jika akhirnya di sana terdapat juga beberapa orang yang berprofesi sebagai petani dan peternak, kiranya tanggapan Jokowi berikut cukup menjawab:

"Menjaga stok seperti itu yang saya kira sangat bagus sekali. Artinya, kita menjaga keseimbangan, jangan sampai petani senang masyarakat enggak senang. Jangan sampai masyarakat senang, petani enggak senang. Kita menjaga keseimbangan, stok ini menjaga keseimbangan agar harga betul-betul terkendalikan dengan baik."

Pernyataan Prabowo pantas disesalkan. Seharusnya Prabowo senang produk para petani dan peternak lokal dihargai lebih tinggi. Semoga ini tidak menjadi bumerang yang menghantam mukanya sendiri.

Saya berharap Prabowo bisa berhenti membual. Jangan sampai terbiasa menyampaikan sesuatu hal tanpa dasar fakta dan data. Saya dan sebagian masyarakat Indonesia sudah muak dengan hoaks. Masyarakat Indonesia yang waras tidak rela menghabiskan waktu dan energi hanya untuk mencari kebenaran dari setiap pernyataan yang beliau lontarkan.

***