Dalam dunia intelijen, ada yang disebut psy-war, mind game to create public opinion. Bisa menutup aib kekalahan, bisa pula menaikkan posisi tawar sebagai pihak yang kalah.
Ditanya di mana tempat penghitungan suara internal kubu Prabowo? Tak ada yang bisa menjawab lugas. Kayak terkesan ikutan 'Teka Teki Sulit' Cak Lontong. Ini bahkan lebih misterius dari misterius.
Katanya berpindah-pindah. Tapi dirahasiakan. Tak akan disampaikan di mana. Takut bakal diserbu para hacker. Haduh, alesan kok jadul banget. Hacker mah nggak perlu ngerti di mana tempat fisiknya. Pantesan generasi milenial yang melek internet jadi penentu kemenangan Jokowi.
Sementara hasil situng quickly realcount yang diposting di web KPU dan hasil real-count (baru sekitar 50%), tetap konsisten tak beda jauh dengan hasil quick-count beberapa lembaga survey.
Narasi yang dibangun mati-matian bahwa "KPU Curang", kayaknya bakal jadi sekoci yang menyelamatkan kubu Prabowo. Setidaknya, jika akhirnya data dan fakta menunjukkan bahwa Pilpres 2019 dimenangkan oleh Jokowi, mereka bisa berkilah, itu karena KPU, bahkan kubu Jokowi curang.
Di tengah jalan, Demokrat dan PAN menunjukkan gejala. PKS bisa dipastikan tetap bersetia pada Gerindra. Bukan soal kohesivitas, melainkan dengan bersama Gerindra, PKS lebih aman, nyaman, sehat, sejahtera. Apalagi dengan perolehan di atas 7%, PKS akan bisa menghidupi dirinya.
Sementara kelompok yang mengadakan 'ijtima ulama', tak mempunyai kekuatan apa-apa.
Jika mendaku kekuatan mereka adalah umat (dalam hal ini Islam), pastilah mereka berbohong. Di luar mereka ada banyak ormas yang tak sudi bergabung, dan bahkan bertentangan. Jumlahnya jauh lebih banyak dari sekedar FPI, HTI, atau pun PKS sekalian.
Kelas menengah yang menjadi pendukung Prabowo, dengan alasan tak mau memilih Jokowi, juga jauh lebih kecil, apalagi ketika Prabowo melakukan banyak blunder dengan pernyataan menjemput Rizieq Shihab. Prabowo memang terikat kontrak tertulis itu.
Di situ pada faktanya, Prabowo lebih banyak menguntungkan kelompok ijtima ulama, daripada kelompok ijtima ulama menguntungkan Prabowo. Kini mereka mau mengadakan ijtima ulama ke-3. Untuk apa?
Dalam dunia intelijen, ada yang disebut psy-war, mind game to create public opinion. Bisa menutup aib kekalahan, bisa pula menaikkan posisi tawar sebagai pihak yang kalah. Dan Prabowo masih petentang-petenteng. Merasa dibohongi itu gagah ternyata.
Dan pemujanya terus menabuh genderang perang; Dung-dung-pret. Dungu-dungu kampret!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews