Puisi Fadli Zon yang Berbau Protokol Zioni dan Blunder BPN Prabowo=Sandi

Kamis, 14 Februari 2019 | 06:25 WIB
0
313
Puisi Fadli Zon yang Berbau Protokol Zioni dan Blunder BPN Prabowo=Sandi
Fadli Zon (Foto: KompasTV)

"Saya yakin mas @fadlizon tidak ada niatan menghina mbah Moen, setahu saya mas @fadlizon selalu menghormati ulama. Mungkin puisinya hanya bermaksud menggoda mas @MRomahurmuziy sbg sesama politisi. Mas @MRomahurmuziy balas pakai puisi lagi saja, dan mas @fadlizon diam," ciut Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Prio Budi Santoso lewat akun Twitter-nya pada 7 Februari 2019.

Priyo Budi Santoso@PriyoBudiS
 
 

Saya yakin mas @fadlizon tidak ada niatan menghina mbah Moen, setahu saya mas @fadlizon selalu menghormati ulama. Mungkin puisinya hanya bermaksud menggoda mas @MRomahurmuziy sbg sesama politisi. Mas @MRomahurmuziy balas pakai puisi lagi saja, dan mas @fadlizon diam

Fadli Zon
 
@fadlizon
 

Dituding Hina Mbah Moen, Fadli Zon: Saya Selalu Hormat Pada Beliau - Tribun Jateng http://jateng.tribunnews.com/2019/02/07/dituding-hina-mbah-moen-fadli-zon-saya-selalu-hormat-pada-beliau 

 
367 orang memperbincangkan tentang ini
 
 

Cuitan Priyo yang juga Sekjen Partai Berkarya ini dimaksudkan untuk menanggapi kontroversi puisi "Doa yang Tertukar" buah karya Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

Dalam puisinya, Fadli menulis,

"... doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
 ..."

Puisi yang diunggah Fadli lewat akun Twitter-nya pada 3 Februari 2019 tersebut menyulut serangkaian aksi protes sejumlah santri di beberapa daerah lantaran kata 'kau" dimaknai sebagai Kyai Maimun Zubair atau yang lebih dikenal dengan Mbah Moen.

Sebagai sesama pendukung paslon Prabowo-Sandi, memang sudah seharusnya bila Priyo berupaya membela Fadli. Sebab, bagaimana pun juga, sekecil apapun juga puisi garapan Fadli pastinya mempengaruhi elektoral.  

Dalam kicauannya, Priyo menyinggung Romahurmuziy alias Romy. Dengan menyebut nama Romy, maka semakin jelas bila Fadli menulis puisinya berdasarkan peristiwa yang terjadi pada saat Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mendampingi Jokowi dalam kunjungannya ke kediaman Mbah Moen di Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang pada 1 Februari 2019.

Kemudian, sebagaimana biasanya, Mbah Moen memanjatkan doa. Namun kali ini Mbah Moen salah menyebut nama. Dalam doanya itu, Mbah Moen menyebut "Prabowo", bukan "Jokowi".

Atas kesalahan tersebut, Romy kemudian memberanian diri membisikan kesalahan yang baru saja dilakukan Mbah Moen dalam doanya.

Maka jelas, karena yang berbisik kepada Mbah Moen adalah Romy, maka yang dimaksud "makelar" dalam "Doa yang Tertukar" adalah Romy. Sedangkan, karena yang dibisiki Romy adalah Mbah Moen, maka jelaslah sudah bila yang dimaksud "kau" pada "Doa yang Tertukar" adalah Mbah Moen.  Dengan kata lain, mantan politisi Golkar ini telah melakukan blunder.

  

Dengan demikian,  pembelaan Priyo justru lebih menegaskan lagi jika Fadli benar-benar sengaja melakukan penghinaan terhadap Mbah Moen.

Penghinaan Fadli Zon terhadap kyai sepuh dan kharismatik Nahdlatul Ulama (NU) ini mengingatkan publik pada dokumen "Protocols of the Elders of Zion" atau "Protokol para sesepuh Zion".

Dari sejumlah literasi, disebutkan jika "Protocols of the Elders of Zion" adalah produk hoax yang disebarkan oleh kelompok-kelompok anti-semit. Namun, sebagian lagi, khususnya di dunia Arab, mengatakan sebaliknya.

"Protocols of the Elders of Zion" menarik bukan karena hoax atau tidaknya, melainkan pada kebenaran pada logika yang terkandung dalam argumen-argumennya.. Terlebih, dokumen yang terdiri dari 24 protokol ini mampu menggambarkan situasi yang terjadi di dunia ini.

Pada Protokol IV tentang "Materialism Replace Religion" disebutkan "... This is the reason why it is indespensable for us to undermine all faith, to tear of minds out of the GOYIM the very principle of Godhead and the spirit, and to put in its place arithmetical calculations and material needs. ..." (Sumber: Wikisource.org

Ada banyak cara untuk meruntuhkan iman seseorang atau penganut sebuah agama. Salah satunya adalah dengan cara mempropagandakan keburukan para pemuka agamanya. Tujuannya sangat jelas, untuk menjauhkan umat beragama dari pemuka agamanya. Dan, ujung-ujungnya adalah menjauhkan umat beragama dari agama yang dianutnya.

Puisi "Doa yang Tertukar" yang menghina terhadap Mbah Moen yang notebane seorang ulama sepuh kharismatik ini jelas sangat berbau Protokol Kelima "Protocols of the Elders of Zion". Sebab dalam puisinya tersebut, Fadli menggambarkan Mbah Moen sebagai sosok ulama yang dapat dikendalikan oleh kacung makelar.

Dan, sebutan "kacung" saja sudah menunjukkan perendahan terhadap sesama manusia. Sementara, Fadli menuliskan "kau" yang merupakan kata ganti Mbah Moen sebagai sosok ulama yang dapat dikendalikan oleh seorang kacung. Jadi, semaki jelas jika dalam puisinya Fadli menggambarkan Mbah Moen lebih rendah dari seorang kacung.

Bahkan, puisi karya Fadli Zon yang memicu pertentangan atau perselisihan antar anak bangsa ini pun bisa disebut sebagai buah dari Protokol Ketujuh dari dokumen "Protocols of the Elders of Zion" tentang World-Wide Wars

yang menyebutkan "Throughout all Europe, and by means of relations with Europe, in other continents also, we must create ferments, discords and hostility".

Karenanya dampak buruk dari puisi yang ditulis oleh orang terdekat Prabowo ini sangat tidak bisa dipandang remeh. Sebab, selain menghinadinakan ulama atau pemuka agama, puisi karangan Fadli Zon juga mengancam persatuan anak bangsa.

Dan, sama seperti tujuan yang tertulis dalam "Protocols of the Elders of Zion" yaitu penguasaan atas dunia, puisi yang ditulis Fadli ini pun ada kaitannya dengan perebutan kekuasaan dalam hal ini kontestasi Pilpres 2019. Aroma kekuasaan ini semakin tercium anyir setelah pihak BPN Prabowo-Sandi ikut membela Fadli.

Menariknya, sejak puisi "Doa yang Tertukar" menuai kecaman, Prabowo masih memilih bungkam seolah menikmati reaksi masyarakat, khususnya Nahdliyin. Entah apa yang sedang dipikirkan atau dipertimbangkan oleh Prabowo atas "Doa yang Tertukar" yang sangat beraromakan zionisme ini?

***